Saya
betul-betul kagum dengan industri hiburan Korea Selatan karena saat ini
industri hiburan Korea Selatan betul-betul maju dibandingkan 10 atau 20 tahun
yang lalu. 10 atau 20 tahun yang lalu umumnya anak muda atau orang dewasa pada
umumnya masih berkiblat pada industri hiburan Amerika Serikat atau Hollywood.
Sekarang, hampir setiap hari jagat Twitter saya dipenuhi oleh hal-hal berbau
Korea yang selalu jadi trending topic melebihi isu yang dihembuskan oleh buzzer
politik sekalipun.
Saya
kira, semua fans, apapun itu, pasti ada yang fanatik. Ada fans sepakbola yang
fanatik, ada fans film yang fanatik, dan ada fans musik yang fanatik. Tapi saya
tidak melihat ada kefanatikan pada fans Manchester United era Sir Alex Ferguson
seperti yang dilakukan fans K-Pop. Saya juga tidak melihat ada kenfanatikan pada
Leonardo DiCaprio seperti yang dilakukan fans K-Pop. Saya juga tidak melihat
ada kefanatikan di masa kejayaan The Beatles, Queen, Nirvana, atau Linkin Park.
Setidaknya, dari yang saya baca pada buku biografi, film dokumenter, film
biopik, maupun yang saya saksikan sendiri.
Secara
kuantitas, saya pikir fans K-Pop ini betul-betul merajai dunia fandom saat ini.
Di jagat Twitter saya, setiap kali ada artis K-Pop mengeluarkan album, single,
film, video, atau foto baru, selalu jadi trending topic melebihi isu lainnya
seperti pertandingan Liga Champions atau Liga Inggris yang sedang tayang di
saat yang bersamaan. Bahkan trending topik yang dibuat oleh para buzzer politik
pun kalah banyak dibandingkan fans K-Pop. Entah ini ulah akun bot atau tidak,
tapi setidaknya ini membuktikan bahwa fans K-Pop ini betul-betul banyak dan
militan.
Saya
ingat, tahun 2019 di salah satu mall yang saya kunjungi ada peluncuran salah
satu produk kosmetik Korea Selatan yang menghadirkan Gfriend, salah satu
girlband Korea Selatan, dan mall tersebut sampai penuh sesak seperti krumunan
di Tanah Abang menjelang Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19 yang viral
beberapa waktu yang lalu. Mereka tidak saja banyak di dunia maya, tapi juga
banyak di dunia nyata!
Pengalaman
saya menonton pertandingan Persib Bandung melawan Persija Jakarta saat saya
sekolah rasanya tidak ada apa-apanya dibandingkan ini karena fansnya yang
militan banget melebihi militannya Bobotoh dan Jakmania. Pengalaman saya nonton
Slank, Peterpan, Netral, Jamrud hingga Iwan Fals seolah tidak ada apa-apanya
karena fansnya yang sangat militan tersebut.
Apapun
yang berhubungan dengan K-Pop ini rela dilakukan oleh fansnya, seperti membeli tiket
yang harganya jutaan hingga membeli merchandise mahal seperti lightstick,
album, photocard, poster, boneka, dan barang lainnya yang selalu laku dengan
keras. Bahkan merchandise tersebut pernah teman saya jual kembali saat dia
butuh uang, ludes kurang dari satu hari saja. Betul-betul gila. Saya kagum
sekali dengan orang di balik layar industri hiburan Korea Selatan dalam
menjalankan strategi pemasarannya hingga menghasilkan fans yang militan seperti
ini karena saya yang merupakan penggemar Nirvana dan Linkin Park saja hanya memiliki
CD dan kaset originalnya saja yang saya beli saat saya SD dan tidak melihat
fans kedua band tersebut yang semilitan mereka.
Saya
pikir, visual, atau tampang dari para idola K-Pop, seperti aktor, aktris, dan
penyanyi Korea Selatan ini adalah alasan paling utama kenapa mereka sampai
dikagumi oleh fansnya. Bisa dikatakan, wajah mereka ini betul-betul sempurna.
Tanpa jerawat dan komedo saking bersihnya karena mereka melakukan perawatan
mahal di salon, memakai skincare terbaik, olahraga secara teratur, mengatur
pola makan, hingga melakukan operasi plastik. Setampan-tampannya John Lennon, Freddie
Mercury, Kurt Cobain, dan Chester Bennington, tidak ada yang sesempurna mereka
dalam penampilan. Setidaknya bagi para fansnya. Saya mah masih merasa “asing” dan
aneh dengan para bintang K-Pop karena tidak terbiasa dengan hal tersebut.
Selain visual, konsep yang dibangun oleh industri hiburan Korea Selatan ini betul-betul apik, mulai dari Drakornya, film, dan musiknya. Semuanya dikemas dengan bagus. Drakor sendiri tidak ada bedanya dengan sinetron Indonesia, tapi dikemas dengan setting tempat yang bagus, kostum yang bagus, dan akting yang berkualitas dengan jumlah episode yang sedikit tapi padat. Filmnya betul-betul out of the box dan kualitasnya yang world class seperti film Train to Busan (2016) dan Parasite (2019). Musiknya juga, seperti Gangnam Style dan Harlem Shake yang sempat booming di awal-awal saya kuliah tahun 2012an yang lalu.
Terakhir,
service dari industri hiburan Korea Selatan ini betul-betul total banget untuk
memuaskan para fansnya yang sudah bayar mahal. Aksi panggung, acara meet and
greet, sampai penyambutan di bandara. Para bintangnya tidak sombong, tapi murah
senyum banget karena segala tindak tutur mereka betul-betul diawasi oleh para
agensi yang merupakan bos mereka. Pola makan, pola tidur, jadwal latihan,
pakaian yang dikenakan, serta apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan di depan
umum betul-betul diatur dengan ketat. Beda dengan apa yang dilakukan oleh rockstar
seperti Axl Rose yang dikenal arogan banget, di dunia K-Pop kalau bintangnya
kelakuannya kayak gitu, bisa disanksi agensinya. Saking diatur dengan ketat,
banyak bintang K-Pop ini yang stress sampai memutuskan untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Mungkin, pressure yang mereka alami ini melebihi pressure para
bintang Hollywood, setidaknya dari yang saya lihat sebagai orang awam ya.
Manchester
United adalah salah satu klub sepakbola dengan value brand tertinggi di dunia
atas segudang prestasi mereka. John Lennon, Freddie Mercury, Kurt Cobain dan
Chester Bennington pun adalah salah satu musisi terbaik dunia dengan
karya-karyanya. Kualitas akting Brad Pitt, Leonardo DiCaprio atau Anthony
Hopkins adalah kualitas akting terbaik dunia dengan Oscar yang telah mereka
raih. Tapi saya tidak melihat ada fans mereka yang semilitan fans K-Pop dari
segi jumlah fansnya baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Saya
lihat, ketika idola mereka dihina oleh seseorang di dunia maya, mereka (fans
K-Pop) ini akan membelanya habis-habisan. Bahkan penggemar Queen yang paling
fanatik sekalipun tidak akan melakukan aksi bela Queen seperti yang para fans
K-Pop lakukan tersebut ketika Queen dihina orang di dunia maya. Dan saya pikir,
ini disebabkan oleh tiga alasan utama yang saya sebutkan di atas, yang tidak
dilakukan oleh mereka. Setidaknya dari kacamata saya yang bukan fans K-Pop dan
hasil diskusi saya dengan beberapa teman saya yang merupakan fans K-Pop yang
militan.
0 Comments