IMDb: 5,8/10 | Rating Saya: 6/10

Rated: PG-13 | Genre: Comedy, Romance

Directed by Bryan Gordon

Written by John Hughes

Produced by John Hughes, A. Hunt Lowry

Starring Frank Whaley, Jennifer Connelly, Dermot Mulroney  

Cinematography Donald McAlpine

Edited by Glenn Farr, Peck Prior    

Music by Thomas Newman

Production companies Hughes Entertainment       

Distributed by Universal Pictures

Release date 29 March 1991

Running time 83 minutes | Country United States

Language English | Budget $11,3 million


 

Setelah nonton Top Gun: Maverick (2022), berseliweran sejumlah video dari para YouTuber yang menampilkan sejumlah video klip musik yang dibintangi Jennifer Connelly pada tahun 90an. Video klip di atas diambil dari film yang berjudul Career Opportunities. Gak pake lama, saya langsung cari film tersebut dan menontonnya meskipun rating IMDbnya gak bagus-bagus amat. Simak ulasan saya berikut ini.

 

STORYLINE

Career Opportunites adalah film keluaran tahun 1991 buatan AMerika Serikat yang bercerita tentang seorang pria bernama Jim Dodge. Jim Dodge (diperankan Frank Whaley) adalah pria 21 tahun yang dianggap sebagai sampah masyarakat. Bukan saja oleh orang-orang di sekitarnya, tapi oleh keluarganya sendiri. Kejam sih, tapi itu akibat ulahnya sendiri juga.

Jim ini gak pernah becus dalam bekerja. Di awal film, ia bekerja sebagai penjaga hewan di salah satu petshop, tapi kemudian ia dipecat oleh atasannya karena dianggap terlalu malas dalam bekerja. Di tempat kerja ia malah sibuk duduk santai alih-alih bekejra. Lebih malas dibandingkan Nobi Nobita dalam anime dan manga Doraemon malah. Saya yang hanya nonton film ini saja sampai kesal.

Ayah Jim, Bud Dodge (diperankan John M. Jackson) adalah  seorang pemilik perusahaan kontraktor sampai-sampai memarahinya habis-habisan karena ia selalu dipecat dari pekerjaannya karena terlalu malas dalam bekerja. Ia pun sudah berusia 21 tahun tapi masih tinggal bersama kedua orang tuanya adiknya yang masih bersekolah. Maklum, di banyak negara Barat, masih tinggal bersama orang tua saat seseorang sudah berusia lebih dari 17 tahun itu merupakan sebuah aib, tidak seperti di Indonesia atau negara Asia lainnya.

Toko Retail "Target"

Untungnya, ayah Jim masih berbaik hati padanya. Ia memberikan Jim pekerjaan di salah satu retail terbesar di kotanya bernama “Target” sebagai seorang cleaning service. Tentu, Jim tidak mau bekerja sebagai seorang cleaning service karena ia terlanjur membual pada orang-orang di sekitarnya, terutama sejumlah anak-anak di sekitar tempat tinggalnya bahwa ia adalah eksekutif muda yang sukses. Selain itu, gaji cleaning service tidaklah besar. Namun Jim tidak punya pilihan lain.

Saat mulai bekerja di “Target”, Jim kaget karena ia harus membersihkan toko retail yang ukurannya sangat besar tersebut seorang diri saat toko retail tersebut sudah tutup. Ia diberi waktu sampai keesokan harinya, saat toko tersebut sudah dibuka kembali untuk membersihkan seluruh area toko retail tersebut. Atasannya bahkan menguncinya di dalam toko retail tersebut supaya Jim tidak bisa keluar. Atasannya tidak mau percaya begitu saja pada Jim. Takutnya Jim malah merampok toko retail tersebut. Atasannya pun mematikan seluruh lampu yang ada disana dengan alasan penghematan. “Mau gimana lagi”, kata Jim.

Jim yang malah main-main alih-alih bekerja

Sama seperti pekerjaan sebelumnya, Jim malah bermalas-malasan dalam bekerja. Bukannya sibuk bersih-bersih, ia malah menyalakan seluruh lampu disana dan bermain-main dengan apa yang bisa ia temukan disana. Mulai dari alat musik, alat rumah tangga, alat olahraga, hingga memakan makanan yang seharusnya tidak ia sentuh sama sekali. Ia bahkan sibuk bermain sepatu roda disana.

Kesenangan yang dialami Jim tidak berlangsung lama karena saat bermain sepatu roda, ia melihat seorang gadis sedang memperhatikannya disana. Gadis tersebut bernama Josie McClellan (diperankan Jennifer Connelly) yang merupakan teman satu sekolahnya dulu. Sejak lama, Jim ini punya perasaan pada Josie. Maklum, Josie adalah seorang gadis cantik dan putri dari orang paling kaya di kota tempat mereka tinggal.

