IMDb: 5,9/10 | Rating Saya: 7/10

Rated: PG | Genre: Comedy, Fantasy, Romance

Directed by Michael Gottlieb

Written by Edward Rugoff, Michael Gottlieb

Produced by Art Levinson   

Starring Andrew McCarthy, Kim Cattrall, Estelle Getty, G. W. Bailey      

Cinematography Tim Suhrstedt

Edited by Richard Halsey, Frank Jimenez

Music by Sylvester Levay

Production companies Gladden Entertainment

Distributed by 20th Century Fox     

Release date 13 February 1987

Running time 90 minutes | Country United States

Language English | Budget $7,9 million

 

Entah kenapa, belakangan ini saya sangat suka dengan hal-hal berbau 80an, mulai dari musik sampai filmnya. Musik rock tahun 80an sangatlah fantastis! Film-film tahun 80an juga sangatlah iconic! Teknologi permusikan dan perfilman tahun 80an memang tidak secanggih tahun 2022, tapi entah kenapa iconic banget dan seakan-akan timeless? Hal-hal berbau 80an pun membuat saya anemoia, yakni bikin saya nostalgia seolah-olah saya pernah hidup di tahun 80an dengan segala serba-serbinya, padahal saya sendiri dilahirkan pada tahun 1992. Aneh kan?

Nah, saat menonton video klip Starship - Nothing's Gonna Stop Us Now, saya tahu bahwa video klip tersebut merupakan soundtrack dari film berjudul Mannequin. Dari video klip tersebut, premis ceritanya sudah terbaca jelas, bahkan endingnya pun sudah pasti terbaca. Saya pun membaca komentar-komentar netizen di video klip tersebut, dan banyak yang mengagung-agungkan film, musik, dan segala hal tentang tahun 80an yang membuat saya tidak ragu untuk menonton film Mannequin meskipun film ini jadul banget! Simak ulasan saya berikut ini.

 

STORYLINE

Mannequin adalah film keluaran tahun 1987 buatan Amerika Serikat yang bercerita tentang seorang pria bernama Jonathan Switcher (diperankan Andrew McCarthy), pekerja perusahaan pembuat manekin yang baru saja dipecat bosnya karena dianggap tidak becus bekerja. Pasalnya, alih-alih bikin manekin sebanyak-banyaknya, Jonathan malah sibuk merias satu manekin seolah-olah manekin tersebut adalah makhluk hidup. Jadinya ya perusahaan tempatnya bekerja rugi banget!

Setelah dipecat, Jonathan terus-terusan dipecat oleh bosnya yang lain karena sama-sama dianggap gak becus bekerja. Di tempat barunya, ia pun selalu bikin kesalahan yang sama. Di salah satu restoran pizza, Jonathan bahkan malah sibuk merias satu loyang pizza selama berjam-jam alih-alih bikin pizza sebanyak-banyaknya sehingga bikin restoran tersebut rugi. Emang kocak Jonathan ini!

Kejadian tersebut membuat pacarnya, Roxie Shield (diperankan Carole Davis) menasihatinya berkali-kali untuk menemui psikolog karena ia khawatir dengan kesehatan mental Jonathan yang ia anggap mengalami halusinasi akut maupun gangguan kejiwaan lainnya. Namun Jonathan gak mau pergi ke psikolog karena ia gak mampu bayarnya, soalnya dipecat terus-terusan sih.

Tak lama setelah itu, sepeda motor yang dikendarai Jonathan malah mogok di tengah hujan. Saat itu ia melewati sebuah toserba Prince & Company dan ia melihat manekin buatannya di etalase toko. Sebagai “pembuat” manekin tersebut, Jonathan langsung menghampiri manekin tersebut karena manekin tersebut adalah “ciptaannya” yang terindah.

Keesokan harinya, Jonathan tak sengaja menyelamatkan pemilik toserba Prince & Company, Claire Timkin (diperankan Estelle Getty) dari kecelakaan maut yang bisa saja merenggut nyawanya. Untuk berterimakasih pada Jonathan, Claire langsung memerintahkan manajer Prince & Company, Richards (diperankan James Spader) untuk mempekerjakan Jonathan. Nah, Jonathan ini bukan tipe manajer yang baik sih, ia justru diam-diam melakukan tindak pidana korupsi yang menyebabkan toserba Prince & Company hampir bangkrut. Richards memerintahkan security toserba, Felix Maxwell (diperankan G. W. Bailey) untuk mengawasinya dengan ketat.

Hollywood Montrose

Di Prince & Company, Jonathan ditugaskan sebagai asisten dari seorang penata rias bernama Hollywood Montrose (diperankan Meshach Taylor). Hollywood ini tipikal penata rias yang dandanan dan kelakuannya mirip-mirip seperti Ivan Gunawan, agak agak gemulai gitu. Meskipun begitu, Hollywood ini tipikal rekan kerja yang suportif dan gak toxic. Jonathan beruntung punya rekan kerja seperti dia!

