Beberapa tahun ini, saya rutin menjadi pendonorapheresis di Palang Merah Indonesia Kota Bandung setelah sebelumnya menjadi
pendonor darah reguler (whole blood). Prosesnya
kurang lebih sama saja, hanya durasi donornya saja yang lebih lama. Mungkin
kurang lebih durasinya sampai memakan waktu dua jam sejak kedatangan calon
pendonor apheresis di markas PMI.
Hasil pemeriksaan laboratorium saya |
Kenapa lama? Sebelum darah disumbangkan, calon
pendonor apheresis akan diambil sampel darahnya dan dipastikan kadar
hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan leukositnya sesuai standar. Tidak hanya
itu, calon pendonor apheresis pun akan diperiksa apakah terbebas dari penyakit yang
dapat ditularkan lewat transfusi darah seperti sifilis, hepatitis B, hepatitis
C, serta HIV/AIDS. Setelah dipastikan aman, barulah darah diambil oleh tenaga
kesehatan yang bertugas di PMI.
Berbeda dengan donor darah reguler (whole blood) yang
kurang lebih durasinya tidak akan memakan waktu sampai setengah jam (tergantung
antrianya juga sebenarnya) sejak kedatangan calon pendonor darah reguler di
markas PMI karena pada donor darah reguler (whole blood), tidak ada pengambilan
sampel darah seperti donor darah apheresis.
Alasannya, donor apheresis biasanya diperuntukan
langsung diberikan pada pasien yang membutuhkan komponen darah tertentu setelah
proses donor apheresis selesai. Berbeda dengan donor reguler (whole blood)
dimana kantong darah yang sudah diambil disimpan terlebih dahulu selama
beberapa waktu sampai kantong darah tersebut dibutuhkan oleh pasien yang
membutuhkan. Makanya prosesnya jauh lebih ketat.
Meskipun begitu, donor darah reguler (whole blood)
tetap akan diuji kelayakannya di laboratorium kok! Jadi jika komponen darah
yang sudah disumbangkan terkontaminasi penyakit yang bisa ditularkan oleh
transfusi darah seperti sifilis, hepatitis B, hepatitis C, serta HIV/AIDS,
pasti PMI akan menghubungi pendonor darah yang bersangkutan via surat atau
telepon. Jadi kalau kamu gak pernah dihubungi oleh PMI, artinya darahmu aman
dari penyakit-penyakit tersebut.
Selain tujuan utamanya untuk membantu pasien yang
membutuhkan darah, donor darah pun memberikan sejumlah keuntungan untuk para
pendonornya, yakni para pendonor darah bisa menjadikan kegiatan donor darahnya
sebagai ajang medical check up gratis karena pendonor darah bisa diperiksa
tekanan darahnya, bisa konsultasi rutin dengan dokter, dan komponen darahnya
bisa diperiksa di laboratorium.
Bagi saya, pemeriksaan tekanan darah, konsultasi
dengan dokter, hingga pemeriksaan darah di laboratorium itu biayanya tidak
sedikit. Apalagi di rumah sakit besar dan laboratorium komersil. Setidaknya,
bisa memakan biaya ratusan ribu, makanya saya memanfaatkan kegiatan donor darah
yang rutin saya lakukan untuk ajang medical check up gratis.
Medical check up itu penting dilakukan oleh semua
orang, setidaknya satu tahun sekali. Kalau bisa malah setahun dua kali. Namun
tidak semua orang punya privilese untuk melakukan medical check up karena
biayanya cukup mahal. Medical check up pun tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan
dan tidak ditanggung oleh semua asuransi kesehatan swasta. Makanya, medical
check up lebih banyak dilakukan oleh mereka-mereka yang punya privilese, dalam
artian punya uang lebih untuk melakukan medical check up tersebut.
Jadi saya akan memanfaatkan kegiatan donor darah
apheresis yang saya lakukan sebulan sekali sebagai ajang medical check up
kecil-kecilan untuk memastikan kadar kesehatan saya tetap terjaga meskipun saya
rutin gym dan sebisa mungkiin menjaga pola makan sesehat mungkin, sebisa yang
saya lakukan karena banyak penyakit yang tidak punya gejala sama sekali seperti
kanker, hipertensi, diabetes, hingga HIV/AIDS sekalipun. Bukan hanya Covid-19
saja penyakit yang tidak ada gejalanya sama sekali.
0 Comments