IMDb: 7,7/10 | Rating
Saya: 9/10
Rated: PG-13 | Genre: Drama,
Horror, Mystery
Sutradara Joko Anwar
Produser Gope T. Samtani, Tia Hasibuan
Penulis Joko Anwar
Pemeran Tara Basro, Endy Arfian, Nasar Anuz, Bront
Palarae, Ratu Felisha, Jourdy Pranata, Muzakki Ramdhan, Fatih Unru, Nazifa
Fatia Rani, Iqbal Sulaiman, Kiki Narendra, Ayu Laksmi
Penata musik Aghi Narottama, Bemby Gusti, Tony Merle
Sinematografer Ical Tanjung
Penyunting Dinda Amanda
Perusahaan produksi Rapi Films, Sky Media, Brown
Entertainment, Legacy Pictures, Come and See Pictures
Tanggal rilis 4 Agustus 2022
Running time 119 minutes | Country Indonesia
Language Indonesia
Setelah
nonton Pengabdi Setan (2017) di bioskop beberapa tahun yang lalu, gak pakai
lama, saya langsung nonton sekuelnya langsung di hari premiere! Pasalnya, Joko
Anwar adalah salah satu sutradara film terbaik yang dimiliki Indonesia saat
ini. Bisa dibilang, Joko Anwar adalah Christopher Nolan/Quentin Tarantino-nya
Indonesia, soalnya dari kualitas sinematografinya benar-benar luar biasa. Simak
ulasan saya berikut ini.
STORYLINE
Pengabdi Setan 2: Communion adalah film keluaran tahun 2022 buatan Indonesia yang merupakan sekuel dari Pengabdi Setan (2017). Singkat cerita, film ini bercerita tentang kelanjutan keluarga Rini (diperankan Tara Basro), Toni (diperankan Endy Arfian), Bondi (diperankan Nasar Anuz) dan Ayah mereka, Bahri (diperankan Bront Palarae) yang sudah beberapa tahun ini pindah ke salah satu rumah susun di kawasan Jakarta Utara. Karena kejadian traumatis di masa lalu, mereka memutuskan untuk tinggal di rumah susun. Dengan ekspektasi, kalau terjadi apa-apa, gampang minta tolong. Tapi ekspektasi mereka salah karena banyak tetangga rumah susun yang justru toxic banget!
Rumah susun tempat Rini dan keluarganya tinggal (Foto: Hai-Online) |
Pada
suatu hari, lift yang terdapat di rumah susun tersebut mengalami kecelakaan
parah sehingga menewaskan sejumlah orang yang menaikinya, termasuk tiga anak
perempuan di lantai dasar. Hanya Bahri seorang yang selamat. Bahri cuma
pincang-pincang doang dan terpaksa pakai tongkat untuk sementara waktu.
Seluruh
korban yang meninggal dunia segera dimandikan dan dikafani oleh warga setempat.
Rencananya, seluruh korban yang tewas akan dikebumikan keesokan harinya karena
waktu sudah gelap dan hujan deras mengguyur Jakarta. Dari sinilah teror
dimulai.
Akting Ratu Felisha yang ciamik banget! |
Selesai
menyaksikan Pengabdi Setan 2, saya hanya bisa melemparkan pujian pada aktor dan
aktris yang menjalankan tugasnya dengan sangat baik, terutama Ratu Felisha. Di
film ini, Ratu Felisha berperan sebagai salah satu supporting character bernama
Tari yang aktingnya bagus banget! Adegan Tari yang lagi diganggu oleh setan
saat melakukan aktivitas sehari-hari membekas banget di kepala saya sampai
sekarang. Bukan berarti aktor dan aktris lainnya berperan dengan buruk lho,
hanya saja, akting Ratu Felishalah yang menurut saya paling menonjol dalam film
ini.
Lantas,
bagaimanakah misteri yang tersisa dari film pertamanya? Apa benar kedua orang
tua Rini, Toni dan Bondi adalah anggota sekte pegabdi setan? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, silakan tonton sendiri ya! Jawabannya akan kalian temukan
sendiri di akhir film.
