IMDb: 8,5/10 | Rating Saya : 9,5/10

Rated : PG-13 | Genre: Action, Crime, Drama, Mystery 

Directed by Matt Reeves; Written by Matt Reeves, Peter Craig 

Produced by Dylan Clark, Matt Reeves 

Starring Robert Pattinson, ZoĆ« Kravitz, Paul Dano, Jeffrey wright, John Turturro, Peter Sarsgaard, Andy Serkis, Collin Farrell 

Edited by William Hoy, Tyler Nelson | Music by Michael Giacchino

Production companies DC Films, 6th & Idaho

Distributed by Warner Bros. Pictures | Release date 4 March 2022 (United States) 

Running time 176 minutes | Country United States 

Language English | Budget $ 185-200 million

 

 

STORYLINE

The Batman adalah film Hollywood yang dirilis pada tahun 2022. Film ini (lagi-lagi) aransemen terbaru Batman yang selalu direboot setiap 10 tahun sekali oleh DC dan Warners Bros. Sampai bosan rasanya. Bukannya apa-apa, kenapa tidak melanjutkan film dan pemeran Batman sebelumnya macam Ben Affleck dan Christian Bale sih? Setidaknya, itu pikiran saya sebelum menonton film ini.


Bruce Wayne/Batman dari masa ke masa

Tentunya, Batman sudah sering kita tonton bukan? 30 tahun terakhir saja sudah ada lima aktor yang memerankan Bruce Wayne/Batman, mulai dari Michael Keaton pada Batman (1989) dan Batman Returns (1992), Val Kilmer pada Batman Forever (1995), George Clooney pada Batman and Robin (1997), Christian Bale pada Batman Begins (2005), The Dark Knight (2008), The Dark Knight Rises (2012), Ben Affleck pada Batman v Superman (2016), Suicide Squad (2017), Justice League (2017), ,  Zack Snyder’s Justice League (2021). Ini belum ditambah sederet aktor yang memerankan Bruce Wayne/Batman ada video games maupun serial animasinya.

The Batman (2022) ini dibuka dengan sangat liar. Di mana Batman baru menjadi vigilante selama dua tahun saja. Hampir setiap malam, ia menyusuri Gotham City untuk membasmi penjahat. Selama dua tahun beraksi, angka kriminalitas di jalanan memang turun. Para penjahat di jalanan takut jika Batman tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Setiap kali para penjahat tersebut akan beraksi, mereka jadi parno. Batman bisa saja tiba-tiba muncul dari sudut gelap Gotham City untuk menghajar mereka.

Di jalanan, angka krimilitas memang turun karena mereka semua takut. Tapi itu hanya penjahat kelas teri. Kejahatan kelas kakap yang dilakukan orang-orang berkerah putih tidak menurun sama sekali. Penyebabnya, semua sistem peradaban yang ada di Gotham City sudah korup dari sononya. Politisinya korup. Kepolisiannya korup. Kejaksaannya korup. Pengusahanya juga korup. Semuanya dijalankan dengan sangat rapi. Terstruktur, sistematis, dan masif.



Di sini, Bruce Wayne/Batman stress banget dengan keadaan di Gotham City. Bayangkan, dua tahun bela-belain buat begadang membasmi penjahat di Gotham City gak ada hasilnya. Cuma kejahatan kelas teri saja yang berkurang. Kejahatan tingkat Wahid belum bisa ia basmi. Suasana hati Bruce Wayne/Batman tersebut dituangkan dengan sempurna oleh Matt Reeves lewat sajian lagu “Something in the Way” karya Nirvana. Suara merdu Kurt Cobain pas banget untuk menggambarkan suasana hati Bruce Wayne/Batman tersebut.

The Batman pun beda dengan film Batman lainnya yang sudah kita tonton. Di sini, lebih ditonjolkan sisi kedektetifan Batman sebagai World’s Greatest Detective. Di komik, serial animasi maupun video gamesnya, Batman digambarkan punya kemampuan analisa layaknya Shinichi Kudo atau Sherlock Holmes. Gak cuma mengandalkan otot dan teknologi yang dimilikinya saja. Dalam berbagai sumber yang saya baca, IQ Bruce Wayne/Batman ini tinggi banget, yakni sebesar 180, lebih besar daripada Albert Einstein!

Dari dulu saya suka mikir, “Batman kok susah banget ya ngalahin penjahat macam Joker, The Riddler, Two Face atau Harley Quinn? Mereka kan gak punya kemampuan fisik luar biasa macam Ra’s al Ghul, Bane, atau Superman? Batman bisa mengalahkan Ra’s al Ghul. Batman bisa mengalahkan Bane. Batman bahkan bisa mengalahkan Superman. Masa lawan Joker, The Riddler, Two Face atau Harley Quinn kesusahan banget? Tingal gebuk doang padahal!”

