Siapa
yang tidak mengenal sitkom-sitkom karya Aris Nugraha seperti Bajaj Bajuri,
Preman Pensiun dan Tukang Ojek Pengkolan? Sitkom-sitkom karya Aris Nugraha
lebih relate dibandingkan sitkom-sitkom Barat macam Friends dan How I Met Your
Mother karena bercerita tentang kehidupan masyarakat
kelas menengah di Ibukota yang tengah mengadu nasib.
Baca tulisan saya tentang Friends di Mojok berikut ini: Sitkom 'Friends' adalah Sitkom Era 90-an Paling Ikonik Sepanjang Masa
Bicara tentang Aris Nugraha, ada satu karya Aris Nugraha yang jarang dibicarakan orang, yakni Kejar Kusnadi. Kejar Kusnadi ini sitkom yang pernah tayang di RCTI pada tahun 2005 dan bercerita lika-liku keihidupan Kusnadi (diperankan Epy Kusnandar), Lasmi (diperankan Alya Rohali), putri mereka, Leni (diperankan Anjana Demira) serta kedua mertua Kusnadi bernama Pak Suganda (diperankan Alm. Aom Kusman) dan Bu Muntarsih (diperankan Ratna Riantiarno) yang sedang mengadu nasib di Jakarta.
Salah satu adegan dalam Sitkom Kejar Kusnadi (Foto: Kapanlagi)
Kusnadi merupakan
seorang sopir kancil, kendaraan bermotor yang sempat digadang-gadang akan
menggantikan bajaj. Dan sama seperti Bajuri dalam sitkom Bajaj Bajuri,
penghasilan Kusnadi sebagai sopir kancil sangatlah pas-pasan sehingga tidak
jarang hal tersebut menjadi bumbu konflik antara Kusnadi, istri dan putrinya,
serta kedua mertuanya.
Lasmi selaku istri
Kusnadi pun berusaha membantu suaminya dengan bekerja sebagai tukang jahit
kecil-kecilan. Lasmi adalah cerminan istri yang setia. Tidak saja berusaha
membantu suaminya dengan jadi tukang jahit, ia kerap membela Kusnadi ketika
orang tuanya menyindir penghasilan Kusnadi yang pas-pasan. Ia pun hampir gak
pernah absen melayani Kusnadi sepulang kerja dengan membuatkannya kopi dan
memijat kakinya disela-sela pekerjaannya sebagai menjahit sembari mengurusi
kedua orang tua dan putrinya.
Dulu, cerita Kejar
Kusnadi saya anggap sebagai angin lalu. Tapi saat ini saya anggap sangat relate
dengan kelas menengah seperti saya yang pernah mengadu nasib di Jakarta,
berusaha bertahan hidup dari bulan ke bulan dengan penghasilan yang sangat
pas-pasan. Berusaha mencari nafkah untuk istri dan anak sembari masih menumpang
di rumah mertua karena harga rumah yang tidak terjangkau untuk kelas menengah
yang penghasilannya pas-pasan seperti Kusnadi.
Konflik dari sitkom
Kejar Kusnadi pun tidak saja berputar pada kondisi perekonomian Kusnadi yang
pas-pasan tapi turut menceritakan kehidupan masyarakat menengah seperti kita,
seperti Pak Suganda yang kerjaannya nongkrong di teras rumah sambil baca koran,
Bu Muntarsih yang suka minta Kusnadi ngebeliin dia makanan ketika pulang narik
dan kehidupan Leni sebagai anak SMP Ibukota yang baru mulai naksir cowok.
Sama sepert Bajaj
Bajuri, banyak jokes dewasa pada sitkom Kejar Kusnadi yang baru saya pahami
saat ini. Meskipun begitu, jokes dewasa yang ditampilkan sitkom ini tidak
menghilangkan esensi sitkom tersebut sama sekali, justru semakin relate dengan
kehidupan masyarakat kelas menengah seperti kita.
Ruhut Sitompul dalam Sitkom Kejar Kusnadi (Foto: Kapanlagi)
Selain tokoh-tokoh
yang saya sebutkan di atas, ada juga tokoh lainnya yang tak kalah menarik
perhatian saya dalam sitkom ini, yakni teman Kusnadi sesama sopir kancil
bernama Togar. Pasalnya, Togar ini diperankan oleh tokoh politik Indonesia asal
Sumatera Utara, Ruhut Sitompul. Saya
selalu dibuat ngakak oleh Ruhut Sitompul tiap kali blio muncul di televisi
dengan logatnya yang khas!
Sayangnya, sitkom
Kejar Kusnadi ini tidak berumur panjang dan tidak seterkenal Bajaj Bajuri,
padahal sitkom ini sempat digadang-gadang dapat menyaingi kepopuleran Bajaj
Bajuri yang sama-sama disutradari oleh Aris Nugraha. Meskipun begitu, bagi saya
Kejar Kusnadi ini tetap worth it untuk disebut sebagai salah satu karya terbaik
Aris Nugraha setelah Preman Pensiun dan Bajaj Bajuri.
Saya gak tahu gimana
caranya Aris Nugraha yang bisa menuliskan cerita yang sangat relate dengan
masyarakat kelas menengah seperti kita lewat karya-karyanya. Entahlah, apakah
Kejar Kusnadi ini masih satu semesta dengan Bajaj Bajuri? Soalnya sama-sama
nyeritain kerasnya kehidupan sopir kancil dan sopir bajaj yang tengah mengadu
nasib di Ibukota.
0 Comments