IMDb: 7,6/10 | Rating Saya: 9/10

Rated: R | Genre: Action, Drama

Directed by Zack Snyder

Screenplay by Zack Snyder, Kurt Johnstad, Michael B. Gordon

Based on 300 by Frank Miller, Lynn Varley

Produced by Gianni Nunnari, Mark Canton, Bernie Goldmann, Jeffrey Silver

Starring Gerard Butler, Lena Headey, David Wenham, Dominic West

Cinematography Larry Fong

Edited by William Hoy

Music by Tyler Bates

Production companies Legendary Pictures, Virtual Studios, Atmosphere Entertainment MM, Hollywood Gang Productions

Distributed by Warner Bros. Pictures          

Release date 9 December 2006 (Butt-Numb-A-Thon), 14 February 2007 (Berlin), 9 March 2007 (United States)

Running time 116 minutes | Country United States

Language English | Budget $60-65 million

 

Film-film kolosal seperti Braveheart (1995), Gladiator (2000), hingga Troy (2004) mewarnai kehidupan saya hingga saat ini. Gak cuma menanamkan jiwa patriotisme, tapi film tersebut juga cukup menghibur meskipun dari ketepatan sejarahnya, gak terlalu akurat-akurat banget.

Selain ketiga film di atas, ada film lainnya yang menurut saya tidak kalah bagusnya, yakni 300. Saya pertama kali nonton film ini sewaktu masih duduk di bangku SMP. Saat itu saya cuma asal nonton saja. Waktu itu juga saya nonton lewat DVD di rumah.Saya pikir pesawat televisi yang saya miliki ini rusak karena filmnya gelap. Saya juga sempat mikir bahwa DVD yang saya beli merupakan DVD bajakan yang masih versi Kualitas CAM / HDCAM, gak tahunya memang filmnya gelap karena film ini merupakan film besutan Zack Snyder yang menggarap Trilogy Man of Steel (2013), Batman v Superman (2016) dan Zack Snyder’s Justice League (2021) yang stylenya gelap banget. Saya baru sadar sekarang. Memalukan memang. Simak ulasannya berikut ini.

 

STORYLINE

300 adalah film keluaran tahun 2006 buatan Amerika Serikat yang bercerita tentang kisah hidup Leonidas I, seorang Raja Sparta yang hidup sekitar 479 SM. Sejak awal, film besutan Zack Snyder ini gelap banget, kayak minim lightning gitu. Selain gelap dari sisi lightning, storylinenya juga gelap banget karena Bangsa Sparta benar-benar keras dalam hidupnya. Bayi-bayi yang terlahir cacat dibuang oleh orang tua mereka karena dianggap tidak akan bisa bertempur jika tumbuh dewasa. Sejak anak-anak, mereka sudah digembleng habis-habisan oleh orang tua mereka. Mereka dididik ilmu beladiri dengan sangat keras supaya mereka bisa melindungi bangsa mereka dari invasi bangsa asing. Hasilnya? Raja Leonidas (diperankan Gerard Butler) yang sangat gagah dan maskulin banget!

Leonidas dan pasukannya

Kenapa saya sebut gagah dan maskulin? Leonidas dan pasukan Sparta yang ia pimpin adalah representasi dari kemaskulinan itu sendiri. Tidak saja bertubuh atletis bak seorang atlet binaraga, tapi mereka juga jago ilmu beladiri, punya suara yang berat, tidak banyak bicara, pintar, dan rela berkorban demi bangsa dan negara. Bikin saya semakin termotivasi untuk latihan di gym.

Suatu hari, seorang pembawa pesan dari Persia (diperankan Peter Mensah) tiba di kediaman Leonidas. Bukan untuk misi perdamaian, melainkan untuk menuntut pemberian “tanah dan air” milik Sparta pada Raja Xerxes dari Persia. Dengan kata lain, Raja Xerxes bermaksud ingin menjajah Yunani secara baik-baik, tanpa paksaan sama sekali.


Sebagai Raja Sparta, secara tegas Leonidas menolak penjajahan dari bangsa asing meskipun tidak dilakukan dengan ekspansi yang berdarah-darah. Ia harus bertindak tegas. Untuk inilah ia dilatih dengan keras sejak lahir. Setelah melihat reaksi istrinya, Ratu Gorgo (diperankan Lena Headey) yang ikut menolak segala bentuk penjajahan, Leonidas langsung menendang orang Persia tersebut ke dalam sumur. Leonidas tak ingin tanah kelahirannya dijajah oleh bangsa asing.

