IMDb: 8,3/10 | Rating Saya : 8/10
Rated : R | Genre: Action, Drama, War
Directed by Sam Mendes
Written by Sam Mendes, Krysty Wilson-Cairns
Produced by Sam Mendes, Pippa Harris, Jayne-Ann Tenggren, Callum
McDougall, Brian Oliver
Starring George MacKay, Dean-Charles Chapman, Mark Strong, Andrew
Scott, Richard Madden, Claire Duburcq, Colin Firth, Benedict Cumberbatch
Cinematography Roger Deakins | Edited by Lee Smith
Music by Thomas Newman
Production companies DreamWorks Pictures, Reliance
Entertainment, New Republic Pictures, Mogambo, Neal Street Productions, Amblin
Partners
Distributed by Universal Pictures (Worldwide), Entertainment One
(United Kingdom and Ireland)
Release date 4 December 2019 (London), 25 December 2019 (United
States), 10 January 2020 (United Kingdom)
Running time 119 minutes | Country United Kingdom, United
States
Language English |
Budget $90-100 million
Film-film yang
berseting pada Perang Dunia I dan Perang II dari dulu gak ada yang gak bagus.
Sebut saja Saving Private Ryan (1998), Hacksaw Ridge (2016), hingga Dunkirk (2017).
Gak cuma film yang menampilkan perangnya secara langsung saja yang bagus,
film-film yang menampilkan orang-orang di balik layar pada Perang Dunia I dan
Perang Dunia II juga pada bagus. Sebut saja The Imitation Game (2014) hingga Darkest
Hour (2017).
Setelah nonton
Dunkirk (2017), dua orang teman saya merekomendasikan untuk nonton 1917 karena filmnya
sama bagusnya. Film ini pun memakai teknik one shot seperti The Birdman
(2014), jadi ya tanpa pikir panjang saya langsung nonton film ini. Simak
ulasannya berikut ini.
STORYLINE
![]() |
Jenderal Erinmore |
1917 adalah film
keluaran tahun 2019 buatan Inggris dan Amerika Serikat yang bercerita tentang
ganasnya Perang Dunia I pada tahun 1917. Film ini mengambil sudut pandang
seorang prajurit Inggirs bernama William Schofield (diperankan George MacKay)
dan Tom Blake (diperankan Dean-Charles Chapman) yang diperintahkan atasannya,
Jenderal Erinmore (diperankan Colin Firt) untuk menyampaikan surat pada Kolonel
Mackenzie (diperankan Benedict Cumberbatch).
![]() |
Tom Blake dan William Schofield |
Sekilas, tugas
yang ditugaskan pada mereka berdua ini gampang banget, cuma mengantarkan surat.
Tapi untuk mencapai posisi Kolonel Mackenzie, mereka berdua harus melewati no
man’s land (tanah kosong di antara dua garis pertahanan militer Inggris dan
Jerman). Isi surat yang harus mereka sampaikan intinya adalah bahwa Kolonel Mackenzie
harus membatalkan serangan esok pagi untuk menyelamatkan nyawa 1.600 pasukan
yang ia pimpin. Mereka berdua punya waktu sebelum esok subuh untuk mengantarkan
surat tersebut.
Seperti film yang
berseting pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II umumnya, film ini pun
menampilkan berbagai parit perang yang dipergunakan pihak Inggris dan Jerman
sebagai basis pertahanan kedua belah pihak. Gak cuma sebagai basis pertahanan
saja, parit itu pun sebagai tempat tinggal sementara dari pihak-pihak yang
berperang. Mereka bertahan hidup di sana termasuk untuk urusan makan, tidur,
hingga buang air. Bahkan banyak juga jenazah teman-temen seperjuangan mereka
tergeletak di sana.
Schofield dan Blake dengan semangat berjalan menuju no man’s land meskipun sejumlah prajurit lainnya keheranan kenapa mereka nekad pergi ke sana. Namun setelah mendengar alasan mereka pergi ke sana atas perintah Jenderal Erinmore, prajurit-prajurit tersebut akhirnya mengerti.
