IMDb: 7,0/10 | Rating
Saya: 8/10
Rated: R | Genre: Horror, Mystery,
Thriller
Directed by Jaume Collet-Serra
Screenplay by David Leslie Johnson
Story by Alex Mace
Produced by Joel Silver, Susan Downey Leonardo
DiCaprio Jennifer Davisson Killoran
Starring Vera Farmiga, Peter Sarsgaard, Isabelle
Fuhrman, CCH Pounder, Jimmy Bennett Margo Martindale
Cinematography Jeff Cutter
Edited by Timothy Alverson
Music by John Ottman
Production companies Dark Castle Entertainment, Appian Way
Productions, Studio Babelberg Motion Pictures, StudioCanal
Distributed by Warner Bros. Pictures (Worldwide), Kinowelt
Filmverleih (Germany)
Release date 26 February1993 (United States), 4 June
1993 (United Kingdom)
21 July 2009 (Westwood), 24 July 2009 (United States), 22 October 2009
(Germany), 30 December 2009 (France)
Running time 123 minutes | Country United
States
Language English | Budget $20 million
Sewaktu SMA, film berjudul Orphan banyak
dibicarakan teman-teman saya penggemar film-film horror. Namun saat SMA, saya
tidak punya ketertarikan akan film-film horror, apalagi horror yang gak ada
setan-setannya. Horror yang hanya mengandalkan kondisi psikologis manusia. Makanya
ketika film Orphan lagi booming-boomingnya, saya tidak ada ketertarikan untuk
menontonnya. Sekarang, saya punya ketertarikan ada film-film horror psikologis/film
thriller macam The
Silence of the Lambs (1991), Basic Instinct
(1992), sampai versi lokalnya seperti Pintu
Terlarang (2009) dan Modus Anomali
(2012).
Beberapa hari yang lalu, saya menonton
podcast antara Nessie Judge dan Deddy Corbuzier yang isinya, mereka ngomongin salah
satu film kesukaan Nessie berjudul Orphan dan prekuelnya, Orphan: First Kill
(2022) dan tanpa pikir panjang saya langsung nonton film Orphan sebelum
melanjutkan diri menonton prekuelnya. Dari dulu, film-film yang dimention
Nessie Judge dalam YouTubenya selalu film-film yang bagus, saya hampir selalu
menyempatkan diri untuk menonton film yang dimention Nessie dalam YouTubenya,
dan beneran bagus! Simak ulasannya berikut ini.
STORYLINE
Orphan adalah film keluaran tahun 2009
buatan Amerika Serikat yang bercerita tentang sepasang suami istri bernama John
Coleman (diperankan Peter Sarsgaard) dan Kate Coleman (diperankan Vera Farmiga)
yang hubungannya lagi tidak baik. Pasalnya, Kate baru saja kehilangan anak
ketiganya saat melakukan persalinan karena ia meruakan seorang pecandu alkohol
berat. Tentu saja, John tidak menyalahkannya, tapi Kate terus-terusan
menyalahkan dirinya sendiri dan menyesali perbuatannya tersebut.
Esther yang cantik dan imut banget! |
Dari pernikahan mereka, John dan Kate
telah dikaruniai dua orang anak, yakni Daniel Coleman (diperankan Jimmy Bennett)
dan Maxine "Max" Coleman (diperankan Aryana Engineer). Namun untuk
mengisi kekosongan setelah kehilangan anak ketiga mereka, John dan Kate
memutuskan untuk nambah satu anak lagi, yakni dengan cara adosi. Biar gampang
aja gitu ketimbang mengulang proses hamil dan melahirkan dari awal yang sangat
melelahkan.
Esther di rumah barunya |
Mereka akhirnya mengadopsi seorang gadis berusia 9 tahun bernama Esther (diperankan Isabelle Fuhrman) yang gak cuma cantik, tapi pintar dan sopan banget! Kate langsung jatuh cinta padanya. Ia yakin, dengan kehadiran Esther di rumah, keluarga mereka akan jauh lebih hangat dan harmonis. Sesampainya di rumah, Max, anak kedua Kate yang merupakan seorang gadis kecil tunarungu langsung menyukai Esther. Namun anak sulung Kate sama sekali tidak menyikai Esther karena ia tidak mau perhatian kedua orang tua mereka teralih sepenuhnya pada Esther.
Perilaku Esther tidak menunjukan ada
gejala yang aneh hingga Esther tidak sengaja memergoki Kate dan John yang lagi
bercinta. Kate kaget karena Esther sudah tahu tentang apa yang sedang dilakukan
oleh Kate dan John dengan sangat cueknya. Untuk ukuran anak berusia 9 tahun,
pengetahuan Esther akan hal-hal seperti itu sangatlah luar biasa, bahkan untuk
ukuran Generasi Milenial dan Gen Z sekalipun.