Jim dan Josie

Josie berada di toko retail tersebut karena ia lagi ribut dengan ayah kandungnya. Saat toko tersebut masih tutup dan Jim belum datang, ia nyolong sejumlah barang disana biar ia bisa mempermalukan ayahnya yang merupakan orang paling dipandang di kotanya. Tapi ia ragu untuk melakukan hal tersebut sampai-sampai toko tersebut tutup dan Jim pun datang.

Hal-hal klise yang kerap kali kita temui pada drama Korea, film dan serial Hollywood, hingga film dan FTV Indonesia pun kita temui disini. Jim yang merupakan seorang pria kelas menengah iri dengan Josie yang merupakan seorang anak konglomerat. Ia pingin hidup enak seperti Josie. Sebaliknya, Josie yang merupakan seorang anak konglomerat merasa iri dengan Jim yang merupakan orang yang biasa-biasa saja. Ia pingin hidup bebas seperti Jim.

Pasalnya, ayah Josie, Roger McCellan (diperankan Noble Willingham) adalah seorang orang tua yang selalu memaksakan kehendaknya pada Josie. Josie kerap kali disuruh ayahnya untuk bertegur sapa dengan sejumlah tamu-tamunya di rumahnya yang besar. Josie gak suka dengan hal-hal semacam ini. Dari sudut pandang Jim, tentu saja Jim merasa aneh dengan Josie.

Jim dan Josie yang semakin intim

Josie dan Jim langsung nyambung satu sama lain. Selain karena mereka pernah satu sekolah meskipun tak pernah sekalipun bertegur sapa, mereka merasa, latar belakang masalah yang saya sebutkan di atas kurang lebih sama. Mereka berdua langsung membuat berbagai kekacauan di toko retail tersebut dengan mencoba setiap barang yang ada pada toko retail tersebut dengan cara yang menggemaskan layaknya drama Korea, film dan serial Hollywood, hingga film dan FTV Indonesia yang sering kita jumpai.

Saking merasa nyambung dengan Jim, Josie menawarkan Jim untuk sama-sama memulai hidup yang baru dengan berbekal uang USD 52.000 yang dimilikinya. Mereka berdua berencana untuk pergi dan memulai hidup baru di Los Angeles, California. Di film ini tidak dijelaskan darimana Josie memperoleh uang sebanyak itu, tapi dugaan saya, Josie memperoleh uang tersebut dari uang saku yang diberikan ayahnya selama ini yang ia tabung.

Sementara itu, ayah Josie, Roger, meminta polisi setempat untuk membantunya mencari putrinya yang hilang. Disisi lain, dua orang perampok tengah mencari cara untuk masuk ke toko retail tersebut untuk merampok toko tersebut. Saat polisi tersebut mengetuk pintu toko retail tersebut, Jim menjelaskan pada polisi tersebut bahwa ia tak melihat Josie sama sekali dan ia dikunci oleh atasannya sampai pagi dan polisi tersebut memutuskan untuk pulang begitu saja.

Jim dan Josie saat didatangi perampok

Tentu saja, dua perampok tersebut langsung masuk ke dalam toko. Namun alih-alih menyekap, menyandera atau membunuh Jim dan Josie, kedua perampok tersebut malah bertindak konyol layaknya penjahat di film Home Alone. Maklum, ini film tahun 90an yang genrenya komedi. Bukan film dark ala DC. Kalau ini film dark ala DC, pastinya Jim dan Josie sudah dibunuh oleh kedua perampok tersebut.

Pada akhirnya, Josie dan Jim berhasil bekerjasama untuk melawan perampok tersebut dengan berbagai trik yang mereka lakukan sehingga perampok tersebut bisa ditangkap. Setelah memastikan mereka telah kalah, mereka mengikat dua perampok tersebut dan melanjutkan hidup mereka yang baru di Los Angeles, California.

 

KESIMPULAN



Rating IMDb memang tidak pernah bohong. Film ini sebetulnya berpotensi jadi film comedy romance yang bagus, apalagi dengan kehadiran Jennifer Connelly disini. Sasyangnya eksekusinya tidak bagus sama sekali.  Tapi ya fokus saya bukan pada jalan ceritanya. Saya cuma kepingin lihat Jennifer COnnelly saat masih muda yang cantik banget. Betul-betul merepresentasikan gadis era 90an banget dengan segala serba-serbinya.

Frank Whaley dan Jennifer Connelly

Frank Whaley memang pria yang beruntung karena bisa beradu akting dengan Jennifer Connelly. Bahkan sampai bisa berpelukan dan berciuman dengannya. Tapi Tuhan Maha Adil, Frank Whaley memang bisa punya kekasih secantik Jennifer Connelly di film ini, tapi ia harus ditembak sampai mati di film Pulp Fiction (1994).