Schofield ini
orangnya sangat ceroboh. Saat melewati parit yang ditinggalkan tentara Jerman,
ia sempat melukai tangannya akibat sayatan kawat. Saat berada di barak bawah
tanah yang ditinggalkan Jerman, ia terkena ledakan akibat ranjau yang tidak
sengaja diinjak oleh seekor tikus. Beruntung, ia tidak mati dalam ledakan
tersebut karena dibantu oleh Blake. Namanya juga tokoh utama! Masa mati?
Setelah
diselamatkan Blake, mereka berdua pun melanjutkan perjalanan hingga sampai di
salah satu peternakan yang sudah ditinggalkan pemiliknya karena perang.
Peternakan tersebut kosong melompong, penuh debu dan tidak ada siapa-siapa sampai Schofield
dan Blake menyaksikan salah satu pesawat tempur Jerman jatuh di peternakan
tersebut.
![]() |
Pesawat Jerman yang jatuh |
Mereka berdua
berusaha menyelamatkan tentara Jerman yang baru saja jatuh di peternakan
tersebut. Blake meminta Schofield untuk mengambil air dari sumur tidak jauh
dari sana untuk tentara Jerman tersebut. Saat Schofield lagi mengambil air,
tentara Jerman tersebut menusuk Blake dan Schofield pun menembak tentara Jerman
tersebut hingga tewas.
![]() |
Schofield menyaksikan Blake meninggal dunia |
Serangan tentara
Jerman tersebut berakibat fatal untuk Blake karena serangan tersebut membuatnya
kehilangan banyak darah. Blake yang semula baik-baik saja sampai terlihat
sangat pucat. Schofield yang sadar bahwa hidup Blake tidak lama lagi berusaha
menghibur Blake sebisa mungkin. Blake meminta Schofield untuk menulis surat
pada ibunya yang menyatakan bahwa ia baik-baik saja selama masa penghujung
hidupnya. Schofield pun mengambil sejumlah barang-barang milik Blake seperti
surat dari Jenderal Erinmore, dogtag milik Blake serta cincinnya.
Saya gak habis
pikir dengan Schofield dan Blake. Mereka berdua menyaksikan sebuah pesawat
milik Jerman jatuh. Pilotnya tidak mati, hanya terjebak di pesawat tersebut.
Alih-alih menghabisi pilot Jerman tersebut, ia malah berusaha menolongnya. Bukannya
apa-apa, tindakan tersebut kan membuat Blake harus menerima akibatnya yang
merenggut nyawanya. Mungkin, ini yang ingin disampaikan Sam Mendes dalam film
ini, bahwa dalam perang sekalipun, manusia tidak bisa meninggalkan naluri
kemanusaiaannya.
![]() |
Schofield dan Captain Smith |
TIdak lama
setelah kematian Blake, Schofield bertemu dengan tentara Inggris lainnya yang
mendatangi lokasi jatuhnya pesawat tempur milik Jerman. Schofield bertemu
dengan Captain Smith (diperankan Mark Strong) yang memberinya tumpangan sampai jembatan
dekat coust-Saint-Mein supaya Schofield bisa lebih cepat mencapai tujuannya.
Sesampainya di sana, Captain Smith dan Schofield pun berpisah.
Jembatan tersebut
sudah dihancurkan entah oleh tentara Inggris atau tentara Jerman supaya tidak
ada yang melewati sungai tersebut biar keadaan perang bisa lebih kondusif. Schofield
menggunakan puing-puising reruntuhan sisa jembatan tersebut untuk menyeberangi
sungai tersebut. Saat berusaha menyebrangi sungai tersebit, ia mendapatkan
sejumlah tembakan dari tentara Jerman.
Namanya juga
tokoh utama, Schofield berhasil selamat dari serangkaian serangan tentara Jerman
tersebut. Padahal tentara Jerman tersebut sudah menembaki Schofield belasan
kali. Schofield berhasil mendatangi gedung tempat tentara Jerman tersebut.