Perilaku aneh Esther lainnya ia
tunjukkan ketika ia dengan entengnya membunuh seorang merpati yang tidak
sengaja Daniel lukai saat bermain tembak-tembakan. Ia membunuh merpati tersebut
karena jika merpati tersebut tidak ia bunuh, ia akan menderita. Tentu saja,
Daniel dan Max kaget dengan perlikau Eshter tersebut. Esther pun mendorong
seorang gadis yang membullynya di sekolah hingga kakinya patah. Tentu saja, kejadian
tersebut dianggap sebagai kecelakaan karena kejadian tersebut terjadi di musim
dingin penuh salju yang sangat licin.
Jujur, saya sangat senang ketika Esther
mendorong gadis yang membullynya di sekolah hingga kakinya patah. Soalnya,
Esther dibully hanya karena memiliki penampilan yang berbeda dengan siswi
lainnya di sekolah. Jadi ya untu kejadian ini, saya senang dengan apa yang
Esther lakukan meskipun eksekusinya terlalu sadis.
Sister Abigail yang dibunuh Esther |
Suatu hari, Sister Abigail (diperankan CCH
Pounder), kepala panti asuhan tempat Esther diadopsi berkunjung ke rumah. Ia memepringatkan
Kate dan John bahwa sebelum didadopsi mereka, Esther pernah diadopsi oleh keluarga
lain. Namun, keluarga tersebut tewas akibat kebakaran parah. Hanya Esther yang
selamat. Kate menaruh curiga pada Esther, sedangkan John menganggap hal
tersebut hanyalah kebetulan belaka.
Kecurigaan Esther sangatlah benar
karena hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah mereka, Sister Abigail
ditemukan tewas. Penyebabnya? Tentu saja dibunuh oleh Esther! Ia pun dibantu
oleh Max. Tentu saja dengan dikasih ancaman karena Max tidak punya pilihan
lain. Esther pun sempat mengancam Daniel dengan cara menghunuskan pisau ada
lehernya saat ia tidur sampai-sampai ia ngompol saking takutnya pada Esther. Gila!
Saat menyaksikan adegan ini saya malah kagum
dengan Esther karena entah kenapa, saya punya perasaan kagum pada tokoh-tokoh
macam Esther. Sama seperti saat saya melihat bagaimana piawainya Hannibal
Lecter (diperankan Anthony Hopkins) pada film The
Silence of the Lambs (1991) dan Catherine Tramell (diperankan Sharon Stone)
pada film Basic
Instinct (1992).
Kedua tokoh ini sangatlah manipulatif,
jago adu domba, jago berbohong, dan jago memanfaatkan celah psikologis yang
terdapat pada setiap diri manusia untuk kepentingannya sendiri. Di balik sifat
jahat mereka, mereka adalah individu-individu yang sangat cerdas. Saya tidak
punya kecerdasan seperti mereka, makanya saya kagum, meskipun ya kekaguman saya
pada mereka gak bener juga sih. Masa kagum sama pelaku kriminal?
Tapi saya kagum pada tokoh-tokoh
tersebut karena tokoh-tokoh tersebut bahkan bisa mengelabuhi para profesional seperti
psikolog dan psikiater yang sudah puluhan tahun menangani berbagai macam
karakter manusia. Hannibal Lecter bisa membuat seorang polisi terlatih terbunuh
saking berbahayanya karena ia merupakan seorang doktor dalam bidang psikiatri
yang berubah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin, sedangkan Catherine
Tramell adalah seorang penulis novel lulusan psikologi yang menjadi seorang
pembunuh berdarah dingin sangean yang ahli adu domba dan sangat manupulatif
sampai-sampai mesin pendeteksi kebohongan saja berhasil ia kelabuhi. Demikian juga
Esther, ia sampai dapat mengelabuhi Dr. Browning (diperankan Margo Martindale)
psikiater yang menangani Esther saat Kate curiga padanya.
Ah iya, Esther sempat menghadiahi Kate
dengan bunga. Tentu saja untuk menyiksa mental Kate. Pasalnya, bukan semabrang
bunga yang Esther hadiahi pada Kate, melainkan bunga yang tumbuh dari abu sisa
kremasi Jessica, anak ketiga Kate dan John yang seharusnya masih hidup. Tentu saja
Kate langsung kalap dan hendak menyiksa Esther namun John mencegahnya. Bahkan John
berbalik berpihak pada Esther. Saat mereka semua sudah tidur, Esther bahkan
nekad mematahkan lengannya sendiri biar perselisihan yang terjadi antara John
dan Kate semakin sengit. Biar ada bukti bahwa Kate tidak sengaja mematahkan
lengannya saking kesalnya saat Esther memberikan bunga pada Kate. Benar-benar manipulatif
banget ini anak!
