IMDb: 6,0/10 | Rating Saya: 7/10

Rated: R | Genre: Crime, Drama, Horror

Directed by William Brent Bell

Screenplay by David Coggeshall

Story by David Leslie Johnson-McGoldrick, Alex Mace

Based on Characters by Alex Mace       

Produced by Alex Mace, Hal Sadoff, Ethan Erwin, James Tomlinson        

Starring Isabelle Fuhrman, Rossif Sutherland, Hiro Kanagawa, Matthew Finlan, Julia Stiles     

Cinematography Karim Hussain

Edited by Josh Ethier

Music by Brett Detar

Production companies Entertainment One, Dark Castle Entertainment, Eagle Vision   

Distributed by Paramount Players (United States)

Release date 27 July 2022 (Philippines). 19 August 2022 (United States)

Running time 99 minutes | Country United States

Language English | Box Office $22,1 million

 

Setelah nonton Orphan (2009), gak pakai lama saya langsung nonton prekuelnya karena kedua film ini dibahas di pocast antara Nessie Judge dan Deddy Corbuzier. Simak ulasannya berikut ini.

 

STORYLINE

Orphan: First Kill adalah film keluaran tahun 2022 buatan Amerika Serikat yang merupakan prekuel dari film Orphan (2009). Jujur, saya agak skeptis dengan prekuel film Orphan. Pasalnya, Hollywood seolah kehilangan ide dalam membuat film. Kalau gak bikin spin-off dari film populer yang sudah pernah tayang, ya mereka bikin sekuel atau gak prekuelnya saja. Itupun terlalu dipaksakan. Tapi karena Nessie Judge menyebut prekuel ini di podcast Deddy Corbuzier, saya jadi tertarik untuk nonton film prekuelnya.

Film ini berseting 2 tahun sebelum kejadian di film Orphan (2009). Saat itu, Esther (diperankan Isabelle Fuhrman) masih berada di Estionia dan beridentitas sebagai Leena Klammer. Leena ini merupakan pasien Saarne Instituute, semacam rumah sakit jiwa layaknya Arkham Asylum dalam semesta DC.

Leena Klammer di Saarne Instituute

Leena Klammer ini dari luar terlihat seperti seorang gadis berusia 10 tahun, padahal aslinya adalah seorang wanita berusia 31 tahun. Singkatnya, ia menderita kelainan hormonal langka yang menyebabkan pertumbuhan fisiknya terhenti. Sekilas seperti yang kita lihat pada Daus Mini atau Ucok Baba, tapi agak berbeda sedikit karena dari segi wajah, wajahnya tidak bertambah tua sama sekali.

Yang saya kagumi dari seorang Leena Klammer adalah, ia bisa melarikan dari Saarne Instituute dengan memanipulasi petugas keamanan yang ada disana dengan kemampuan manipulatif yang dimilikinya. Ia juga bisa menamipulasi pasien lain dengan cara melatihnya untuk melakukan apa saja yang ia perintahkan persis seperti teori psikologi paling dasar, Teori Pavlov. Gak cukup sampai disitu, ia pun membunuh seorang instruktur seni yang bernama Anna (diperankan Gwendolyn Collins). Anna terpaksa dibunuh supaya Leena bisa melarikan diri tanpa jejak sama sekali.

Setelah membunuh Anna, Leena browsing di internet tentang gadis-gadis Amerika Serkat yang hilang dan ia menemukan fakta bahwa ia mirip dengan seorang gadis bernama Esther Albright yang hilang pada tahun 2003. Ia pun menyamar sebagai Esther dan akhirnya Kepolisian Estonia membantu proses kepulangannya ke Amerika Serikat karena dari luar, Leena ini penampilannya seperti anak-anak, jadi polisi pun langsung percaya dengan pernyataannya begitu saja.

Kedua orang tua Esther yang asli, Allen Albright (diperankan Rossif Sutherland) dan Tricia Albright (diperankan Julie Stiles) adalah sepasang sosialita Amerika Serikat yang pernikahannya agak renggang setelah Esther (yang asli) hilang pada tahun 2003. Mereka berdua memang masih punya anak bernama Gunnar Albright (diperankan Matthew Finlan), tapi sikap Allen jadi berubah total semejak Esther (yang asli) hilang.

Tricia yang terbang ke Moskow untuk menemui Esther

Tak lama, detektif yang menyelidiki hilangnya Esther (yang asli), Detektif Donnan (diperankan Hiro Kanagawa) langsung menemui pasutri tersebut dan berkata bahwa Esther (yang palsu) telah ditemukan. Tricia langsung terbang ke Moskow dan membawa Esther (yang palsu) ke Amerika Serikat.

Allen, Tricia, dan Gunnar ketika bertemu Esther

Sama seperti film Orphan (2009), Tricia menaruh curiga pada Esther karena ia kerap kali bikin blunder-blunder fatal seperti melupakan bahwa neneknya sudah meninggal dunia dan aksennya yang berubah total. Tapi tidak dengan Allen. Ia sangat senang dengan kembalinya Esther karena selama bertahun-tahun ia stress berat akibat Esther yang telah hilang. Ia juga senang karena Esther tiba-tiba punya bakat melukis yang luar biasa. Pasalnya, Allen ini merupakan seorang pelukis terkenal yang sangat berbakat. Jadi ia senang putrinya yang telah lama hilang bisa nyambung dengannya.