Sayangnya, ketika berhadapan langsung dengan tentara Jerman tersebut, mereka
sama-sama saling menembak satu sama lain sehingga Schofield pingsan tidak sadarkan
diri selama beberapa jam.
Schofield yang baru
saja terbangun langsung berlari melewati reruntuhan kota karena ia tidak mau
terlambat sampai di lokasi Kolonel Mackenzie. Ia sudah terlambat beberapa jam
dari jadwal yang seharusnya karena sempat pingsan. Ia khawatir, jika terlambat
sampai di Kolonel Mackenzie ia tidak bisa menyelamatkan Kolonel Mackenzie dan
1.600 pasukannya.
Perjalanan
Schofield melewati reruntuhan kota tersebut tidaklah mudah karena ia harus
menghindari serangan tentara Jerman yang lagi berpatroli di sana. Beruntung,
Schofield menemukan salah satu jendela bangunan yang bisa ia masuki sebagai
tempat sembunyi dari serbuan tentara Jerman tersebut.
![]() |
Schofield bertemu dengan gadis dan bayi random |
Bangunan tersebut
berisikan seorang gadis Prancis yang tidak bisa bahasa Inggris sama sekali. Gadis
tersebut berusaha mengobati luka Schofield yang ia dapatkan dari tentara Jerman
yang menyebabkannya pingsan selama beberapa jam. Gak cuma bertemu dengan gadis
Prancis tersebut saja, ia juga bertemu dengan seorang bayi di bangunan
tersebut. Bayi tersebut bukanlah bayi milik gadis tersebut. Mungkin, gadis
tersebut juga sama seperti Schofield, terpaksa sembunyi di bangunan tersebut untuk
berlindung dari ganasnya perang, dan bertemu dengan bayi tersebut yang
ditinggalkan oleh orang tuanya. Mungkin orang tua dari bayi tersebut sudah
meninggal dunia, tidak ada yang tahu, namanya juga perang.
Schofield merasa
iba pada gadis dan bayi tersebut. Makanya ia berusaha membantu gadis tersebut
dengan memberinya sejumlah makanan kaleng yang ia dapatkan dari peternakan
tempat Blake meninggal dunia. Schofield pun sadar bahwa bayi tersebut tidak
bisa makan makanan kaleng yang ia berikan pada gadis tersebut. Schofield ingat
bahwa ia dan Blake sempat mengambil sebotol susu saat berada di peternakan
tersebut, jadinya Schofield memberikan susu sapi tersebut pada gadis tersebut,
dan gadis tersebut sangat berterimakasih pada Schofield.
Saya gak tahu
apakah susu sapi bisa diberikan apa tidak pada seorang bayi manusia. Terlepas
dari itu semua, film ini menunjukan pada kita semua sebagai penontonnya bahwa
di tengah gempuran perang dunia, Schofield masih punya sisi humanis dengan
berusaha menolong gadis dan bayi tersebut sebisanya. Sisi humanis Schofield pun
tidak hanya ditunjukan di situ, tapi juga ditunjukan ketika ia dan Bale
berusaha menolong seorang pilot Jerman yang jelas-jelas merupakan musuhnya.
Schofield tidak
bisa berlama-lama di bangunan tersebut karena ia harus segera tiba di lokasi Kolonel
Mackenzie sesegera mungkin karena ia sudah sangat terlambat. Perjalanan menuju
lokasi Kolonel Mackenzie tentu saja penuh rintangan. Ia harus berhadapan dengan
tentara Jerman sampai-sampai ia terpaksa lompat ke dalam sungai yang arusnya
sangat deras supaya bisa lolos dari gempuran tentara Jerman tersebut.
Kengerian perang
benar-benar digambarkan dengan sempurna oleh film ini karena setelah tiba di bagian
sungai yang arusnya sudah tenang, ia melihat puluhan mayat tentara di tepi
sungai. Ia harus melewati puluhan mayat tersebut supaya bisa menuju daratan.
