IMDb: 8/10 | Rating Saya : 8,5/10

Rated : PG-13 | Genre: Comedy, Drama, Music

Directed by Damien Chazelle | Written by Damien Chazelle

Produced by Fred Berger, Jordan Horowitz, Gary Gilbert, Marc Platt         

Starring Ryan Gosling, Emma Stone, John Legend, Rosemarie DeWitt, Finn Wittrock, J. K. Simmons      

Cinematography by Linus Sandgren| Edited by Tom Cross

Music by Tom Cross

Production companies Summit Entertainment, Gilbert Films, Marc Platt Productions, Impostor Pictures, Black Label Media          

Distributed by Lionsgate

Release date 31 August 2016 (Venice), 9 December 2016 (United States)

Running time 128 minutes | Country United States

Language English | Budget $30 million

 

Sebagian besar penggemar film mungkin mengenal sosok Emma Stone Gwen Stacy pada film The Amazing Spider-Man (2012), termasuk saya. Nah, kalau pengen tahu kualitas akting Gwen Stacy, cobain deh nonton film La La Land. Di film ini, Gwen Stacy beradu akting dengan aktor spesialis film-film cinta Hollywood, Ryan Gosling.

 

STORYLINE

La La Land adalah film keluaran tahun 2016 buatan Amerika Serikat. Film ini berkisah tentang seorang musisi bernama Sebastian Wilder (diperankan Ryan Gosling) dan seorang aktris bernama Mia Dolan (diperankan Emma Stone). Singkat cerita, mereka gak sengaja ketemu, jatuh cinta, lalu jadian. Klasik. Meskipun begitu, pengemasan kisah cinta dalam film ini saya rasa gak biasa sama sekali.

Ayo gelud!

Film ini diawali oleh adegan kemacetan di Los Angeles. Sebastian dan Mia pertama kali bertemu disini. Saat itu, Sebastian mengklakson mobil Mia yang dianggap lambat saat menghadapi kemacetan. Plot awal film ini sudah bisa ditebak,mereka kemudian akan bertemu kembali dan berkenalan, ala-ala FTV Indonesia yang tayang di siang bolong. Beberapa menit kemudian, Mia yang baru saja pulang berjalan kaki karena mobilnya diderek, tidak sengaja mendengar Sebastian bermain piano di sebuah restoran. Mia langsung terpukau oleh permainan spektakuler Sebastian. Namun Sebastian langsung pergi karena pada saat itu juga ia dipecat karena tidak memainkan piano sesuai keinginan pemilik restoran tempat ia bekerja. Pemilik restoran menyebalkan tersebut bernama Bill (diperankan J. K. Simmons)

Tidak lama dari kejadian itu, mereka bertemu lagi dalam sebuah pesta saat Sebastian bermain di salah satu band pop tahun 80-an. Ketika itu, Mia iseng request salah satu lagi berjudul "I Ran” yang dibawakan oleh A Flock of Seagulls. Dari situ mereka kenalan.

Ternyata Sebastian punya mimpi untuk memiliki sebuah klub Jazznya sendiri, sedangkan Mia punya mimpi untuk jadi aktris terkenal. Waktu pertama kenalan, Sebastian masih bekerja sebagai musisi keliling yang menjual jasanya dari klub malam ke klub malam atau dari hajatan ke hajatan lainnya, sedangkan Mia masih bekerja sebagai seorang barista yang sering banget ikut casting di luar pekerjaannya sebagai seorang barista.

Film musikal ini mengingatkan saya akan film musikal yang pertama kali saya tonton saat kecil, yakni “Petualangan Sherina” dan  “High School Musical”. Musik dalam film ini begitu dalam maknanya. Terutama saat Sebastian memainkan pianonya dan mulai bernyanyi : ”The City of Star. Are you shining just for me? City of stars. There's so much that I can't see. Who knows?. I felt it from the first embrace I shared with you”. That was the best music in that movie!

Aura kesedihan Sebastian begitu terasa. Los Angeles. Kota dengan penduduk 3 juta jiwa, namun ia merasa kesepian. Los Angeles, The City of Angeles, Kota Malaikat, namun apakah dia hanya bersinar untukku saja? Terlalu banyak hal yang tidak dapat ia lihat. Kira-kira itulah penggalan lagu yang dinyanyikan oleh Sebastian.

