IMDb: 7,8/10 | Rating Saya : 8/10
Rated : R | Genre: Comedy, Drama
Directed by John Hughes | Written
by John Hughes
Produced by Ned Tanen, John Hughes
Starring Emilio Estevez, Paul Gleason, Anthony Michael Hall, Judd
Nelson, Molly Ringwald, Ally Sheedy
Cinematography Thomas Del Ruth
Edited by Dede Allen | Music by Keith Forsey, Gary Chang
Production companies A&M Films, Channel
Productions
Distributed by Universal Pictures
Release date 7 February 1985 (Los Angeles), 15 February 1985
(United States)
Running time 97 minutes | Country United States,
United Kingdom
Language English |
Budget $1 million
Saya jamin,
sebagian besar generasi Mileneals gak ada yang pernah nonton The Breakfast Club
(1985). Saya sendiri baru nonton film ini beberapa tahun yang lalu, persisnya
kapan saya lupa. Saya juga nonton film ini setelah membaca artikel yang bilang
bahwa Breakfast
Club adalah salah satu film yang mengubah Hollywood selamanya. Selain itu,
ada begitu banyak film dan serial Hollywood yang nyebutin film Breakfast Club,
jadinya saya langsung gak pikir panjang buat nonton film ini.
STORYLINE
The Breakfast Club
adalah film keluaran tahun 1985 buatan Amerika Serikat yang bercerita tentang lima
siswa dan siswi SMA Shermer yang terpaksa menjalani detensi pada hari Sabtu, 24
Maret 1984.
![]() |
John Bender, Andrew Clark, Allison Reynolds, Claire Standish dan Brian Johnson |
Mereka terdiri
dari :
John Bender (diperankan Judd Nelson), si anak pemberontak dengan rambutnya yang gonrong
Andrew Clark (diperankan Emilio Estevez), si anak atletis yang masuk dalam tim gulat sekolah.
Allison Reynolds (diperankan Ally Sheedy), si anak misterius aneh yang gak punya teman.
Claire Standish (diperankan Molly Ringwald), si anak populer paling cantik di sekolah
Brian Johnson (diperankan
Anthony Michael Hall), si anak yang pintar dalam bidang akademik.
![]() |
Richard Vernon, Wakil Kepala Sekolah |
Kelima siswa dan
siswi tersebut disuruh berkumpul di perpustakaan sekolah oleh Wakil Kepala
Sekolah, Richard Vernon (diperankan Paul Gleason). Mereka disuruh bikin esai “Siapakah
Diri Anda” yang terdiri dari seribu kata. Mereka diberi waktu sampai pukul 4
sore dan tidak diperkenankan untuk bicara, tidur, apalagi sampai meninggalkan
ruangan perpustakaan sampai batas waktu tersebut.
![]() |
John Bender |
Bisa ditebak,
John Bender, si anak pemberontak tentu saja menolak keras perinta Richard
Vernon tersebut. Ia menghabiskan sebagian besar waktu hukumannya untuk mengejek
semua peserta yang ada di sana mulai dari Claire, Brian, dan Andrew. Richard
Vernon yang melihat peristiwa tersebut langsung memberi detensi bagi John sampai
depalan minggu berikutnya. Tidak hanya itu, ia mengurung John pada sebuah
ruangan isolasi biar ia gak berulah lagi. Tapi ya namanya juga rebel, John
akhirnya bisa kabur dari ruangan isolasi tersebut.
Keempat siswa
yang tadinya sebel sama John, malah jadi lebih bersimpati padanya. Alih-alih
mengerjakan esai yang disuruh oleh Richard Vernon, mereka menghabiskan waktu
mereka dengan mengobrol satu sama lain. Bahkan, obrolan tersebut mereka lakukan
sambil menghisap mariyuana. Gokil!
![]() |
Kongkow di perpustakaan sambil ngisap ganja |
Satu persatu
mulai bercerita tentang pengalaman mereka masing-masing selama bersekolah di
SMA Shermer,mulai dari Claire yang merasa tertekan di sekolah karena kecantikan
dan popularitasnya sehingga mau gak mau ia jadi sosok gadis yang sangat arogan
di sekolah.
John pun
bercerita bahwa ia berasal dari keluarga yang selalu melakukan tindak kekerasan
makanya ia gak segan-segan melakukan hal serupa pada teman-temannya di sekolah.
Allison pun
bercerita bahwa ia sering banget berbohong supaya bisa kabur di tengah-tengah
pelajaran sekolah. Saking lihainya, guru-guru selalu percaya dengan kebohongannya.
Andrew pun
bercerita bahwa ia gak bisa bikin keputusan sendiri dalam hidup karena
sepanjang hidupnya, ayahnya selalu menyuruhnya apa yang harus ia lakukan,
termasuk jurusan kuliah yang akan ia ambil kelak.
Terakhir, Brian
pun bercerita bahwa ia kerap kali berpikiran buat bunuh diri karena nilainya
selalu buruk. Ia stress banget selama sekolah di SMA Shermer.