Setelah nonton The Batman, saya sadar, penjahat macam Joker atau The Riddler ini memainkan sisi humanis kita sebagai manusia, mereka tidak mudah diprediksi layaknya Bane. Mereka dibantu ratusan para penjahat jalanan yang setia pada mereka, dengan dibantu para mafi Gotham City tentunya. Pada intinya sih seperti itu.


Suasana Gotham City

The Batman karya Matt Reeves ini sama sekali tidak cocok ditonton anak kecil. Bahkan orang dewasa pun bisa dibikin stress ketika nonton film ini. Suasana Gotham City memang betul-betul gelap, seolah-olah pasokan listrik dari PLN gak ada di sana. Bukan saja gelap secara harfiah, Gotham City betul-betul gelap karena tingginya angka kriminalitas di sana karena kesenjangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang terjadi di sana selama puluhan tahun.

Yang kaya makin kaya, yang miskin semakin miskin. Orang kaya di Gotham City terus bertambah kaya karena mereka bisa dengan mudahnya membeli berbagai properti yang tersedia di Gotham City. Orang kaya di Gotham City terus bertambah kaya karena mereka bisa dengan mudahnya investasi saham pada berbagai perusahaan yang ada di Gotham City. Orang kaya di Gotham City terus bertambah kaya karena mereka bisa dengan mudahnya menyuap para PNS yang ada di Gotham City, para polisi yang ada di Gotham City, dan para jaksa yang ada di Gotham City untuk memuluskan bisnis yang mereka jalani.

Sedangkan orang miskin, akan semakin miskin karena untuk biaya sekolah saja mahalnya bukan main. Lulus SMA doang juga susah, apalagi untuk melanjutkan pendidikan sampai ke universitas. Akibatnya mereka hanya bisa menjadi pekerja kasar kelas bawah, tidak seperti kelas menengah Gotham City yang sehabis lulus SMA bisa melanjutkan pendidikan ke universitas, lalu melanjutkan pekerjaan yang lebih baik. Sama seperti yang terjadi di dunia nyata.

Hal itulah yang bikin kriminalitas di jalanan Gotham City gak turun-turun. Cari kerja susah. Cari uang susah. Setiap harinya, Gotham City melahirkan satu penjahat baru yang kerjanya mencuri, merampok, dan membunuh orang lain hanya untuk makan. Ini juga belum ditambah kejahatan kerah putih yang dilakukan para pengusaha dan pejabat Gotham City.

Saya sih kalau jadi Bruce Wayne mending pergi dari Gotham City deh, mending tinggal di London atau Tokyo. Menjalankan perusahaan dari jarak jauh saja. Mungkin sibuk jadi selebgram daripada susah-susah membasmi penjahat Gotham City yang tidak ada habisnya. Lebih susah membasmi penjahat di Gotham City daripada membasmi alien macam Stephenwolf atau Darkseid, sumpah.

 

 

CHARACTER

Jujur saya, sebelum nonton film ini, saya dan jutaan penggemar DC di seluruh dunia meragukan kemampuan akting Robert Pattinson. Meskipun Robert Pattinson sudah memainkan banyak film seperti film garapan Christpopher Nolan macam Tenet (2020), bayang-bayang Robert Pattinson sebagai Edward Cullen dalam franchise Twilight karya Stephenie Meyer tidak mudah dilupakan banyak orang.



Jujur saja, akting Robert Pattinson sebagai Bruce Wayne/Batman di film ini patut diacungi jempol. Ia dengan sempurna sudah memainkan dua peran yang apik baik sebagai Bruce Wayne maupun sebagai Batman. Bruce Wayne/Batman yang baru saja dua tahun jadi Batman. Masih liar-liarnya, masih emosi-emosinya, masih gampang terpancing lawan, masih banyak keraguan, masih naif. Beda dengan Batman yang sudah matang seperti Batman versi Ben Affleck yang sudah lebih dari 20 tahun jadi vigilante di Gotham City.


Paul Dano/The Riddler dalam The Batman (2022)

Jangan lupakan juga peran The Riddler (diperankan Paul Dano) yang sangat epik. The Riddler di sini saya nilai sangat mirip dengan karakter Jigsaw, otak dari segala kejahatan dalam franhise Saw yang demen banget main-main dengan korbannya sebelum membunuhnya. Wajah Paul Dano sangatlah menyebalkan. Wajah-wajah siswa cupu saat SMA tapi sangat menyebalkan. Bikin gemas! Coba deh lihat akting Paul Dano di film There Will Be Blood (2007) sebagai pastor yang sangat menyebalkan.


