Kemarin,
saya membeli telur pada salah satu warung grosir yang terletak di depan rumah
saya. Ownernya langsung curhat ke saya, “Hadeuh! Harga-harga pada naik! Jadi
susah jualan teh kalau Rezim Banteng berkuasa!”
Tidak
lama setelah itu, saya chat dengan salah satu teman kuliah yang sudah lama
tidak saya temui, “Sibuk naon ayeuna maneh? (Sibuk apa sekarang kamu?)”
“Lagi
kursus web design biar nambah skill. Susah dapat kerja soalnya di Rezim Jokowi.
Bobrok emang rezim ini!”
Teman
saya yang lain bahkan lebih ekstrim lagi. Ia kerap kali menggembor-gemborka
kalimat seperti “Kita hidup di bawah kekuasaan elite global yang menguasai
dunia! Kita ini miskin secara sistematis karena dunia ini dikuasai oleh
Keluarga Rothschild dan lewat agen-agennya yang tersebar di seluruh dunia!”
Tentu
saja hal tersebut bikin saya geleng-geleng kepala. Mari kita bersepakat,
Pemerintah kita dan para elite global memang tidak becus dalam bekerja (baca:
mementingkan kepentingan kelompoknya alih-alih kepentingan rakyat jelata),
namun hal tersebut gak bisa serta merta dijadikan pembenaran akan hidup kita
yang susah! Saya punya prinsip, “Siapun presidennya, siapapun elite global
yang menguasai dunia, kalau kamu malas hidupmu akan tetap susah!”
Sebelum
menyalahkan Pemerintah bahkan para elite global akan segala kesusahan yang kita
rasakan, pahami dulu bahwa dunia yang kita huni saat ini tidak sama dengan
dunia yang kita huni puluhan tahun ke belakang.
Generasi
kakek dan nenek saya bisa memiliki rumah di jantung Kota Bandung sembari
menghidupi belasan anaknya cuma dengan modal dengkul. Saat itu, kakek saya dan
generasinya benar-benar modal dengkul dalam bekerja. Cukup bekerja keras dengan
rajin dari Senin sampai Sabtu, niscaya blio bisa memenuhi segala kebutuhan
keluarganya padahal blio gak punya gelar sarjana sama sekali. Lulus SMA aja
nggak!
Berbeda
dengan generasi kita dimana banyak pasangan suami istri lulusan perguruan
tinggi yang dua-duanya bekerja keras banting tulang dari Senin hingga Senin
lagi selama bertahun-tahun tapi belum bisa memenuhi segala kebutuhan
keluarganya. Punya rumah aja nggak! Masih nebeng di rumah mertua atau ngontrak.
Kok
bisa? Persaingan kerja antara generasi kakek kita dan generasi kita beda jauh.
Dulu tenaga manusia masih sangat dibutuhkan dunia industri, gak kayak sekarang
yang semuanya serba otomatis seiring perkembangan teknologi yang semakin lama
semakin canggih. Makanya banyak lulusan perguruan tinggi sulit bersaing karena
lapangan kerja semakin lama semakin sempit.
Angka
inflasi yang dialami generasi kakek kita dan generasi kita beda jauh. Gak usah
jauh-jauh generasi kakek kita deh, bandingin aja nilai uang satu juta Rupiah di
zaman sekarang dan zaman kita masih kanak-kanak. Nominalnya sama tapi nilainya
beda kan? Dulu bisa dipake liburan ke luar kota, sekarang cuma cukup dipakai
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari doang! Dunia pun sudah berkali-kali
mengalami berbagai macam krisis keuangan mulai dari Krisis Keuangan Tahun 2008
hingga krisis keuangan akibat pandemi Covid-19 dan akibat perang Rusia –
Ukraina yang gak kelar-kelar. Oh iya satu faktor lagi, naiknya harga BBM!
Wqwqwq~
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siapapun presidennya, siapapun
elite global yang menguasai dunia ya hidup kita akan tetap susah. Yang
berpendidikan tinggi, rajin tingkat dewa dan attitudenya bagus aja sekarang
susah untuk cari uang, apalagi yang malas dan attitudenya kurang bagus?
“Kamu
kemakan propaganda pemerintah dan elite global! Dia yang seting harga minyak
dunia! Dia yang bikin pandemi Covid-19!”
Ada
benarnya. Saya tidak menampik, ada sekelompok orang yang menguasai dunia ini
dari balik layar, tapi tidak bisakah kita menyudahi sambat bahwa segala
sesuatunya “Akibat Rezim Bobrok” atau “Akibat ulah elite global” ketika
kita susah cari kerja maupun ketika usaha yang kita jalankan tidak berjalan
sebagaimana keinginan kita?
Daripada
sibuk nyalahin rezim dan elite global, kenapa gak coba tingkatkan kompetensi
yang kita miliki supaya bisa bersaing dengan ratusan juta orang di tanah air
serta miliaran manusia lainnya yang ada di dunia ini? Belajar hal-hal baru yang
tidak kita pelajari di bangku sekolahan biar bisa terus bersaing dengan ratusan
juta orang di Indonesia serta miliaran orang lainya secara global.
Ada
atau tidak adanya campur tangan pemerintah dan elite global, hidup semakin lama
akan semakin susah! Kan jelas-jelas jumlah penduduk dunia saban hari saban
banyak! Ya pasti makin susahlah! Persaingan semakin sengit sedangkan sumberdaya
alam semakin lama semakin sedikit, bahkan bisa habis!
Ini analoginya seperti para pemain Manchester United yang menyalahkan wasit dan federasi akan kekalahannya dari lawan-lawannya, padahal mainnya juga sangat bapuk dibandingkan lawan-lawannya seperti Chelsea,Liverpool, Arsenal, hingga Manchester City. Alih-alih instrokpeksi diri akan performa mereka di lapangan maupun para jajaran manajemennya, mereka malah menyalahkan orang lain (wasit dan federasi) atas kesusahan serta kekalahan yang ia lakukan sendiri.
0 Comments