Kemudian obrolan
berlanjut pada pengalaman mereka berlima yang punya hubungan yang sangat buruk
dengan orang tuanya. Orang tua mereka semua sama-sama toxic dan gak ngerti ilu
parenting sama sekali. Dari situlah mereka semua menyadari bahwa, mereka
sama-sama punya masalah yang sama, baik di sekolah, maupun di rumah.
Andrew akhirnya
mengaku bahwa ia dihukum karena kedapatan nempelin selotip pada bokong siswa
lainnya sebagai pelampiasan atas ayahnya yang selalu memarahinya di rumah.
Brian dihukum
karena kedapatan punya pistol suar di lokernya yang tidak sengaja meledak.
Rencananya, pistol suar tersebut akan ia pergunakan untuk bunuh diri setelah
dapat nilai F pada mata pelajaran workshop, semacam mata pelajaran teknik
otomotif atau pertukangan pada umumnya.
Claire dihukum
karena nekad bolos sekolah untuk shopping.
John dihukum
karena kedapatan menyalakan alarm kebakaran padahal gak ada kebakaran sama
sekali.
Sedangkan Allison
mengaku bahwa ia tidak melakukan apa-apa, karena gabut gak ada kerjaan akhirnya
ia datang ke perpustakaan buat menjalankan detensi.
Dari situ, allih-alih merasa tersiksa dengan hukuman yang harus mereka jalani pada hari Sabtu, mereka malah merasa senang karena sama-sama merasa punya teman satu nasib dan sama-sama punya teman satu perjuangan. Mereka pun melakukan berbagai macam kegilaan di perpustakaan tersebut yakni dengan berdansa sambil menghisap mariyuana.
![]() |
Esai mereka berlima pada Richard Vernon |
Menjelang pukul 4
sore, mereka meminta Brian, orang terpintar di antara mereka berlima untuk
menuliskan esai yang mewakili semua orang. John yang harusnya berada pada ruang
isolasi pun kembali ke ruang isolasi tersebut suapa Richard Vernon menyangka ia
tidak pernah kabur dari ruang isolasi tersebut. Pada akhirnya, mereka semua
pulang ke rumah masing-masing dan Brian telah menaruh esai yang diminta Richard
Vernon. Esainya pun sangat kreatif sekali.
Detensi tersebut
menimbulkan bibit-bibit cinta yang baru, yakni Allison dan Andrew yang mulai
berpacaran, begitu juga Claire dan John. Allison meminta badge kejuaraan gulat
dari jaket Andrew untuk disimpan, sedangkan Claire memberi John salah satu
antingnya biar bisa John pergunakan, dan film ini ditutup dengan Richard Vernon
yang membaca esai mereka dengan John yang mengepalkan tangan ke atas sambil
diiringi lagu berjudul ‘Don’t You’ yang dibawakan oleh band Simple Minds yang dengan
sempurna menutup film ini.
![]() |
Ending Breakfast Club |
KESIMPULAN
Film ini dibuat pada tahun 1985. Cerita pada film ini pun berseting pada tahun 1984. Seting lokasinya pun berada pada sebuah SMA di Amerika Serikat sana. Sedangkan saya sendiri menjalani masa SMA saya di Kota Bandung pada tahun 2007 s/d tahun 2010 tapi entah kenapa saya merasa sangat relate dengan kehidupan mereka berlima pada film ini, seolah-olah saya pernah mengalami masa SMA pada taun 1984 di Amerika Serikat nun jauh di sana.
Film ini pun menyadarkan
saya bahwa setiap remaja punya gejolak emosinya masing-masing. Setiap remaja
punya problematikanya sendiri-sendiri. Makanya gak usah heran kalau anak SMA
umumnya pada nakal-nakal, gak ada yang sholeh sama sekali. Sesholeh-sholehnya
anak SMA pasti pernah nakal, minimal nonton video porno, mencoba menghisap
rokok, maupun mencoba minum minuman keras karena rasa penasaran yang dihasilkan
oleh gejolak masa remaja mereka.
Sayangnya, ada
begitu banyak orang tua yang tidak memahami mereka sebagai remaja, padahal
orang tua pasti pernah jadi remaja. Banyak juga guru yang tidak memahami mereka
sebagai remaja padahal para guru yang saya sebutkan tersebut juga pernah jadi
remaja. Ironisnya lagi, para guru tersebut pastinya dibekali ilmu psikologi dan
ilmu parenting, tapi jarang banget yang mempraktika ilmu tersebut. The
Breakfast Club adalah film klasik yang secara sukses mengangkat isu tersebut.
Jeniusnya film
ini saya pikir, mereka bisa merangkum problematika yang ada pada kehidupan
remaja SMA lewat lima siswa dan siswi yang sudah saya ceritakan di atas. Film
ini selamanya saya pikir akan selalu dibahas oleh orang dari berbagai generasi karena
jenis film seperti ini timeless pisan menurut saya.
Film ini pun cukup merangkum fenomena sosial yang terjadi pada tahun 80an dengan sempurna sehingga generasi yang lahir setelahnya seperti saya bisa tahu fenomena sosial apa yang terjadi pada tahun tersebut lewat film ini.
0 Comments