Collin Farrel sebagai Oswald Cobblepot/Penguin dalam The Batman (2022)

Akting Colin Farrell sebagai Oswald Cobblepot alias Penguin pun patut diacungi jempol. Gak keliatan sisanya sama sekali bahwa ia Colin Farrell. Bukan karena kostum yang ia kenakan, bukan juga karena makeup artistnya yang juara, tapi emang aktingnya yang sangat apik. Sumpah ini aktor gak main-main deh totalitasnya.


Selina Kyle/Catwoman dari masa ke masa



Ah iya, dalam 30 tahun terakhir, kita disajikan lima Batman yang berbeda, seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Selain lima Batman yang berbeda, kita pun disajikan empat Selina Kyle/ Catwoman yang berbeda pada setiap film Batman dalam 30 tahun terakhir ini. Ada Michelle Pfeiffer yang berperan sebagai Selina Kyle/Catwoman pada Batman (1989), ada Anne Hathaway yang berperan sebagai Selina Kyle/Catwoman pada The Dark Knight Rises (2012), ada juga Camren Bicondova yang berperan sebagai Seline Kyle/Catwoman dalam serial Gotham (2014), dan yang terakhir, ada Zoƫ Kravitz yang berperan sebagai Selina Kyle/Catwoman pada The Batman (2022). Saya sampai nge-ship hubungan mereka semua deh!


Halle Berry sebagai Selina Kyle/Catwoman pada Catwoman (2004)

Ah iya, Halle Berry juga pernah berperan sebagai Selina Kyle/Catwoman pada Catwoman (2004) meskipun skripnya sangat jelek banget.

Zoƫ Kravitz pun memainkan perannya dengan sangat apik sebagai Selina Kyle/Catwoman pada film ini, gak cuma berperan sebagai figuran doang. Kalau gak ada dia, Bruce Wayne/Batman kayaknya sudah tewas di tangan para penjahat Gotham City. Maklum, baru dua tahun jadi Batman kan Bruce Waynenya, belum sejago Bruce Wayne/Batmannya Ben Affleck yang sudah lebih dari 20 tahun jadi Batman.

Pada The Batman, yang berperan sebagai Jim Gordon pun kembali diganti. Kali ini Jeffrey Wright yang dapat peran sebagai Jim Gordon. Jim Gordon di sini pangkatnya masih Letnan, belum jadi Komisaris Polisi Gotham City, jadinya belum bisa banyak bertindak lewat kuasanya, ia cuma bisa bertindak dengan mengandalkan ototnya saja, secara harfiah. Kalau gak ada dia Bruce Wayne/Batman kayaknya sudah tewas di tangan para penjahat Gotham City. Maklum, baru dua tahun jadi Batman kan Bruce Waynenya, belum sejago Bruce Wayne/Batmannya Ben Affleck yang sudah lebih dari 20 tahun jadi Batman.

 

KESIMPULAN

The Batman (2022) adalah film Batman yang sangat saya rekomendasikan untuk para penggemar DC di mana pun mereka berada. Tapi film ini sama sekali tidak saya rekomendasikan pada penonton awam yang belum pernah menonton Batman sama sekali. Takutnya gak ngerti. Ibarat belum pernah belajar fisika di SMA, tiba-tiba belajar fisika kuantum yang diperuntukan untuk mahasiswa.

The Batman bukanlah film untuk semua orang. Bahkan bagi penggemar Batman atau penggemar DC yang sudah mengikti Batman selama lebih dari 25 tahun macam saya pun masih kesulitan untuk mencerna film ini dengan sempurna. Film ini ibarat film-film mobster klasik macam The Godfather (1972), Scarface (1983), Goodfellas (1990) maupun The Irishman (2019) yang alurnya lambat banget.



Terakhir, siapakah Bruce Wayne/Batman terbaik? Menurut saya, tentu saja Ben Affleck, lalu disusul dengan Christian Bale, baru disusul dengan Robert Pattinson, baru disusul dengan Michael Keaton. Tapi mereka tidak usah dibanding-bandingkan. Analoginya, Bruce Wayne/Batman versi Michael Keaton atau Christian Bale adalah Dewa 19 saat vokalisnya Ari Lasso. Bruce Wayne/Batman versi Ben Affleck atau Robert Pattinson adalah Dewa 19 saat vokalisnya Once Mekel. Dua-duanya sama-sama bagus bukan?