Couple goals banget mereka ini

Di zaman yang serba modern, terutama di kota besar di Amerika, rasanya permasalahan setiap orang sama. Setiap orang dituntut untuk menjadi orang yang bekerja seharian di bawah tekanan, tanpa sempat untuk memikirkan orang lain, termasuk keluarga dan kekasihnya sendiri. Tidak banyak orang yang bahagia dengan hidupnya, apalagi yang masih dalam tekanan ekonomi seperti yang dialami Sebastian. Impiannya untuk memiliki klub Jazz nya masih jauh dari kenyataan, dan ia kesulitan dalam finansial. Impiannya untuk menjadi musisi juga seperti yang jauh dari harapan. I felt it to, Sebastian!

Begitu juga dengan Mia. Bekerja sebagai barista sambil mencoba menggapai peluang untuk diterima dalam casting dan menjadi bintang Hollywood yang masih jauh dari kenyataan. Sudah ribuan kali casting dia jalani, belum satupun yang berhasil. Kebanyakan ia hanya ditertawai pihak pengcasting dan tidak pernah ditawari sebuah peran yang berarti. I felt it to, Mia!

Adegan Mia dan Sebastian menari di sebuah pegunungan di Los Angeles akan membekas terus bagi siapapun yang menonton film ini. Lagu-lagunya bervariasi dari lagu saat si pemeran utama sedih, saat senang, saat jatuh cinta. Tidak heran film ini mendapatkan banyak penghargaan, terutama dalam koreografi dan musiknya yang luar biasa. aku sendiri tidak mengharapkan Ryan Goslin dan Emma Stone dapat piawai bernyanyi dan menari sebelumnya. Di film-film mereka yang sebelumnnya, sangat berbeda jauh sih.

Lalu Setelah berkali-kali gagal audisi, Mia memutuskan untuk menulis drama monolog pribadi berjudul So Long, Boulder City atas saran Sebastian. Sebastian lalu menjadi pemain rutin di klub jazz dan keduanya mulai berpacaran dan tinggal satu rumah. Kalau di Indonesia sih cuma pacarannya aja yang bisa kita ikuti, tinggal satu rumahnya ya jangan, bisa diarak warga nanti karena kumpul kebo.

Semuanya berubah saat Sebastian bertemu dengan teman SMAnya, Keith (dierankan John Legend) yang nawarin Sebastian buat jadi pemain keyboard buat bandnya, The Messenger. Sebastian tentu saja senang, honornya besar banget soalnya, jauh lebih besar dari honor manggungnya selama ini.

Dari situlah konflik mulai terjadi karena Sebastian dan Mia jadi jarang banget buat ketemu. Sebastian harus sering manggung ke luar kota sehingga ia gak bisa menyaksikan penampilan Mia dalam drama tunggal yang ia ciptakan sendiri, sampai-sampai ia nekad pulang ke kota kelahirannya, Nevada. Untungnya, Sebastian ini cowoknya peka banget, ia nyusulin Mia ke Nevada. Dalam berbagai film yang dibintangi Ryan Gosling, dia emang tipikal cowok yang sering banget bertindak peka seperti ini, jadi ya gak usah heran.

Sayangnya, this ain’t Cinderella story. Mereka harus berpisah, meneruskan impiannya masing-masing karena tidak semua kisah cinta berakhir dengan indah.

Endingnya nyesek!


Adegan terakhir dalam film ini sangat tragis. Lima tahun setelah perpisahan tersebut, Mia sudah menjadi aktris terkenal, sudah menikah dan punya seorang anak perempuan. Suatu malam, ia dan suaminya gak sengaja melihat klub Jazz setelah pulang dari makan malam. Mereka pun iseng masuk dan di lub malam tersebut, Sebastian memainkan lagu-lagu Jazz kesukaannya, termasuk lagu yang selama ini jadi lagu tema "Mia & Sebastian's Theme" dalam film ini.

Larut dalam lagu tersebut, Mia membayangkan kehidupan indah seandainya ia dan Sebastian gak putus lima tahun yang lalu. Semacam “What If” jika kita merujuk pada adegan-adegan yang sering ditampilkan dalam komik-komik Marvel atau DC. Mia membayangkan jika mereka gak jadi putus, mereka akan menikah dan bagia selamanya. Tapi hidup tidaklah seindah itu, banyak cita-cita manusia yang tidak tercapai. Konyol, betapa anehnya takdir yang harus dijalankan oleh Tuhan. Seringkali rencana manusia tidak berhasil.

