Senin
(25/07/2022) pukul 09.45 WIB, saya bersama ketiga teman saya berangkat dari
Kota Bandung ke Pangalengan. Tentu, rumah tersebut bukanlah rumah dari ibu
kandung kami, melainkan rumah yang digunakan sebagai setting lokasi film
Pengabdi Setan (2017) karya Joko Anwar pada tahun 2017 yang lalu. Kami sengaja ke
Pangalengan untuk berkunjung ke ‘Rumah Ibu’ sebelum nonton sekuel Pengabdi
Setan, Pengabdi Setan 2: Communion (2022) yang akan tayang di bulan Agustus 2022.
Perjalanan
dari Kota Bandung ke Pangalengan tidaklah mudah. Pasalnya, perjalanan tersebut
memakan waktu hampir tiga jam karena kami menggunakan mobil dari Kota Bandung
ke Pangalengan. Jika kami menggunakan sepeda motor, niscaya durasi perjalanan
akan jauh lebih singkat.
Beberapa
kilometer sebelum tiba di ‘Rumah Ibu’, kami disuguhkan pemandangan kebun teh
yang sangat indah. Sesekali, kami melihat para petani yang mengangkut berbagai
jenis tanaman komoditi Pangalengan seperti wortel, kentang serta kubis.
Pemandangan yang sangat langka untuk kami yang menghabiskan sebagian besar
hidupnya di kota.
Untuk
mencapai ‘Rumah Ibu’, tidak ada kesulitan yang berarti. Selain karena lokasinya
mudah diakses via Google Maps, tersedia berbagai petunjuk arah yang menunjukan
jalan terdekat menuju ‘Rumah Ibu’ yang dibuat oleh warga setempat untuk
memudahkan wisatawan seperti kami untuk menuju ke ‘Rumah Ibu’.
Klik
di sini: Link Google Maps Rumah
Ibu
Rumah
Ibu yang Gak Seseram Filmnya
Sesampainya
di ‘Rumah Ibu’, kesan seram yang disuguhkan Joko Anwar lewat filmnya sama
sekali tidak terasa sama sekali. Pasalnya, saat ini ‘Rumah Ibu’ telah menjadi
tempat wisata komersil yang dikelola oleh warga Pangalengan. Sebelum masuk,
seluruh wisatawan diwajibkan membeli tiket seharga 10.000 Rupiah di loket yang
sudah disediakan. Selain itu, ada pengecekan suhu oleh petugas yang berjaga di
loket masuk dan kami diharuskan scan barcode untuk check in Aplikasi
PeduliLindungi.
Saya
benar-benar salut dengan bagimana Joko Anwar membuat kesan pada penontonnya
bahwa ‘Rumah Ibu’ merupakan sebuah rumah terpencil di tengah hutan yang dibangun
pada masa Kolonial Belanda. Soalnya, ‘Rumah Ibu’ ini gak terpencil-terpencil
amat! Beberapa puluh meter dari ‘Rumah Ibu’ berjejer puluhan rumah penduduk
asli Pangalengan seperti yang sering kita lihat di perumahan pada umumnya di
dalam lingkungan perkotaan. Teknik pengambilan gambarnya benar-benar jenius!
Ruang tamu di Rumah Ibu (Foto :Raden Muhammad Wisnu)
Gak
pake banyak basa-basi, saya dan ketiga teman saya pun langsung mengeksplorasi
‘Rumah Ibu’, mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, kamar Ibu, kamar Bondi dan
Ian, hingga ‘ruang sumur’ yang sangat mencekam pada film Pengabdi Setan. Rumah
ini pun masih menyisikan sejumlah perabotan rumah tangga yang ditayangkan pada
filmnya, seperti kasur tempat Ibu tidur, mesin jahit milik Ibu, hingga foto Ibu
dan keluarganya di ruang tamu. Sayangnya, tidak ada vinyl dan piringan hitam karya
Ibu yang sempat diputar oleh Rini (Tara Basro) pada filmnya.
Saya di kamar Ibu (Foto : Rifdi A.N) |
Bagi
saya yang gak punya kemampuan supranatural sama sekali, Rumah Ibu terkesan
biasa saja. Namun untuk mereka-mereka yang punya kemampuan supranatural, tentunya
akan merasakan sensasi yang berbeda dengan saya. Salah satu teman saya yang
ikut ke Rumah Ibu berkata, “Di ‘ruang sumur’ dan lorong dekat mushala
auranya gak enak!”, dan mendengar hal tersebut saya langsung kebayang
adegan-adengan menyeramkan dari film Pengabdi Setan.
Salah satu perabot di ruang tamu (Foto : Rifdi A.N)
Rupanya,
untuk kepentingan film Pengabdi Setan, Joko Anwar sudah mengubah beberapa
bagian asli dalam rumah yang saat ini dimiliki oleh PT Perkebunan Nusantara. Sejumlah
perabotan seperti pesawat televisi, pesawat radio, hingga pesawat telepon pun
ditempatkan oleh pengelola tempat wisata ini untuk menarik perhatian wisatawan
seperti saya agar betah berlama-lama di ‘Rumah Ibu’.
Pintu menuju 'Ruang sumur' (Foto : Rifdi A.N) |
Hal
ini saya ketahui dari seorang pria yang ingin dipanggil dengan panggilan ‘Abah’
saat saya menanyakan nama blio. “Aslinya mah gak kayak gini Jang. Ini
temboknya disekat lagi buat keperluan syuting film. Aslinya ruangannya (ruang
tamu) lebih luas daripada ini”, ujar Abah kepada saya.