Sebagai prajurit yang sudah terlatih dengan sangat keras, Leonidas kepingin langsung menghajar Bangsa Persia secara langsung biar tanah kelahirannya gak dijajah. Tapi hal tersebut sulit untuk dilakukan karena pasukan Persia lebih unggul secara jumlah. Namun para Ephors (semacam hakim tertinggi Sparta) melarang Leonidas untuk berperang. Leonidas tentu saja kecewa dengan para Ephors tersebut.

Meskipun Ephors menolak untuk perang terbuka dengan bangsa Persia, Leonidas tidak menyerah. Ia mengumpulkan tiga ratus prajurit terbaiknya untuk menyerang bangsa Persia dengan kedok bahwa Leonidas hanya ingin jalan-jalan saja. Tiga ratus prajurit tersebut ia sebut sebagai pengawal pribadinya saja. Yang bikin saya terharu saat nonton ini adalah, seorang prajurit Persia yang berkata bahwa ia akan setia pada Raja Leonidas sampai akhir. Ia bersedia untuk mati demi Leonidas. Saya tak tahu bagaimana seorang prajurit pada film-film kolosal seperti 300 bisa setia seperti itu. Pastinya doktrin yang ditanamkan pada mereka sangat kuat makanya mereka bisa setia seperti itu. Sama persis seperti jiwa budo dan bushido yang ditanamkan pada para samurai yang setia pada tuan tanah, bangsa, dan negaranya. Dalam perjalanannya, Leonidas juga bersekutu dengan sejumlah orang Arcadian sebagai bala bantuan dalam melawan invasi bangsa Persia.

Saya benar-benar geleng-geleng kepala dengan mental dan semangat prajurit Sparta. Gak cuma rela mati demi Leonidas, mereka juga pantang menyerah layaknya para protagonis dalam anime-anime yang selama ini sering kita tonton, hanya saja dengan bentuk yang lebih realistis, tidak seperti pada anime-anime.

Leonidas dan pasukannya

Selain unggul dari segi kemampuan bertarung, mereka juga unggul dari segi taktis bertarung. Makanya Leonidas cuma bawa 300 orang saja, biar bisa efektif mengatur serangan dan pertahanannya. Tidak ada yang bisa menembus pertahanan pasukan Sparta. Mereka ibarat kura-kura yang punya tempurung kuat karena pertahanan mereka sangat sulit ditembus oleh lawan-lawannya. Ribuan prajurit Persia tidak berdaya melawan 300 tentara Sparta yang dipimpin oleh Leonidas.

Leonidas dan Ephialtes

Tidak lama, Leonidas bertemu dengan Ephialtes (diperankan Andrew Tiernan) seorang prajurit Sparta yang mengalami kecatatan fisik. Ephialtes ini persis seperti Quasimodo dalam film animasi Disney The Hunchback of Notre Dame (1996). Ephialtes ini meminta Leonidas untuk membawanya. Ia kepingin membela bangsa dan negaranya. Ia rela mati demi Leonidas. Namun Leonidas menolaknya karena Ephialtes ia anggap akan menghambat seluruh pasukan yang ia pimpin karena ia dianggap tidak bisa menjalankan strategi pertahanan dan penyerangan karena kecacatan yang dialaminya.

Leonidas dan Xerxes

Leonidas pun menjalankan perjalanannya bersama para prajuritnya dan ia pun akhirnya berkesempatan untuk bertemu Xerxes (diperankan Rodrigo Santoro) secara langsung. Xerxes manawarkan Leonidas hal-hal duniawi seperti kekuasaan tertinggi sebagai imbalan jika Leonidas mau menyerahkan tanah Sparta padanya. Tidak perlu ada pertumpahan darah. Leonidas tentu saja menolaknya karena ia dan pasukan Sparta yang dipimpinnya punya harga diri yang tinggi. Leonidas pun menganggap bahwa kualitas prajurit Xerxes tidak sebaik prajurit yang ia pimpin.

Mendengar penolakan dari Leonidas, Xerxes pun murka. Ia bertekad tidak saja menghancurkan Leonidas dan pasukannya, tapi ia bertekad “menghapus” Sparta dari sejarah dunia dengan melenyapkan mereka semua, termasuk para wanita dan anak-anak Sparta. Alih-alih takut, Leonidas malah nantangin balik Xerxes. Leonidas adalah representasi bagaimana seorang pemimpin harus bersikap. Tidak banyak pemimpin dunia saat ini yang bersikap seperti Leonidas.

