Foto ilustrasi (Foto: Antara/Dhoni S)


Kalau ke Bandung, cobain deh sekali-kali main ke 3 Perlintasan Kereta di Bandung, niscaya kalian akan geleng-geleng kepala sambil mengucap ishtigfar. Sudah macet, banyak banget pengendara sepeda motor yang nekad menerobos perlintasan kereta api meskipun sirine tanda kereta akan lewat sudah berbunyi dan palang perlintasan kereta sudah diturunkan.

Hal ini diperparah dengan pengendara sepeda motor yang seenaknya berkendara sambil melawan arus alih-alih memutarkan kendaraannya di tempat yang seharusnya. Sudah gitu, pada bonceng tiga, gak pakai helm dan gak pakai masker! Sambil bawa anak-anak pula! Plis atuh euy!

Saya cerita dulu, teman saya yang tinggal di Kiaracondong sering memarahi orang-orang yang saya sebutkan di atas. Alih-alih mengakui kesalahannya dan segera bertaubat, orang yang dimarahi malah meludahi teman saya dan berkata, “Saya orang sini! Mau kamu apa hah?

Yang lebih mencengangkan, penerobos perlintasan kereta api pun bukan hanya pengendara sepeda motor saja! Ada juga pengendara mobil, pesepeda, bahkan pejalan kaki!  Saya sih cuma pingin bilang, “Apa susahnya sih nungguin kereta lewat? Paling cuma beberapa menit doang? Gak akan sampai satu jam?

Takut terlambat masuk kuliah/kerja? Kebelet buang air kecil/buang air besar? Apapun alasannya, gak worth it banget untuk menerobos palang perlintasan kereta api!

Saya sih mending terlambat masuk kuliah/kerja deh. Mending kena marah dosen atau kena potong gaji daripada harus kehilangan nyawa. Kalau gak mau terlambat ya solusinya berangkat lebih awal, jangan nekad menerobos perlintasan kereta api atuh!

Kalau alasannya kebelet buang air kecil/buang air besar, tahan dulu aja sebentar sampai keretanya lewat. Kalaupun emang sudah gak bisa ditahan, saya mending ngompol di tengah jalan deh. Pasalnya, lebih mudah untuk membersihkan bekas ompolan daripada bikin repot masyarakat sekitar untuk membereskan tubuh saya yang berceceran akibat tertabrak kereta.

Mungkin, bagi mereka yang nekad menerobos palang perlinatasan kereta itu merasa keren, layaknya Dominic Toretto pada film The Fast and the Furious ataupun Carl Johnson pada gim Grand Tehft Auto. Padahal mah nggak keren sama sekali! Yang ada malah bikin repot masinis, petugas palang perlintasan kereta, tenaga medis, hingga masyarakat sekitar jika mereka-mereka yang nekad menerobos palang pelrintasan kereta api tertabrak kereta.

Masinis dan petugas palang perlintasan kereta repot harus berususan dengan polisi. Tenaga medis dan masyarakat sekitar pun repot harus membereskan bangkai kendaraan dan potongan organ tubuh yang berceceran.

Oke, contoh yang saya kasih ini memang ekstrim. Tapi kalau nangkep maksud saya, kalian yang nekad menerobos palang perlintasan kereta api ini benar-benar bikin repot! Apalagi kalau ternyata masih hidup setelah terabrak kereta. Mending mati deh, urusannya lebih gampang.

“Ya harusnya masyarakatnya diedukasi dong? Jangan bisanya cuma marah-marah lewat tulisan yang Anda tuliskan!”

Di Kota Bandung, Dishub Kota Bandung dan sejumlah relawan dari Komunitas Edan Sepur sudah rajin memberikan edukasi pada masyarakat Kota Bandung supaya nggak nekad menerobos perlintasan kereta api dengan cara membentangkan spanduk dan pidato pada sejumlah perlintasan kereta di Kota Bandung. Mereka juga sekalian mengingatkan masyarakat supaya sekalian pakai helm, tidak berkendara melawan arus, dan selalu menggunakan masker.

Tapi ya percuma, tetap banyak masyarakat yang nekad menerobos palang perlintasan kereta api meskipun ada petugas Dishub dan relawan Komunitas Edan Sepur yang bertugas. Sering banget viral di Twitter atau Instagram tapi ya susah dikasih tahunya. Malah dia yang lebih galak.

Kejadian ini pun gak cuma terjadi di Bandung. Banyak terjadi di kota lainnya di Indonesia. Tapi saya sih gak heran, dilansir dari Detik.com, IQ rata-rata masyarakat Indonesia hanyalah 78,49. Masyarakat Indonesia terlalu bodoh untuk diajari cara berlalu lintas yang baik dan benar. Jangankan disuruh nungguin kereta api lewat, disuruh pakai helm aja susah! Seringkali, setiap kali ada yang tertabrak kereta karena kelakuan bodohnya nekad menerobos palang perlintasan kereta api saya suka membatin, “Gapapalah tewas juga. Sakarepmu aja. Lumayan, mengurangi populasi orang bodoh