Ilustrasi babysitter
Sumber foto : Orami.co.id

Beberapa hari yang lalu, saya menghadiri acara pernikahan saudara saya yang dilaksanakan di salah satu hotel di Bandung. Pada acara pernikahan tersebut, saya melihat sejumlah balita dan anak-anak yang dijaga oleh babysitter karena kedua orang tua mereka sibuk menghadiri acara pernikahan tersebut. Melihat pemandangan tersebut, saya jadi teringat salah satu ilustrasi komik yang dibuat oleh Benny dan Mice berikut ini.

Ilustrasi Benny dan Mice

Saya pikir, ilustrasi komik tersebut relate banget dengan pemandangan yang saya lihat. Dalam ilustrasi tersebut, disebutkan bahwa menu makanan anak yang babysitter asuh sangat berbeda dengan menu makanan yang ia konsumsi sehari-hari. Anak yang babysitter asuh tersebut biasanya menu sehat yang sudah disiapkan oleh kedua orang tua sang anak yang pastinya tergolong sangat mampu. Berbeda jauh dengan menu makanan sang babysitter yang biasanya hanya beliau beli dari warung makan terdekat karena gaji yang mereka terima nominalnya tidak banyak.

Saya kenal dengan beberapa babysitter yang mengasuh teman dan saudara yang jadi teman sepermainan saya. Mereka bercerita bahwa mereka memiliki anak di kampung halaman yang terpaksa mereka titipkan pada suami atau sanak saudara mereka supaya beliau bisa bekerja sebagai babysitter di kota besar.

Saat dewasa, kalau dipikir-pikir, nyesek juga ya? Ketika anak orang lain yang ia besarkan bersekolah di sekolah elit, anak babysitter tersebut bersekolah di sekolah yang biasa-biasa saja di kampung halamannya. Ketika anak orang lain yang ia besarkan bermain dengan sejumlah mainan mewah dan berbagai gadget yang diberikan orang tuanya, anak babysitter tersebut barangkali hanya bermain dengan permainan seadanya di kampung halamannya.

Yang lebih nyesek lagi, para babysitter ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membesarkan anak orang lain alih-alih anak kandungnya sendiri. Saya tidak bisa membayangkan nyeseknya perasaan para babysitter tersebut ketika menggendong atau menyuapi anak orang lain alih-alih menggendong atau menyuapi anak kandungnya sendiri.

Mereka melakukan ini semua bukan karena gak sayang dengan anak kandungnya. Justru supaya anak kandungnya bisa punya kehidupan yang lebih baik dibanding kehidupannya sendiri. Makanya para babysitter ini bekerja keras dengan membesarkan anak orang lain tersebut di kota besar.

“Lho, banyak juga kok babysitter yang diperlakukan dengan sangat manusiawi oleh orang kaya yang mempekerjakannya!”

Memang, ada sejumlah orang kaya yang mempekerjakan babysitter dengan sangat mansusiawi. Mereka menggaji babysitter yang membesarkan anak mereka dengan nominal yang cukup besar. Mereka juga memberikan menu makanan yang sangat layak dan mengizinkan babysitter untuk istirahat di malam hari, memberinya THR ketika hari raya dan mengizinkannya pulang kampung setiap beberapa bulan sekali. 

Malahan ada juga orang kaya yang turut menyekolahkan anak babysitter tersebut sampai kuliah segala. Ketika anak yang dibesarkan babysitter tersebut tumbuh dewasa dan berhasil jadi orang kaya, ia pun tidak lupa dengan jasa babysitter tersebut. Malahan ia memberikan sejumlah tanda terimakasih pada baysitter tersebut atas jasanya tersebut. Tapi hanya sedikit orang kaya yang memperlakukan babysitter seperti itu. Kalau nggak mah gak akan ada kesenjangan sosial atuh!

Di Indonesia, gaji atau upah babysitter belum sebesar gaji atau upah babysitter di negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, maupun Inggris. Dari cerita teman saya yang bekerja disana, gaji atau upah babysitter bisa €10-15 per jamnya, tergantung dari skill dan pengalaman si babysitter itu sendiri. Beda sekali dengan di Indonesia bukan yang gaji atau upahnya mentok di angka UMR/UMK kota atau wilayah setempat? Bahkan saya yakin banyak yang gak menyentuh angka UMR/UMK kota atau wilayah setempat.

Gak cuma babysitter aja sih. Banyak asisten rumah tangga, tukang kebun, hingga sopir pribadi yang dipekerjakan orang kaya nasibnya serupa dengan babysitter yang saya ceritakan tersebut. Gak hanya terpaksa meninggalkan anak kandungnya di kampung halaman saja, tapi juga terpaksa bekerja keras di kota besar dengan gaji seadanya karena mereka gak punya pilihan lain dalam hidup.

Asisten rumah tangga dan tukang kebun memastikan rumah majikannya selalu bersih dan tertata rapi setiap hari tapi ia sendiri gak punya rumah. Sopir pribadi memastikan majikannya menyelesaikan segala urusannya dengan mengantarkannya setiap hari tapi ia sendiri gak punya kendaraan sama sekali. Meskipun begitu, mereka tetap menjalakan rutinitas tersebut karena gak semua orang punya privilege dari lahir kayak Suneo Honekawa atau Maudy Ayunda.

Saya gak menyalahkan orang yang punya privlege dari lahir kayak Suneo Honekawa atau Maudy Ayunda. Namanya juga hidup. Harus dijalani meskipun pahit. Yang penting kita harus menjalani karunia hidup yang sudah diberikan Tuhan pada kita dengan sebaik-baiknya saja dan terus berharap akan diberikan yang terbaik oleh Yang Maha Kuasa.