Atmosfer 80an yang kental banget di film ini |
Pada
film ini, perhatian saya bukan pada seramnya berbagai macam setan yang masih
terus mengganggu Rini dan keluarganya. Perhatian saya juga bukan pada bagaimana
Joko Anwar mengemas film horor yang gak sekadar jualan jumpscare belaka.
Perhatian saya tertuju pada keberhasilan Joko Anwar mereka ulang atmosfer
Indonesia tahun 80an lewat kendaraan bermotor yang berlalu lalang, siaran radio
dan televisi khas Orde Baru, serta kondisi sosial, polidik dan ekonomi saat
itu.
Gak
cuma berhasil menggambarkan atmosfer Indonesia tahun 80an aja, film ini sempat
menampilkan atmosfer Bandung
dan Lembang
tahun 1955 saat jadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Saya gak tahu gimana
caranya Joko Anwar mengambil adegan perjalanan Budiman Syailendra (diperankan Egy Fedly)
dari Kota Bandung ke Observatorium Bosscha Lembang yang masih belum diaspal.
Entah CGI atau beneran ke Observatorium Bosscha, hanya Joko Anwar yang bisa
menjawabnya.
Pada
film ini pun, Joko Anwar turut menyisipkan kritikannya pada Rezim Orde Baru dan
juga mungkin Rezim Joko Widodo dengan kalimat, “Masa karena cuma pakai tato
ditangkapin sih?”, “Rakyat gak dikasih kebebasan berbicara!” hingga
“Proyek Pemerintah mah memang gitu!”
Film
ini pun saya anggap sebagai kepingan puzzle yang bikin saya mikir banget. Sama
kayak film-film Christopher Nolan atau Marvel Cinematic Universe. Pasalnya,
Joko Anwar turut menyisipkan kejadian beneran dalam sejarah seperti Konferensi
Asia Afrika hingga Fenomena Petrus tahun 80an. Bahkan Nessie Judge berteori
bahwa semua film Joko Anwar, mulai dari Janji Joni (2005), Kala (2007), Pintu
Terlarang (2009), Modus Anomali
(2012) hingga dua film Pengabdi Setan berada pada satu semesta yang sama.
Selain
itu, saya juga sangat menyukai cara Joko Anwar mengambil adegan tertentu dalam
film ini, seperti adegan memandikan serta mengkafani jenazah yang pastinya
relate banget untuk masyarakat Indonesia serta simbol-simbok sekte pengabdi
setan yang kesannya Eropa banget! Kayak akulturasi budaya Indonesia dan Eropa
gitu deh! Simbol-simbolnya juga mirip dengan simbol yang biasa kita temukan
dalam video-video teori konspirasi soalnya mirip-mirip dengan simbol Illuminati
dan Freemanson. Makanya saya terkesima banget dengan sinematografi karya Joko
Anwar ini.
Formula ceritanya memang diulang-ulang aja dari film pertama, tapi justru, sekuelnya ini malah bikin saya overthinking. “Bakal ada sekuelnya gak ya?”, “Nasib tokoh-tokohnya gimana nih setelah ini?”, dan “Beneran satu universe gak sih?”
KESIMPULAN
Film
ini memang sengaja dibikin menggantung, sama seperti film pertamanya. Saya yakin
bakalan ada sekuelnya lagi untuk menutup misteri yang masih sengaja dibikin
menggantung oleh Joko Anwar. Sebagai penutup, film ini sangat tidak saya
rekomendasikan untuk kalian yang mengidap epilepsi karena banyak adegan kilatan
cahaya yang keluar di film ini. Untuk pengidap claustrophobia (takut tempat
sempit) juga gak saya rekomendasikan untuk nonton film ini karena ada adegan
tokoh yang terperangkap di tempat sempit.
Selain itu, entah kebetulan atau memang efek dari filmnya, setelah nonton film ini, saya kesulitan tidur di malam hari. Setiap setengah jam selalu terbangun sambil terngiang-ngiang film yang saya tonton beberapa jam sebelumnya. Saya sampai sengaja membawa kucing saya yang tidur di teras rumah ke dalam rumah sambil setengah sadar sebelum mengeluarkannya beberapa jam berselang karena kucing tersebut minta untuk kembali ke teras rumah saya.
0 Comments