Masjid Al Jabbar (Foto: Liputan6.com) |
Beberapa
waktu yang lalu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengunggah unggahan yang
memperlihatkan progres pekerjaan Masjid Agung Jawa Barat, yakni Masjid Al
Jabbar. Masjid yang Instagramable ini beliau klaim akan selesai dibangun
pada bulan Desember 2022. Sekilas tidak ada yang aneh, bukan?
Mohon
maaf Kang Emil, saya selaku warga Jawa Barat bermaksud untuk mengkritik pembangunan
Masjid Al Jabbar tersebut. Menurut saya, rakyat Jawa Barat lebih membutuhkan
fasilitas publik yang lebih baik alih-alih masjid
instagramable senilai 1 triliun!
Bukannya
apa-apa nih Kang Emil, sebagai agama mayoritas rakyat Jawa Barat dan Indonesia,
jumlah masjid ini dari segi kuantitas sudah terlalu banyak. Di lingkungan
tempat tinggal saja terdapat banyak masjid yang jarak ketiganya gak nyampe 300
meter!
“Itu
berarti jumlah Umat Muslim yang bermukim di lingkungan kamu banyak!”
Memang
benar, itu tidak dapat saya pungkiri. Tapi dari banyaknya masjid yang berdiri
kokoh di lingkungan tempat tinggal saya, jamaahnya sedikit banget! Cuma penuh
kalau lagi ibadah shalat jumat doang. Sisanya? Kosong melompong.
Menurut
BPS Jawa Barat, di tahun 2021 saja sudah terdapat 44.353 masjid serta 36.030
mushala yang tersebar di Provinsi Jawa Barat. Kurang banyak pa coba? Bahkan
tidak sedikit diantara masjid-masjid tersebut berdiri dengan sangat megah dan
Instagramable sehingga tidak saja memanjakan jamaah yang beribadah di dalamnya,
tapi juga turut dijadikan sebagai objek foto bagi siapa saja yang sedang berada
di masjid tersebut. Tidak terkecuali umat beragama lainnya.
Demikian
juga Masjid Al Jabbar yang sebentar lagi akan selesai. Saya jamin, masjid
tersebut akan terus dijadikan tempat wisata dan objek foto bagi siapa saja yang
berkunjung kesana. Belum selesai aja masjid tersebut sering dijadikan ‘objek
fofotoan’ masyarakat Jawa Barat yang sedang bersepeda, apalagi ketika
sudah selesai?
Kalau
Pemerintah Jawa Barat bilang bahwa masjid yang bisa menampung 60.000 jamaah
dalam sekali waktu ini akan dijadikan tempat pembinaan khazanah Islam dengan
sentuhan konsep wisata, saya justru meragukan hal tersebut. Pasalnya, Jawa
Barat sudah punya Masjid Raya Bandung yang bisa menampung 13.000 jamaah dalam
sekali waktu. Kenapa tidak dimaksimalkan disana saja? Jawa Barat juga sudah
memiliki pusat dakwahnya sendiri, yakni Pusdat Dakwah Islam alias Pusdai.
Kenapa tidak dimaksimalkan disana saja?
Bukannya
apa-apa nih Kang Emil, saya menilai pembangunan Masjid Al jabar ini mubazir
banget. Pasalnya, biaya pembangunannya aja nyampe satu triliun! Saya pikir,
alangkah lebih baik kalau uang satu triliun tersebut dianggarkan untuk menambah
serta memperbaiki fasilitas publik Jawa Barat yang masih jauh tertinggal.
Satu
triliun itu bisa kok dianggarkan untuk membuat moda transportasi publik yang
terintegrasi satus ama lain. Misalnya, untuk menambah jalur kereta api antar
kota di Jawa Barat yang minim banget. Minimal, kalau belum bisa dilakukan
sekaligus, bangun KRL atau bikin jalur bus kayak Trans Jakarta di Bandung Raya
dulu deh. Soalnya Bandung Raya gak punya KRL atau Bus Trans Jakarta kayak Jabodetabek.
Menurut saya hal tersebut jauh lebih penting dibandingkan sekadar membangun
masjid, biar rakyat Jawa Barat gak harus selalu bergantung dengan transportasi
umum.
Selain
bisa dianggarkan untuk mambangun transportasi publik, anggaran satu triliun itu
pun bisa juga dipergunakan untuk memperbaiki jalanan Jawa Barat yang rusak.
Saya sudah pernah berwisata ke sisi utara dan selatan Jawa Barat, dan sejauh
mata memandang, masih banyak jalanan yang rusak parah Kang! Jalanan yang mulus
itu penting banget dibangun bukan semata-mata untuk yang kepentingan wisata
saja, tapi untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat Jawa Barat biar
lebih maju lagi, Kang!
Saya
selaku warga Kota Bandung dan Jawa Barat sudah bosan melihat megahnya
pembangunan estetik di Kota Bandung dan Jawa Barat yang cuma megah dari luarnya
doang. Contohnya, pembangunan estetik di sekitaran Braga dan Asia Afrika yang
cuma bagus dari luarnya doang. Terlalu
diromantisasi!
Coba
Kang Emil lihat, di malam hari, area tersebut dijadikan tempat bermalam bagi
saudara kita yang tuna wisma. Ini yang saya maksud pembangunan estetik yang
cuma megah dari luarnya doang. Dari segi sosial dan ekonominya hampir gak ada. Kehidupan
Rakyat Jawa Barat Tidak Seindah Postingan Ridwan Kamil!
Tapi
kalau Kang Emil dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat tetap keukeuh dengan
pembangunan estetik masjid tersebut, saya juga gak heran. Pasalnya, dalam salah
satu hadist disebutkan “Kiamat tidak akan terjadi hingga manusia
bermegah-megahan dalam membangun masjid.”
Dalam
hadist lain pun disebutkan, “Akan datang suatu masa di mana banyak orang
yang membangun masjid megah dan orang yang memakmurkannya sangat sedikit.”
Lagian
sebentar lagi 2024, masjid seharga satu triliun tersebut bisa ‘dipegunakan’
bagi siapa saja yang ingin maju jadi Jabar Satu maupun RI Satu. Mudah-mudahan sih
hal saya sebutkan itu salah.
0 Comments