Tidak sampai disitu, Esther pun turut
mencelakaan Max dengan menarik perseneling mobil yang tengah mereka kendarai
supaya Kate disalahkan atas kelalaian tersebut. Pasalnya, setelah kejadian
tersebut didapati bahwa Kate sempat mengkonsumsi alkohol pada malam sebelumnya.
Kate memang mengkonsumsi alkohol, namun gak sampai menyebabkan ia kehilangan
kesadaran. Tapi biar bagaimanapun, Dr. Browning dan John ini menyalahkan Kate
atas kejadian tersebut karena semua bukti yang terlihat betul-betul menyudutkan
Kate dari segala sudut.
Di sisi lain,Daniel akhirnya tahu siapa
pelaku pembunuh Sister Abigail yang tidak lain dan tidak bukan adalah Esther. Namun
Esther selangkah lebih maju daripada Daniel. Daniel bahkan sampai terluka parah
dan harus dilarikan ke ICU. Esther bahkan sempat berusaha membunuh Daniel saat
ia lagi di ICU tapi gagal. Esther pun kembali melakukan tindakan manipulatif
dengan berpura-pura jajan minuman bersoda sampai-sampai Kate menamparnya di
depan umum sebelum ia dibius oleh nakes yang bertugas. Gila!
SPOILER ALERT!
JANGAN LANJUTKAN MEMBACA KALAU BELUM
NONTON!
Sebelum dibius, Kate berusaha mencari
tahu latar belakang Esther dengan browsing internet dan mengobrak-ngabrik
barang milik Esther hingga akhirnya Kate mendapati bahwa Esther bukanlah
seorang anak kecil berusia 9 tahun. Ia adalah seorang wanita berusia 33 tahun
bernama Leena Klammer yang lahir di Estonia. Ia menderita hipopituitarisme,
kelainan hormon yang membuatnya tidak tumbuh dewasa. Singkat cerita, ia seperti
Daus Mini atau Ucok Baba, orang dewasa yang tubuhnya pendek layaknya anak
kecil.
Film ini pun diakhiri dengan oleh Esther
dan Kate yang berhasil menyelamatkan keluarganya, kecuali John yang dibunuh. Menit-menit
terakhir film ini pun sungguh menegangkan karena di satu sisi saya ingin Esther
“menang”, dan di sisi lain saya juga ingi Kate yang “menang”.
KESIMPULAN
Ini film underrated banget! Saya sempat
berpikir bahwa Esther ini hanyalah seorang anak kecil manipulatif yang dewasa
sebelum waktunya. Saya sempat berpikir bahwa Esther hanyalah seorang anak kecil
yang jenius dari sononya seperti Sheldon Cooper pada sitkom The Big Bang
Theory. Saya tidak menyangka bahwa ia merupakan seorang wanita berusia 33 tahun
alih-alih seorang anak kecil berusia 9 tahun!
Selain itu, saya juga sempat berpikir
bahwa Esther adalah seorang “anak setan” hasil ritual Gerej Setan/Sekte Sesat karena
ia selalu membawa-bawa Bible kemanapun ia pergi. Saya berpikiran begitu karena
Sister Abigail sempat khawatir. Rasa khawatir Sister Abigail ini sering
ditunjukkan pemuka Agama Katolik ketika ia bertemu Iblis pada film-film horror
ala Hollywood, makanya saya sempat berpikiran bahwa Esther adalah seorang seorang
“anak setan” hasil ritual Gerej Setan/Sekte Sesat atau seorang anak yang
dirasuki semacam Iblis makanya ia sangatlah jenius untuk ukuran anak 9 tahun.
Sudah begitu, Vera Farmiga selaku tokoh
utama film ini kan sempat main di film The Conjuring (2013), The Conjuring 2
(2016) dan Annabelle Comes Home (2019) sebagai Lorraine Warren, seorang
paranormal pengusir hantu di Amerika Serikat. Makanya saya sempat berpikiran
bahwa ini film ada hubungannya dengan Iblis atau sejenisnya. Gak tahunya murni
psikologis saja tanpa embel-embel Iblis sama sekali.
Ah iya, saya harus mengacungkan jempol saya pada Isabelle Fuhrman karena ia berhasil memerankan perannya sebagai Esther/Leena Klammer dengan sangat baik! Pasalnya, saat memerankan perannya sebagai Esther/Leena Klammer, ia benar-benar baru saja berusia 10 tahun! Di saat gadis seukurannya sibuk sekolah, ia sudah bisa menorehkan prestasi yang sangat luar biasa dalam bidang peraktingan!
Yang lebih mencengangkan lagi, film ini bukan karangan belaka. Ya, film ini memang fiksi, namun terinspirasi dari kisah nyata. Coba saja cari sendiri berita/artikelnya. Sudah banyak berseliweran di internet.
0 Comments