Lucu, betapa musik dapat mengungkapkan perasaan manusia, dari sedih, senang, suka, duka, cinta, perpisahan, pernikahan, hingga kematian. Musik sebagai panah-panah setan yang mampu menyenangkan hati manusia, membuatnya sedih, membuatnya bersemangat. Pesan yang disampaikan musik begitu universal. Musik-musik Nirvana yang berisi pemberontakan anak muda pada sistem dan juga orang tua. Musik-musik patriotik ciptaan W. R. Supratman yang membuat pejuang kemerdekaan menangis terharu saat dikumandangkan. Musik-musik instrumen dari Kenny G atau Eric Clapton yang membuat air mata mengalir saat diperdengarkan.

Betapa sebagian besar harapan dan keinginan manusia tidak semuanya terlaksana. Harapan manusia tentang cintanya, tentang karirnya, tentang keluarganya, tentang kuliahnya yang tidak semuanya sesuai dengan harapan.

Film ini tidak semembosankan itu. Awalnya saya juga skeptis sama film-film musikal semacam ini, tapi ternyata saya salah besar. Film ini sangat bagus. Saking bagusnya, film ini memenangkan 6 Oscar dari 14 nominasi Oscar yang disematkan padanya! Film ini memenangkan kategori Sutradara Terbaik (Damien Chazelle), Aktris Terbaik (Emma Stone), Musik Asli Terbaik, Lagu Asli Terbaik, Rancangan Produksi Terbaik, dan Sinematografi Terbaik.

 

SOUNDTRACK

Kali ini saya akan mengulas musik-musiknya La La Land. Saya memang bukan ahli musik, tapi mungkin, saya bisa menilai apakah sebuah musik itu bagus atau tidak, setidaknya dari sudut pandang diri saya sendiri. Menurut saya, seluruh musik yang ditampilkan pada La La Land ini begitu spektakuler. Bukan saya saja yang berpikiran seperti ini, tapi saya yakin sebagian besar orang yang pernah nonton film ini pasti berpikiran hal yang sama.

 “Mia & Sebastian’s Theme”


Tidak dapat dipungkiri bahwa lagu ini langsung membawa kita dalam sebuah fantasi yang sangat menyenangkan dimana kita kasmaran dan jatuh cinta dengan orang yang kita cintai dan sayangi. Walaupun lagi ini hanya dalam bentuk instrumen tanpa lirik, tapi lagu ini menyentuh hati banget!

Bagi seseorang yang gak punya pacar, mungkin akan langsung terbesit di dalam hatinya akan langsung berfantasi di mana ia memiliki seorang pacar atau kekasih yang bisa ia cintai dan ia sayangi sepenuh hati.  

 “City of Stars” (Duet) - La La Land (2016)


Lagu lainnya yang tidak kalah hebatnya adalah lagi ini:


City of stars

Are you shining just for me?

City of stars

There's so much that I can't see

Who knows?

I felt it from the first embrace I shared with you 

That now our dreams

They've finally come true 

City of stars

Just one thing everybody wants

There in the bars

And through the smokescreen of the crowded restaurants

It's love

Yes, all we're looking for is love from someone else

 

Menurut saya, lirik yang begitu dalam! Terlihat, bagaimana kesedihan yang dialami oleh Sebastian dalam film tersebut. Hidupnya yang masih luntang-lantung kesana kemari mencari uang dan mewujudkan impiannya untuk membuka sebuah klub Jazz, namun belum dapat terlaksana hingga saat ini. Ditambah lagi, dia sendiri belum memiliki seorang pacar saat lagu ini dinyanyikan.

 “Epilogue”


Lagu ini adalah lagu terbaik untuk menutup film yang begitu spektakuler. Adegan terakhir dalam film ini sangat tragis. Lima tahun setelah mereka putus,  Mia dan Sebastian malah gak sengaja bertemu.  Hebatnya lagi, Sebastian  malah memainkan lagu "Mia & Sebastian's Theme" dan Mia membayangkan kehidupan indah seandainya ia dan Sebastian gak putus lima tahun yang lalu.

 

KESIMPULAN

Segera tonton film ini kalau kamu memang belum nonton film ini!