Saat Jonathan menyusun etalase, manekin yang dibuatnya tiba-tiba menjadi hidup. Manekin tersebut memperkenalkan dirinya dengan nama Ema Hesire (diperankan Kim Cattrall). Ia berkata bahwa ia lahir ribuan tahun sebelum masehi sambil mencari cinta sejati. Tentu saja Jonathan merasa kaget bukan kepalang. Ia sempat merasa bahwa ia punya gangguan jiwa akut seperti skizofrenia. Namun Emmy (nama panggilan Ema) meyakinkan Jonathan bahwa ia tidak mengalami halusinasi. Ia hanya bisa berwujud sebagai manusia jika sedang berdua dengan Jonathan saja dan akan langsung berwujud sebagai sebuah manekin jika ada orang lain yang melihatnya.

Singkat cerita, dengan dibantu Emmy, Jonathan sukses besar dalam mengatur tampilan jendela etalase Prince & Company yang hampir bangkrut. Pengunjung Prince & Company naik signifikan karena mereka tertarik dengan tampilan jendela etalase yang dibuat oleh Jonathan dan Hollywood. Tentu saja, jangan lupakan Emmy yang diam-diam membantu mereka.

Jonathan langsung ditunjuk sebagai penanggung jawab yang bertanggung jawab untuk tampilan visual etalase jendela Prince & Company bersama Hollywood. Hollywood sadar bahwa Jonathan “mencintai” manekin yang selalu ia bawa-bawa bersamanya, namun Hollywood ini orang yang gak pernah judge orang lain, jadi dia cuek aja karena menurut prinsipnya, setiap orang memiliki urusannya masing-masing. Ah, seandainya semua orang di dunia ini punya pikiran yang sama dengan Hollywood Montrose!

Permasalahan yang harus dihadapi oleh Jonathan muncul saat rival utama Prince & Company, Illustra, mengirim mantan pacar Jonathan, Roxie untuk merekrutnya secara langsung. Namun Jonathan menolaknya karena selama ini Roxie bersikap gak suportif padanya. Pasalnya, Roxie tega mutusin hubungannya dengan Jonathan karena Roxie tahu bahwa Jonathan “jatuh cinta” dengan sebuah manekin. Selain itu, Jonathan sudah merasa nyaman kerja di Prince & Company karena ownernya, Claire bersikap suportif padanya.

Selain permasalahan yang saya sebutkan di atas, Jonathan harus menghadapi kelakuan security Prince & Company, Felix yang berusaha memergoki Jonathan atas perintah Richards. Saat tahu bahwa Jonathan “punya fetish” aneh pada manekin, Felix pun agak kecewa karena ia berekspektasi Jonathan melakukan tindakan ilegal seperti pencurian atau sejenisnya. Hahahaha kocak!

Sudah bisa ditebak kan endingnya gimana? Ya premis film ini sederhana sih. Manekinnya jadi hidup, lalu jatuh cinta, lalu mereka berdua sama-sama menghalau halangan yang bisa memisahkan cinta mereka, sama seperti premis drakor atau FTV Indonesia pada umumnya. Endingnya juga sudah bisa ditebak kan?

Mirip dengan trilogy Night at the Museum yang diperankan Robin Williams sebalum beliau wafat dan mirip dengan sinetron Jinny oh Jinny yang tayang pada tahun 90an. Saya rasa sinetron Jonny oh Jinny pun terinspirasi dari film Mannequin ini deh soalnya premis ceritanya sangatlah mirip.

 

KESIMPULAN

Kim Cattral yang cantik banget!

Premis film ini memang sederhana, yang bikin film ini jadi ramai adalah penampilan Kim Cattral yang cantik banget dengan setelan khas 80annya. Aktingnya juga cukup bagus untuk standar film tahun 80an. Chemistrynya para aktris dan aktor di dalamnya pun sangat bagus! Chemistry antara Andrew McCarthy, Kim Cattral, Meshach Taylor dan Estelle Getty pun kayak yang natural banget.

Selain itu, kekuatan film ini pun ada pada lagunya, yakni lagu Nothing's Gonna Stop Us Now karya Starship. Lagu Nothing's Gonna Stop Us Now ini saya anggap sebagai tipikal lagu yang enakeun banget dan timeless. Lirik lagu ini seperti “Let 'em say we're crazy. I don't care about that. Put your hand in my hand. Baby, don't ever look back” pun begitu sempurna menggambarkan cinta antara Jonathan dan Emmy pada film ini. Lagu ini sama seperti lagu Take My Breath Away karya Berlin yang jadi jiwa film Top Gun (1986) dan jadi iconic banget. Film ini pun sama seperti Top Gun (1986), lagunya dapat satu nominasi Oscar atas kategori Best Original Song. Sayangnya, film ini tidak memenangkan Oscar untuk kategori tersebut.

Entah kenapa, film ini pun tidak terkenal sama sekali. Padahal film ini bagus menurut saya. Rating IMDbnya pun hanya menyentuh angka 5,9 padahal film ini harusnya masuk kategori film klasik dan timeless karena sudah merangkaum pop culture tahun 80an secara menyeluruh mulai dari fashion yang dikenakannya, storylinenya, hingga musiknya. Dan ya tentu saja, di Indonesia sendiri, atau minimal di circle pergaulan saya, saya jamin hanya saya yang pernah nonton film ini karena film ini jadul dan gak terkenal sama sekali.