Kalau disuruh menyebutkan makanan yang disukai oleh sebagian besar orang Sunda, jawabannya gampang, pasti petai dan jengkol! Gak cuma orang Sunda saja yang menyukai dua makanan ini, orang luar Sunda yang suka dengan makanan ini jumlahnya banyak banget! Rasanya, hampir seluruh kota besar di Indonesia punya restoran atau kedai yang menyajikan dua makanan ini.

Saya sendiri adalah Sunda ‘pure-blood’, yakni istilah yang saya ciptakan sendiri karena kedua orang tua saya adalah orang Sunda. Meskipun begitu, saya sama sekali tidak suka dengan yang namanya petai dan jengkol. Hingga tulisan ini saya tulis, lidah saya belum pernah menyentuh kedua makanan tersebut. Bahkan, saya sudah anti dengan yang namanya petai dan jengkol sejak saya balita, entah kenapa.

Baca juga tulisan saya tentang orang Sunda di Mojok: Orang Sunda Itu Pemalas? Pitnah!

Cerita dulu ya. Sebagai orang Sunda, kedua orang tua saya cukup sering mengkonsumsi petai dan jengkol sebagai panganan sehari-hari, entah beli, atau sengaja masak sendiri. Nah, saat masih duduk di taman kanak-kanak saya langsung ilfeel dengan aroma kedua makanan tersebut yang menurut saya gak ada sedap-sedanya sama sekali. Hal ini pun diperparah dengan aroma ‘limbah’ (baca: urine dan feses) yang dihasilkan orang yang baru saja mengkonsumsi kedua makanan tersebut sehinnga membuat saya anti dengannya.

Seiring berjalannya waktu, tak terhitung lagi berapa banyak sanak saudara, teman satu sekolah, teman satu kampus, hingga rekan kerja saya yang asyik mengkonsumsi dua makanan tersebut ketika ada acara makan-makan. Ketika mereka tahu bahwa saya tidak suka dengan yang namanya petai dan jengkol, reaksi mereka tentu saja terkejut. Ada yang bilang saya bukan orang Sunda sejati, ada yang bilang saya sok kebarat-baratan, hingga ada yang bilang bahwa lidah saya merupakan lidah orang kaya dan seleranya tinggi, makanya gak suka dengan petai dan jengkol.

Ya gimana? Dari TK aja insting saya udah bilang bahwa kedua makanan tersebut tidak layak dikonsumsi? Terlebih setelah merasakan ‘limbah’ serta nafas orang yang baru saja mengkonsumsi kedua makanan tersebut.

Lagipula, saya gak melihat ada faedahnya untuk mengkonsumsi kedua makanan tersebut. Dalam 100 gram jengkol terkandung 192 kalori, 5,4 gram, 0,3 gram lemak, 40,7 gram karbohidrat, serta 1,5 gram serat. Sedangkan dalam 100 gram petai terkandung 92 kalori, 5,4 gram protein, 15 gram karbohidrat, serta 2 gram serat. Gak terlalu berfaedah menurut saya dari segi kandungan gizi yang dikandungnya.

Kenapa gak berfaedah? Menurut saya jauh lebih berfaedah untuk mengkonsumsi makanan lainnya yang tinggi protein seperti tahu, tempe, telur, hingga dada ayam. Tinggi protein saja tidak cukup, harus ditambah mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam, kangkung, atau brokoli yang kaya akan kandungan serat, vitamin, serta mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

Memang, ada banyak artikel kesehatan yang mengungkapkan manfaat dari mengkonsumsi petai dan jengkol seperti mencegah berbagai penyakit kronis, mengontrol gula darah, melancarkan saluran pencernaan, hingga turut menjaga kesehatan jantung. Tapi makanan yang punya manfaat serupa gak cuma petai dan jengkol, bukan? Masih banyak jenis makanan lainnya yang punya manfaat serupa.

Fans dari petai dan jengkol pasti punya alasan kenapa mereka menyukai makanan tersebut. Sama seperti saya yang juga punya alasan kenapa saya gak suka dengan kedua makanan tersebut. Fans dari kedua makanan tersebut sudah cukup banyak di seluruh penjuru Nusantara, mau asli Sunda atau bukan, karena kedua makanan tersebut bukan eksklusif milik orang Sunda saja. Bagi fansnya, mereka akan bela-belain untuk mencari petai danjengkol ketika lapar datang, dan itu sah-sah saja.

Bagi para fansnya, petai dan jengkol itu jelas punya rasa yang enak, nilai gizi yang tinggi, serta punya manfaat kesehatan yang sudah saya sebutkan di atas, tapi saya masih akan tetap idealis dengan tidak mengkonsumsi kedua jenis makanan tersebut hingga akhir hayat saya.

Kecuali, jika saya terkena masalah medis serius dan satu-satunya jalan keluar dari permasalahan medis tersebut adalah dengan mengkonsumsi petai dan jengkol, atau jika ada orang yang bersedia memberikan saya uang dalam jumlah yang besar dengan syarat saya harus mengkonsumsi petai dan jengkol setiap hari, tentu saya akan menanggalkan idealisme saya dan segera kedua makanan tersebut.

Ah iya, selain petai dan jengkol, saya juga gak suka dengan yang namanya durian dan juga seblak. Alasannya pun kurang lebih sama.