Pengarang Michael Gates Gill

Negara United States

Bahasa English

Genre Memoir

Penerbit Gotham Books, Penerbit Literati (Indonesia)

Tanggal terbit 12 September 2007 (United States), Februari 2012 (Indonesia)

Jumlah Halaman 386

ISBN 978-602-8740-24-1

 

Kalau disuruh menyebutkan salah satu kisah nyata paling insirasional yang pernah saya baca, jawabannya simpel: How Starbucks Saved My Life!

Storyline

Kisah anak muda sukses yang memulai karirnya dari nol dan dijadikan buku sampai adaptasi film sudah terlalu banyak bukan? Nah, kisah dalam buku ini agak berbeda sedikit karena tokoh utamanya adalah seorang pria berusia 60 tahunan yang memulai karirnya dari nol setelah dipecat dari pekerjaannya, bercerai dengan istri serta ketiga anaknya, dan divonis menderita tumor otak.

Adalah seorang pria Amerika Serikat bernama Michael Gates Gill, lulusan Yale University yang sudah memiliki segalanya. Litterally segalanya. Penghasilan yang sangat besar disertai rumah besar serta keluarga yang hangat. Namun segala hal berubah setelah ia dipecat dari agensi periklanan tempatnya bekerja selama puluhan tahun karena dinilai “sudah terlalu usang” dan kalah bersaing dengan generasi muda.

Tidak sampai disitu, Michael Gates Gill terpaksa harus bercerai dengan istrinya setelah selingkuhannya memiliki anak dari hubungan gelap mereka. Michael pun divonis dokter telah menderita tumor otak, meskipun tumor otak tersebut diprediksi tidak akan membuatnya meninggal dunia, namun tetap saja, hal tersebut bikin stress!

Michael terpaksa memberikan seluruh tabungan serta rumah besar hasil ia kerja keras selama puluhan tahun kepada istrinya. Hubungannya dengan ketiga anak kandungnya pun terpaksa retak karena mereka sebal banget dengan ayahnya yang telah menghamili selingkuhannya.

Sebagai lulusan Yale University, Michael memang sempat menggunakan privilege yang ia miliki untuk mencari pekerjaan lain setelah dipecat, namun karena dinilai sudah terlalu tua, ia kesulitan untuk mencari pekerjaan sampai suatu ketika, Crystal, salah satu manajer Starbucks menawarinya pekerjaan setelah melihat Michael yang kelihatan sangat stress dan tertekan.

Michael yang selama ini hidup enak dengan dilayani orang-orang, terpaksa harus melayani orang-orang. Michael yang selama ini sangat jarang menggosok toilet, jadi harus menggosok toilet hanya untuk bertahan hidup. Istri dan ketiga anak Michael memang mewarisi rumah besar dan hamir seluruh tabungannya. Yang jadi masalah, ia harus menghidui anak dari selingkuhannya, makanya ia menerima tawaran pekerjaan di Starbucks yang ditawari Crystal.

Review

Kisah anak muda sukses yang memulai karirnya dari nol dan dijadikan buku kan sudah biasa. Nah, saya pun tertarik untuk membeli buku ini karena premisnya yang tidak biasa. Terlebih, saya pun membaca buku ini ketika saya menunggui ayah saya di rumah sakit beberapa bulan sebelum ia meninggal dunia, makanya buku ini pun cukup relate dengan kondisi saya saat itu yang terpaksa hidup susah. Tapi pada akhirnya, saya tidak seleai untuk membaca buku ini karena disibukkan dengan urusan rumah sakit yang membosankan.

Saya menyelesaikan buku ini saat saya terpaksa harus bekerja sebagai salah satu staff dapur di kedai dimsum milik teman kuliah saya. Saya jadi benar-benar mengerti bagaimana kesulitan hidup yang dialami Michael Gates Gill karena saya adalah salah satu dari jutaan orang yang kehilangan pekerjaannya akibat pandemi Covid-19.

Starbucks Coffee tempat Michael Gates Gill bekerja (Foto: The New York Times)

Kisah hidup Michael Gates Gill ini bisa kalian baca sendiri ya. Disini kita akan dibuat mengerti bagaimana Starbucks menjadi salah satu franchise kedai kopi paling laku di dunia. Buku ini betul-betul membawa kita seolah terbang ke Kedai Starbucks tempat Michael bekerja, yakni Starbucks Coffee 93rd and Broadway Manhattan, New York City dengan segala serba-serbinya.

Buku ini cocok untuk kalian-kalian yang hidupnya merasa terpuruk karena kita bisa melihat sudut pandang Michael Gates Gill yang baru saja kehilangan segalanya di usia lanjut, dan harus terpaksa bersaing dengan anak muda hanya untuk sekadar membersihkan toilet dan melayani pesanan kopi orang-orang. Siksaan yang Michael alami tidak saja siksaan fisik (untuk membersihkan toilet dan mengangkut sampah) saja, tapi juga siksaan mental (harus bersaing dan beradaptasi dengan anak muda).

Saya berharap suatu saat buku ini diadaptasi menjadi film karena saya yakin filmnya akan jadi film sukses jika dikemas dengan baik. Apalagi, di dunia nyata, Michael Gates Gill memiliki seorang putri bernama Liz Gill yang berprofesi sebagai seorang sutradara, yang pastinya bisa membuat film autobiografi tentang ayahnya sendiri.