Sejak lama, saya disuguhkan berbagai macam film yang dibuat oleh industri film Hollywood, industri film Korea Selatan, industri film Jepang, hingga industri film Indonesia yang menampilkan kehidupan pekerja kantoran yang kantornya berada di gedung pencakar langit. Di sana, para pekerjanya bekerja di meja-meja kubikel yang tersusun sedemikian rupa beradarkan divisi-divisi serta bagiannya masing-masing.

Ilustrasi kantor kubikel

Bagi sebagian orang, bekerja di meja kubikel pada gedung pencakar langit terlihat membosankan. Mengerjakan rutinitas yang itu-itu saja, dari pagi ke pagi setiap harinya selama puluhan tahun. Tapi dari sudut pandang saya, saya justru ingin merasakan apa yang mereka rasakan!

Kenapa? Mereka yang bekerja di meja kubikel ada gedung pencakar langit selalu saya anggap sebagai orang yang punya kualifikasi tinggi karena bisa diterima disana. Pasalnya, sejak lulus kuliah pada tahun 2017 yang lalu, saya sudah puluhan kali gagal interview dan seleksi kerja untuk bekerja di kantor-kantor pada gedung pencakar langit tersebut. Saya menganggap, mereka yang bekerja pada gedung pencakar langit tersebut punya kemampuan intelegensia, kemampuan bernalar, kemampuan berlogika, kemampuan analisis serta kemampuan sosial yang jauh lebih tinggi dari saya, makanya mereka bisa diterima di sana. Dari segi pekerjanya, seperti itulah sudut pandang saya.

Dari segi korporatnya, saya menganggap perusahaan atau lembaga yang berkantor pada gedung pencakar langit sebagai kantor besar karena mampu menyewa biaya sewa di gedung pencakar langit yang biaya sewanya sangat mahal. Tidak sembarang perusahaan bisa berkantor di sana kan? Apalagi kalau ternyata gedung tersebut bukan gedung sewaan, tapi milik sendiri. Ya jelas itu hebat banget perusahaannya!

Wayne Tower dalam semesta DC

Di film-film fiksi saja, yang ngantor di gedung pencakar langit itu perusahaan besar macam Wayne Enterprises, LexCorp, Daily Bugle, Stark Industries, hingga Oscorp Industries.

Di dunia nyata, yang ngantor di gedung pencakar langit itu perusahan besar macam The Trump Organization dan New York Times. Di Indonesia, yang ngantor di gedung pencakar langit itu perusahan besar macam Bank BCA (Menara BCA), Sinarmas (Sinarmas MSIG Tower), Ciputra (Ciputra World Jakarta), hingga Bakrie Group (Bakrie Tower). Mereka-mereka yang ngantor di tempat tersebut pastinya bukan orang sembarangan.

Baca tulisan saya yang lain di Mojok: Penghuni Apartemen Pengin Tinggal di Rumah, Saya Justru Pengin Tinggal di Apartemen

Dari sudut pandang saya yang belum pernah ngantor di kantor seperti itu, saya membayangkan sekadar naik turun lift di temapt tersebut sebagai sebuah rutinitas yang menyenangkan. Bisa naik turun lift dari basement ke lantai 50 maupun sebaliknya itu luar biasa banget lho!

Ilustrasi kantor di gedung pencakar langit Jakarta

Bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian lantai 50 itu sesuatu banget! Rasanya, memandangi pemandangan tersebut selama tiga hari tiga malam juga gak akan pernah bosan. Melihat ribuan kendaraan berlalu lalang setiap harinya itu menyenangkan banget. Setidaknya, dari sudut pandang saya yang belum pernah ngantor di kantor seperti itu.

Tahun 2020 yang lalu, saya pernah ngantor di salah satu rumah sakit swasta di Kota Bandung. Saat itu, kantor saya terletak di lantai paling atas, yakni lantai 6. Setiap hari saya bolak-balik naik turun lift untuk urusan pekerjaan dan rasanya sangat menyenangkan sekali, apalagi kalau kebetulan lagi sendirian di dalam lift. Apalagi yang jumlah lantainya 50?

Sayangnya, saya tidak lama bekerja di rumah sakit swasta tersebut karena saya terdampak pandemi Covid-19 sehingga kontrak kerja saya tidak diperpanjang sama sekali.

Kalau suatu saat saya bisa bekerja di kantor yang jumlah lantainya sebanyak itu, kayaknya enak gitu deh kerja di sana setiap hari. Kalau jenuh bekerja bisa minum kopi sambil memandangi pemandangan di bawah. Kalau lagi hujan besar, bisa memandangi kota yang diguyur hujan. Bisa memandangi dahsyatnya kilatan cahaya petir juga yang bisa datang sewaktu hujan tiba.

Meskipun, tentu saja tekanan pekerjaannya pasti sangat luar biasa dan membuat kesehatan mental saya bisa saja terganggu. Selain itu, kalau terjadi gempa atau kebakaran, repot harus turun ke tangga darurat untuk menyelamatkan diri. Teman saya yang tinggal di apartemen saja cerita repot kalau ada gempa, turun tangganya bisa bikin kaki pegal-pegal!

Gym di gedung pencakar langit impian saya

Tapi ya kalau boleh berandai-andai, ngantor di gedung pencakar langit, tapi sebagai Owner atau CEO seperti Bruce Wayne, Lex Luthor, Tony Stark, hingga Harry Osborn itu enak banget! Kalau suntuk ya ke lobby aja untuk berenang atau gym. Biar gak terkena macet ya udah tidur aja di kantornya yang luas dan nyaman itu! Beli seperangkat alat istirahat yang bisa bikin relax. Lagian kayaknya mereka sih gak akan kena macet, tinggal naik ke lantai paling atas untuk naik helikopter!

Atau seperti Donald Trump, Hartono Bersaudara, hingga Aburizal Bakrie itu bisa saya bayangkan enak banget, meskipun kepala pusing mikirin perusahaan miliknya yang harus berjalan sebagaimana mestinya, bisa naik turun lift setiap hari, bisa memandangi pemandangan kota dari kantornya, dan segala keenakan lainnya yang saya lihat enak karena dilihat dari sudut pandang saya sebagai rakyat jelata yang belum pernah merasakan ngantor di kantor seperti itu sekalipun seumur hidup saya.

Entahlah. Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih nyaman dibandingkan rumput sendiri. Kehidupan orang lain selalu terlihat lebih enak dibandingkan kehidupan sendiri.