Pria
berusia 66 tahun yang lahir dan tumbuh besar di Pangalengan ini sekarang berprofesi
sebagai ‘tour guide’ untuk memandu wisatawan yang sedang berkunjung ke ‘Rumah
Ibu’. Meskipun di Google Maps tertera
tulisan yang menunjukkan bahwa tempat wisata ini tutup apda pukul lima sore,
rumah ini ternyata buka 24 jam, lho.
“Rumah
ini buka 24 jam, Jang. Mau datang jam 11 malam juga gapapa, tinggal beli tiket
dan lapor aja ke petugas”, ujar ‘Abah’ pada saya.
Selain
memandu kami layaknya ‘tour guide’ profesional, ‘Abah’ juga turut menjadi
fotografer dadakan biar kami bisa berfoto di berbagai sudut Rumah Ibu, mulai
dari kamar ibu, ruang tamu, hingga teras rumah. Setelah puas berfoto, kami pun berpamitan
dengan ‘Abah’ karena kami sudah keburu lapar. Kalian tidak usah khawatir
kelaparan ketika berkunjung ke Rumah Ibu karena banyak warung makanan yang
tersedia tidak jauh dari Rumah Ibu.
Sesampainya
di warung, saya kembali berbincang dengan pemilik warung yang ingin dipanggil
dengan panggilan ’Emak’. Blio bercerita, “Banyak Jang kalau weekend
wisatawan kesini. Gak cuma dari Bandung, ada juga yang jauh-jauh dari Jakarta
bahkan Cirebon!”, tutur ‘Emak’ sambil membuatkan saya secangkir kopi.
“Kalau
mau nginap juga deket sini banyak villa. Mau nginap di Rumah Ibu juga boleh aja
kalau berani mah. Kemarin-kemarin ada yang nginap terus kesurupan. Emak jadi
repot ngurusinnya!”, lanjut Emak.
Untuk
kalian yang gak tertarik wisata mistis, bisa juga mengeksplorasi alam
Pangalengan yang dipenuhi oleh kebun teh. Sejumlah titik di kebun teh ini pun
pas banget untuk dijadikan objek berfoto. Gak cuma itu, kalian juga bisa wisata
off road disini dengan menyewa quad bike yang disediakan pengelola wisata
setempat. Buat yang demen sepedahan juga cocok banget bersepeda disini sambil
healing!
Sejarah
Rumah Ibu ‘Pengabdi Setan’
Kunjungan
kami ke Pangalengan pun gak sekadar napak tilas lokasi syuting film Pengabdi
Setan doang. Kami juga sedikit belajar sejarah, lho!
Saat
berada di dalam Rumah Ibu, ‘Abah’ turut memandu kami dari ruangan ke ruangan
sambil menjelaskan sejarah Pangalengan dan Rumah Ibu ‘Pengabdi Setan’ yang kami
kunjungi. Jauh sebelum digunakan Joko Anwar untuk keperluan syuting film
Pengabdi Setan, rumah ini dipergunakan sebagai kantor perkebunan teh milik
Pemerintah Kolonial Belanda. Salah satu orang Belanda yang menjadi juragan
perkebunan teh di Pangalengan adalah Karel Albert Rudolf Bosscha, yang saat ini
namanya diabadikan dalam Observatorium Bossca di Lembang, Kabupaten Bandung
Barat.
Bosscha
gak cuma jadi juaragan yang kerjanya duduk-duduk saja. Semasa hidupnya, Bosscha tidak hanya mendirikan
perkebunan teh di kawasan Pangalengan dan sekitarnya saja. Blio turut
berkontribusi mendirikan sekolah dasar dengan nama Vervoloog Malabar supaya
warga Pangalengan bisa mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya. Sekolah
peninggalan Bosscha tersebut sudah berganti nama menjadi SDN Malabar II. Hal
tersebut ‘Abah’ perlihatkan pada kami lewat foto-foto yang dipajang oleh PT
Perkebunan Nusantara VIII selaku pemilik Rumah Ibu yang kami kunjungi ini.
Surat Resmi Koperasi Karyawan Kebun Kertamanah PT Perkebunan Nusantara VIII
Setelah
seluruh rangkaian syuting film Pengabdi Setan selesai, ada banyak wisatawan
yang sengaja datang ke Rumah Ibu untuk berwisata sehingga Koperasi Karyawan
Kebun Kertamanah PT Perkebunan Nusantara VIII akhirnya mengeluarkan Surat Nomor
03/SPP/KOPKAR-KER/VIII/2020 yang memutuskan bahwa ‘Rumah Ibu’ secara resmi
dikelola untuk keperluan wisata komersil.
Mendengar
hal tersebut, tentu saja saya senang. Secara tidak langsung, film Pengabdi
Setan turut menghidupi kehidupan warga Pangalengan dan sekitarnya, bahkan
bertahun-tahun setelah pembuatan film tersebut. Sayangnya terlalu banyak hal
tidak penting yang saya lihat di Rumah Ibu, seperti hantu-hantuan seperti
pocong dan kuntilanak yang digantung di berbagai sudut rumah, hingga mural
Anabelle yang digambar pada tembok tak jauh dari loket masuk. Selain itu, terlalu
banyak sampah yang ditinggalkan wisatawan di dalam Rumah Ibu hingga aksi
vandalisme di berbagai sudut Rumah Ibu yang mengotori objek wisata yang saya
kunjungi ini.
0 Comments