Beberapa
hari yang lalu, pada suatu pagi, saya mengantar ibu saya ke pasar dengan
menggunakan sepeda motor Honda Astrea Supra milik saya yang saat
ini sudah berusia 20 tahun. Hanya berselang
beberapa ratus meter dari rumah, persis di gerbang utama kampus Institut
Teknologi Bandung, saya merasakan sepeda motor yang saya kendarai ini terasa
oleng. Dari pengalaman saya bertahun-taun mengendarai sepeda motor, saya yakin
bahwa hal tersebut karena ban sepeda motor yang saya kendarai tersebut bocor.
Sekitar
50 meter dari kampus Institut Teknologi Bandung, saya menemukan tukang tambal
ban yang sudah buka dan langsung meminta beliau
untuk menambal ban saya. Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan sebuah paku
kecil yang menancap pada ban saya. Beliau
berkata bahwa ini sudah tidak bisa ditambal dan beliau
meminta saya untuk ganti ban dalam saja.
Sudah
hampir tiga tahun saya menggunakan motor ini, mesinnya memang bandel, bahkan
saya hanya rutin melakukan penggantian oli setiap dua bulan sekali dan mencucinya
saja kalau habis kehujanan. Motor ini tidak pernah mogok sama sekali. Tapi
setiap beberapa bulan sekali pasti ada kejadian ban bocor! Dan kurang dari 100
meter dari peristiwa kebocoran ban yang saya ceritakan, selalu ada tukang
tambal ban.
Entah
kenapa, sulit sekali untuk tidak suudzon atau berprasangka buruk kepada orang
yang menggeluti profesi sebagai tukang tambal ban karena cerita yang saya
ceritakan ini pun dialami oleh banyak orang lainnya. Saya dan orang-orang yang
memiliki pengalaman yang sama dengan saya jadi berpikiran, “Jangan-jangan
paku yang sepeda motor saya injak ini adalah ranjau yang sengaja disebar oleh
mereka?”, karena kurang dari 100 meter dari peristiwa kebocoran ban yang
saya ceritakan, selalu ada tukang tambal ban.
Kan
aneh, sepeda motor saya tidak sengaja menginjak paku di jalanan, padahal
jalanan yang saya lewati bukanlah kawasan dimana ada banyak proyek pembangunan
di kanan kiri jalan. Kalau jalanan yang saya lewati banyak proyek pembangunan,
kan bisa saja ada beberapa butir paku yang terjatuh di jalan. Dan saya pikir,
kecil sekali kemungkinan ada paku yang terjatuh di jalanan protokol Kota
Bandung jika tidak ada proyek pembangunan apapun. Jadi bisa saja tukang tambal
ban yang sengaja menyebar sejumlah paku di sekitaran tempat mereka membuka
praktik tambal ban. Tentu saja, bisa saja sih paku yang saya injak tersebut
paku yang terbawa air hujan saat hujan deras mendera Kota Bandung beberapa hari
yang lalu.
Tentu
saja, saya sendiri tidak memiliki bukti yang konkret sama sekali akan asumsi
saya di atas tersebut. Sekalipun benar, bahwa ada sindikat tukang tambal ban
yang sengaja menyebarkan paku di jalanan untuk meraih keuntungan, tidak harus
diselediki di Mata Najwa segala kan? Saya juga tidak harus mempraktikan mata
kuliah jurnalisme investigasi yang saya pelajari saat kuliah jurnalistik saat
kuliah dulu. Gak worth it banget, soalnya bukan kasus korupsi atau kasus
pembunuhan.
Lagipula,
tarif untuk menambal ban dalam hanya berkisar 10.000 s/d 20.000 Rupiah saja.
Untuk mengganti ban dalam pun ongkosnya pun maksimal 50.000 Rupiah saja. Harga
yang terjangkau sebetulnya jika kita melihat jerih payah tukang tambal ban
dalam membongkar sepeda motor kita agar bisa kita pergunakan sebagaimana
mestinya. Apalagi jika ban kempes, ban bocor, atau sampai ban pecah yang kita
alami ini dialami di jalan lintas provinsi dimana kiri kanan jalan tersebut
adalah jurang, seperti yang pernah saya alami saat touring ke Garut, harga
50.000 Rupiah itu termasuk sangat murah sih.
Saya
saja jika disediakan sejumlah peralatan seperti kunci inggris, tang, dan ban
dalam, tidak bisa melakukan penggantian ban dalam tersebut karena saya tidak
memiliki keahlian seperti tukang tambal ban tersebut. Jadi ya harga yang kita
bayarkan sudah cukup sepadan sebetulnya. Dengan catatan, kalau tukang tambal
bannya bekerja dengan jujur ya.
Dan
tentu saja, tidak semua tukang tambal ban itu jahat seperti asumsi saya di
atas. Ada juga tukang tambal ban 24 jam, yang bisa dipanggil dimana saja dan
kapan saja, cukup chat atau telepon saja. Ini sangat berguna ketika ban sepeda
motor kita kempes atau bocor di tengah malam. Tukang tambal ban 24 jam yang
saya sebutkan di atas adalah salah satu tukang tambal ban yang jujur dan
berdedikasi dalam bekerja, tidak seperti oknum tukang tambal ban yang sengaja
menyebarkan paku di sekitar tempatnya praktik untuk meraih keuntungan belaka.
Tapi
ya, tetap saja sulit rasanya untuk tidak berprasangka buruk pada tukang tambal
ban karena dari puluhan kejadian dimana sepeda motor saya tidak sengaja
menginjak paku di jalanan sehingga harus ditambal atau diganti ban dalamnya,
selalu ada tukang tambal ban kurang dari 100 meter dari sana. Mungkin memang
harus dilakukan jurnalisme investigasi oleh Tim Mata Najwa untuk mengungkap
siapa dibalik ini semua. Apakah elit global seperti Elon Musk terlibat dalam
sindikat ini agar kita semua terpaksa beralih menggunakan kendaran listrik dari
Tesla? Atau ini usaha Microsoft dan Amazon, perusahaan raksasa dunia untuk
mengambil keuntungan dari biaya tambal ban yang kita bayarkan?
0 Comments