Schofield bahkan sempat menangis setelah melewati tumpukan mayat-mayat tersebut.
Gimana gak nangis, sekuat apapun seorang manusia, kalau berada pada kondisi
perang, pastinya akan mengalami apa yang ia alami, yakni menangis.
Tidak jauh dari
sungai tersebut, Schofield bertemu dengan pasukan bawahan Kolonel Mackenzie.
Artinya, ia sudah berada di lokasi yang tepat meskipun ia terlambat karena hari
sudah pagi. Schofield lagi-lagi harus melewati parit supaya bisa bertemu dengan
Kolonel Mackenzie. Ia sadar, parit-prait tersebut terlalu ramai untuk bisa ia lewati
sehingga ia nekad keluar dari parit dan berlari di medan perang terbuka yang
bisa saja membunuhnya. Tapi ia tidak peduli dengan hal tersebut karena ia ingin
segera tiba di lokasi Kolonel Mackenzie untuk segera menunaikan tugasnya sebagai
seorang prajurit.
Adegan Schofield
melewati medan perang terbuka tersebut tentu membuat siapa saja yang
menontonnya terharu karena Schofield bisa saja tewas di sana. Film ini pun
sedikit membuat saya bersyukur tidak berprofesi sebagai seorang prajurit karena
menyaksikan adegan ini. Jadi prajurit tentu tidak semudah yang kita saksikan
lewat film maupun video game yang sering kita mainkan di rumah.
![]() |
Kolonel Mackenzie |
Pada akhirnya,
Schofield berhasil tiba di lokasi Kolonel Mackenzie. Namun ia menolak perintah
yang diberikan Jenderal Erinmore meskipun ia sudah membaca surat yang dibawakan
oleh Schofield. Kolonel Mackenzie memberitahu Schofield bahwa satu-satunya cara
menghentikan perang ini adalah bertahan sampai titik darah penghabisan. Yang
bertahan sampai akhir adalah pemenang dari perang tersebut.
Setelah bertemu
dengan Kolonel Mackenzie, Schofield pun mencari saudara laki-laki Blake, Letnan
Joseph Blake (diperankan Richard Madden) dan menyerahkan sejumlah barang milik
Tom Blake seperti dogtag dan cincin miliknya. Schofield pun meminta izin
pada Joseph untuk menulis surat pada ibunya atas permintaan Tom sebelum ia
meninggal dunia. Joseph pun berterimakasih pada Schofield karena ia sudah susah-susah
menemuinya untuk berusaha melaksanakan permintaan terakhir Blake sebelum ia
meninggal dunia.
Film ini pun
ditutup dengan Schofield yang duduk bersandar di bawah pohon sambil melihat
foto istri dan anaknya. Adegan penutupnya pun sama seperti adegan pembukanya di
mana adegan pembuka film ini pun sama-sama menampilkan adegan tokoh utamanya
yang lagi duduk bersandar di bawah pohon.
KESIMPULAN
Untuk yang suka dengan film-film Perang Dunia I
maupun Perang Dunia II macam Saving Private Ryan (1998), Hacksaw Ridge (2016), hingga Dunkirk (2017)
tentu saja pasti suka dengan film ini meskipun cerita film ini biasa saja,
tidak sedalam Saving Private Ryan. Namun film ini sinematografinya juara banget
sampai-sampai dianugerahi Oscar untuk kategori Best Cinematography, Best Visual
Effects dan Best Sound Mixing.
![]() |
1917 saat penganugerahan Oscar |
Teknik one
shot film ini pun membuat film ini jadi lebih sulit dibuat dari segi teknis
pembuatannya. Teknik one shot ini
membuat film perang macam 1917 jadi lebih realistis, tidak seperti film lainnya
yang dibuat bukan dengan Teknik one shot. Makanya film ini jauh lebih realistis
menggambarkan perang sampai-sampai dianugerai Oscar.
0 Comments