Sewaktu sadar bahwa Tricia curiga pada Esther, Leena sempat kepikiran untuk kabur dari rumah mereka. Setidaknya, kalau kabur, ia sudah berada di Amerika Serikat, gak lagi di Estonia jadi bisa cari keluarga lain untuk mengadopsinya atau hidup normal begitu saja dengan mencari pekerjaan halal. Tapi ia mengurungkan niat tersebut karena Leena jatuh cinta pada Allen yang sangat baik hati.

Di sisi lain, Detektif Donnan di film ini pun totalitas banget menjalankan perannya sebagai seorang detektif. Ia tak puas begitu saja dengan ditemukannya Esther. Ia sangat curiga bahwa Esther yang ditemukan adalah Esther yang palsu. Ia berusaha menyelinap ke rumah keluarga Albright untuk mencari barang bukti, namun sayangnya, ia diserang dengan senjata tajam oleh Esther saat menyelidiki sidik jari Esther (yang palsu) yang berbeda dengan sidik jari Esther (yang asli).

Tricia yang gak kalah brengseknya dengan Leena

Adegan ini bikin saya kaget karena Leena telah diikuti oleh Tricia. Tricia bahkan menembak Detektif Donnan sampai mati dengan senjata api. Dari situ kita tahu bahwa Esther (yang asli) sudah meninggal dunia karena Gunnar tidak sengaja membunuhnya saat sedang bertengkar hebat. Tricia dan Gunnar berusaha menutupi peristiwa tersebut supaya gak jadi skandal. Pasalnya, keluarga mereka adalah salah satu keluarga sosialita paling penting di Amerika Serikat.

Mau gak mau, Leena bekerja sama dengan Tricia untuk membuang jenazah Detektif Donnan. Mereka pun saling bekerjasama biar Leena bisa berpura-pura hidup sebagai Esther supaya Allen bisa tetap ceria dan dapat menghasilkan karya lukisan yang bisa terus menghidupi kehidupan keluarga mereka. Gila! Plot twist!

Kalau di film Orphan (2009) saya kaget dengan plot twist bahwa Esther ternyata merupakan seorang wanita berusia 33 tahun yang mengalami dwarfisme, disini saya kaget ternyata Tricia dan Gunnar ini betul-betul orang yang sangat breksek! Tadinya saya kira Tricia, Gunnar, dan Allen akan tahu bahwa Esther ini bukan merupakan anak kecil seperti yang terjadi di film Orphan, gak tahunya plot twist banget!

Tapi Tricia ini orangnya licik juga. Ia berusaha membunuh Leena yang sudah tahu terlalu banyak dengan meracuni makanan Leena. Hal tersebut Leena ketahui saat Leena menyaksikan seekor tikus di kamarnya yang tiba-tiba tewas setelah mengkonsumsi makanan yang dimasaki oleh Tricia.

SPOILER ALERT!

JANGAN LANJUTKAN MEMBACA KALAU BELUM NONTON!

Film ini pun diakhiri dengan Tricia dan Gunnar yang bersatu untuk menyingkirkan Leena untuk selama-lamanya, namun usaha mereka gagal karena usaha mereka malah membuat rumah mereka terbakar. Mereka pun, termasuk Allen, akhirnya tewas akibat peristiwa tersebut sehingga Esther “statusnya” berakhir menjadi yatim piatu dan terpaksa tinggal di panti asuhan sampai ada keluarga baru yang ingin mengadopsinya.

 

KESIMPULAN

Dari premis cerita, prekuel Orphan (2009) ini memang bagus, tapi eksekusinya terlalu dipaksakan. Bukan saja karena Isabelle Fuhrman sudah terlalu tua dan sudah terlalu tinggi untuk memerankan perannya sebagai Esther/Leena Klammer yang masih anak-anak, tapi eksekusi storyline film ini terlalu terburu-buru. Tidak seperti pada film Orphan yang dibuat dengan perlahan-lahan sampai klimaksnya di akhir film.

Tapi film ini bisa menambal kekurangan tersebut dengan plot twist bahwa ternyata Esther tidaklah hilang, tapi sejak awal memang sudah meninggal dunia, dan hal tersebut disembunyikan secara rapi oleh Tricia dan Gunnar dari Allen dan Detektif Donnan.

Ah iya, saya harus mengacungkan jempol saya pada Isabelle Fuhrman karena ia berhasil memerankan perannya sebagai Esther/Leena Klammer meskipun saat ini ia sudah terlalu tua dan terlalu tinggi untuk memerankan perannya sebagai  Esther/Leena Klammer. Dari berbagai angle yang kita lihat pada film ini, Isabelle Fuhrman tetap terlihat sebagai anak-anak dengan tinggi badan sebagaimana anak-anak pada umumnya. Tapi ya untuk urusan wajah, emang jauh lebih tua dibandingkan anak-anak pada umumnya. Make up/CGI yang berusaha membuat Isabelle Fuhrman ini terlihat lebih muda tidak begitu rapi.

Judul film ini pun menurut saya agak mengganggu. Orphan: First Kill? Yang benar saja? Ya harusnya judulnya lebih ”clickbait” atau lebih rapi gitu meskipun esensinya memang benar, film ini kan prekuel film Orphan (2009).

Meskipun begitu, prekuel Orphan (2009) ini tetap worth it banget untuk ditonton dan enjoyable banget. Sayangnya, saya tidak menonton film ini di bioskop karena saat dirilis di bioskop saya belum nonton film Orphan (2009). Pasti jauh lebih menegangkan kalau saya tonton di bioskop.