Hampir
seluruh orang yang rajin olahraga, baik itu lari marathon, angkat beban di gym,
hingga calisthenic pasti menginginkan tubuh yang atletis. Tujuannya tentu saja
bukan untuk kesehatan semata. Munafik sekali jika kita berkata bahwa orang yang
olahraga itu untuk kesehatan semata. Tentu saja kita rajin berolahraga untuk
memiliki tubuh atletis supaya bisa dipamerkan, utamanya pada lawan jenis.
Sebagai
orang yang sudah bertahun-tahun latihan di gym, saya memang belum memiliki
tubuh atletis seperti Ade Rai apalagi Arnold Schwarzenegger. Ya gimana mau
atletis seperti mereka, kebutuhan gizi hariannya, terutama protein tidak pernah
terpenuhi. Namun ada rasa bangga dalam diri saya ketika saya jadi satu-satunya
orang yang aktif berolahraga di antara circle terdekat saya yang gak pernah olahraga
sama sekali. Kebanggaan tersebut antara lain:
Pertama, saya
jadi orang paling atletis ketika nongkrong. Sekali lagi, saya memang tidak seatletis
Ade Rai. Masih jauh itu mah. Tapi ketika nongkrong, saya melihat dengan mata
kepala saya sendiri, teman-teman saya sewaktu sekolah maupun kuliah
bertransformasi menjadi pria buncit padahal sewaktu sekolah maupun kuliah
mereka tidak pernah memiliki tubuh seperti itu. Setidaknya, dibandingkan
mereka, saya jauh lebih atletis! Hahahaha!
Baca
tulisan saya di Kompasiana: Meluruskan
Anggapan Pria yang Otomatis Jadi Gemuk Setelah Menikah
Alasannya?
Tentu saja kehidupan sedentary yang mereka lakukan selama ini. Konsumsi kalori
harian mereka selalu melebihi kebutuhan kalori harian mereka makanya menempuk
jadi lemak, ditambah mereka gak pernah olahraga sama sekali, terutama latihan
beban. Sejak kuliah, ketika saya ajak olahraga, selalu saja ada alasan, mulai
dari hujan, sibuk, hingga acara keluarga.
Baca
tulisan saya di Mojok: Nge-Gym
doang mah Gampang, yang Susah Istiqamahnya!
Kedua,
saya
jadi orang paling sehat ketika nongkrong. Sekali lagi, saya memang tidak
sesehat Ade Rai yang gak pernah sekalipun dirawat di rumah sakit sejak lahir.
Tapi ketika nongkrong, saya mendengar cerita mereka yang sering pegal-pegal dan
gampang capek padahal kerjaan mereka hanya duduk depan laptop atau komputer
mereka di kantor. Bahkan ada juga yang bercerita bahwa mereka didiagnosis
menderita asam urat padahal baru berusia kurang dari 30 tahun! Memalukan!
Alasannya?
Lagi-lagi gaya hidup mereka yang jauh dari kata sehat. Sudah mah kehidupannya
sedentary, gak pernah olahraga, sering makan makanan junk food, ditambah
begadang pula. Makanya gak usah heran banyak anak muda terkena predikat remaja
jompo.
Sedangkan
saya, rasanya gak relate dengan cerita mereka. Mau pamer bahwa saya gak relate
dengan cerita mereka karena saya rajin gym dan jaga pola makan juga rasanya kok
kurang bijak untuk dilakukan, kecuali mereka yang minta tips secara langsung
pada saya. Selama ini pun saya selalu lolos tes kesehatan sebelum donor darah yang
dilakukan oleh Palang Merah Indonesia. Gak pernah gak lolos. Tekanan darah,
kadar hemoglobin hingga kualitas darah yang diperiksa selalu dalam kondisi
normal.
Ketiga,
saya
jadi orang paling fit ketika nongkrong. Banyak teman-teman saya yang sekadar
jalan kaki dari kosan ke Alfamart/Indomaret harus pakai sepeda motor, padahal
jaraknya kurang dari 200 meter. Pun ketika naik/turun tangga, mereka memilih
untuk pakai lift padahal hanya berjarak satu lantai saja. Ketika saya paksa
jalan dan pakai tangga, nafasnya sudah terengah-engah. Ketika angkat galon atau
memindahkan sofa pun, mereka tidak kuat. Nafasnya pun sudah terengah-engah.
Baca tulisan
saya di Mojok: Kenapa
Orang Indonesia Susah untuk Diajak Jalan Kaki?
Meskipun
saya tidak seatletis Ade Rai, saya merasakan manfaat olahraga yang selama ini
saya rasakan sebagaimana yang saya tulis di atas. Dan saya jadi semakin
termotivasi untuk terus latihan di gym karena hal yang sudah saya ceritakan di
atas tersebut. Makanya, ayo rajin olahraga biar gak jadi remaja jompo! Biar gak
kena penyakit degeneratif di usia muda! Biar bisa tetap produktif sampai tua!
Mengutip
perkataan dr. Tirta Mandira Hudi, “Lebih baik flexing kesehatan daripada flexing
harta. Flexing harta gampang. Bisa pakai trijk. Flexing kesehatan mah gak bisa”
serta “Lebih baik menghabiskan uang untuk olahraga dariapda menghabiskan
uang untuk penyakit Harga ring jantung mahal. Asuransi pun hanya menolong
beberapa saja. Kalau sudah sakit kegiatan segala terganggu. Kantor lu akan
nyuruh resign"
0 Comments