Xerxes tidak menyerah. Ia bersekutu dengan bala bantuan tentara dari Asia untuk menghancurkan Spartan, tetapi tidak berhasil. Sialnya, Ephialtes yang sakit hati setelah ditolak Leonidas membelot ke Xerxes dan ia pun memberitahukan segala hal yang ia tahu tentang Leonidas dan pasukannya pada Xerxes. Ephialtes mengkhianati Leonidas supaya ia bisa memperoleh kekayaan, kemewahan, kemasyuran, dan tentu saja, biar wanita bisa menggandrunginya karena sebagai orang yang cacat sejak lahir, Ephialtes sering mengalami penolakan demi penolakan.

Sebelum melanjutkan pertempuran melawan Xerxes, Leonidas sempat memerintahkan Dilios (diperankan David Wenham) untuk kembali ke Sparta untuk memberi tahu mereka tentang apa yang terjadi di lapangan. Leonidas juga sekaligus memerintahkan Dilios untuk menulis dan menceritakan kisah mereka pada generasi penerus biar generasi penerus Sparta tahu tentang mereka, 300 prajurit Sparta yang gagah berani.

Saya rasa, Leonidas melakukan hal tersebut karena ia tahu bahwa ia akan gugur dalam pertempuran melawan Xerxes. Ia bisa saja mundur dan hidup damai jika ia menyerah pada Xerxes. Tapi, karena harga diri yang tinggi, Leonidas tentu tidak mau menyerah sama sekali. Ia bertekad untuk terus maju meskipun harus mati sekalipun.

Ratu Gorgo dan Theron

Ah iya, di balik pertempuran yang seru di lapangan, penonton juga disajikan perpolitikan Yunani yang cukup rumit. Ratu Gorgo mencoba membujuk para anggota Dewan Sparta (semacam anggota DPR) biar mereka bisa mengirim bala bantuan untuk membantu Leonidas melawan pasukan Persia. Ratu Gorgo melakukan segala cara biar ia bisa memenangkan suara para anggota dewan tersebut, termasuk tidur bersama Theron (diperankan Dominic West) biar Theron bisa mempengaruhi para anggota dewan biar mengirimkan bala bantuan ke medan pertempuran.

Theron ini dari awal film memang tipikal karakter yang sangat menyebalkan. Dari wajahnya saja sudah terlihat bahwa ia akan berkhianat atau punya peran antagonis. Mohon maaf, bukannya bermaksud face shaming ya, namun memang aktingnya sangat bagus makanya saya berkata seperti ini.

Theron bermaksud mempermalukan Ratu Gorgo di hadapan anggota dewan. Ia menyebarkan fitnah bahwa Ratu Gorgo menawarkan tubuhnya pada Theron secara langsung. Ratu Gorgo langsung menusuknya dengan belati saking kesalnya. Setelah ia mati, semua orang yang ada disana melihat mata uang emas Xerxes dari balik jubahnya sehingga mereka tahu bahwa Theron telah berkhianat padanya. Anggota dewan pun mengirimkan pasukan untuk membantu Leonidas melawan pasukan Persia yang dipimpin Xerxes.

Leonidas yang tidak menyerah hingga akhir

Namun, semuanya sudah terlambat karena Leonidas dan 300 pasukan Sparta yang dipimpinnya telah gugur dalam pertempuran melawan Xerxes. Meskipun begitu, saya menaruh hormat pada Leonidas dan 300 pasukan Sparta yang dipimpinnya karena ia rela gugur dalam pertempuran daripada menyerahkan harga dirinya pada bangsa Persia.  Adegan penutupnya jugatak kalah kerennya, ketika para pasukan Yunani membalas perbuatan orang Persia dengan mengirimkan pasukan dengan jumlah yang lebih banyak.

 

KESIMPULAN

Film buatan Zack Snyder memang gak ada yang gak jelek, setidaknya, bagi saya. Hanya orang-orang yang tidak mengerti apa pesan yang dimaksudkan oleh Zack Snyder pada penonton yang bilang bahwa film buatannya gak bagus. Film Zack Snyder memang gelap, baik secara harfiah maupun dalam arti sesungguhnya. Tapi memang itu gaya Zack Snyder yang familiar dengan komik-komik gelap macam DC alih-alih komik-komik yang colorful, makanya film-film yang dibuatnya gelap banget dan tidak mudah dimengerti oleh orang lain.

Selain itu, akting Gerard Butler di film ini juga bagus banget! Tubuhnya sebagai Leonidas juga sangat atletis dan kekar, yang sangat memotivasi saya untuk terus berlatih di gym. Akting Lena Headey juga tak kalah ciamiknya. Memang Lena Headey sejak dahulu cocok memerankan peran sebagai ratu-ratu gitu seperti perannya sebagai Cersei Lannister dalam serial Game of Thrones. Anyway, sebagai penutup, film ini pun cukup menghibur banget dan saya rekomendasikan untuk kalian-kalian pencinta film.