Toru Kazama, teman sekelas Crayon Sinchan ini ini orangnya serius banget, beda jauh dengan anak TK ada umumnya.

Manga dan anime Crayon Sinchan memang legendaris banget. Meskipun sudah mangakanya, Yoshito Usui sudah meninggal dunia, Crayon Sinchan masih tetap ada di hati para penggemar setianya. Premis ceritanya sederhana meskipun cerita Crayon Sinchan ini (seharusnya) gak boleh dikonsumsi anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Baca tulisan saya di Mojok: Waktu SD, Baca Komik ‘Crayon Shinchan’ Itu Ibarat Baca Majalah Porno

Setiap aspek dalam cerita Crayon Sinchan ini memang juara banget sih. Mulai dari Nohara Hiroshi, salaryman yang berjuang demi keluarganya, hingga uwunya hubungan antara Hiroshi dan Misae. Ada pula kisah teman-teman Sinchan di TK Futaba, terutama Kelas Bunga Matahari seperti Misao, Bo, Nana, dan tentu saja, Toru Kazama.

Baca tulisan saya di Mojok: Nohara Hiroshi Adalah Kita, Kaum Pekerja yang Harus Lapor Pajak Juga

Baca tulisan saya di Mojok: Hiroshi dan Misae Nohara, Pasutri yang Sebetulnya Uwuuu Banget

Kazama dan kedua orang tuanya

Seperti yang kita tahu, Toru Kazama (selanjutnya saya sebut Kazama) digambarkan sebagai anak yang sangat serius. Beda jauh dengan Sinchan. Kazama adalah anak tunggal dari sepasang suami istri Mr. Kazama (nama aslinya gak pernah disebutkan) dan Mineko Kazama. Mr. Kazama bekerja sebagai seorang arsitek yang bekerja di luar negeri, sedangkan Mineko adalah seorang ibu rumah tangga.

Beda jauh dengan Sinchan, Kazama ini orangnya anti rebahan banget. Ia tidak bisa bersantai sama sekali meskipun baru berusia 5 tahun. Waktu luangnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, seperti untuk membaca buku, menonton film dokumenter, hingga les Bahasa Inggris. Selain itu, untuk ukuran anak 5 tahun, Kazama udah kayak mahasiswa soalnya wawasannya luas banget! Kazama ini udah kayak Dekisugi versi ciliknya!

Penggambaran karakter Kazama ini menurut saya adalah representasi sesungguhnya dari orang Jepang. Orang Jepang dikenal sebagai sosok individualis pekerja keras yang selalu serius, tepat waktu ketika bekerja, dan tidak bisa santai sama sekali. Persis seperti Kazama yang kita saksikan lewat manga dan anime Crayon Sinchan.

Dulu saya suka heran, “Kazama masih TK kok serius banget sih? Saya dan teman-teman saya waktu TK itu nyantai kayak Sinchan!”

Sebagai orang Indonesia, tentu saja saya heran. Tapi di Jepang sono, banyak anak-anak yang kelakuannya kayak Kazama, serius dalam melakukan apapun yang ia kerjakan, mulai dari membaca, menggambar, berolahraga, hingga bermain sekalipun. Hampir tidak ada satu bidangpun di Jepang sana yang tidak dilakukan secara serius oleh masyarakatnya. Kazama adalah betul-betul representasi orang Jepang yang sesungguhnya dalam cerita Crayon Sinchan.

Kazama dan jutaan orang Jepang bisa berperilaku seperti itu bukan tanpa alasan. Jepang gak punya sumberdaya alam melimpah kayak Indonesia, jadi kehidupannya keras banget. Yang gak mampu bersaing akan tersingkirkan. Jadi mau gak mau, sejak masih anak-anak, orang Jepang dididik dengan sangat serius dan keras seperti yang kita lihat pada Kazama.

Baik kedua orang tua Kazama maupun guru Kazama di TK memang gak pernah nyuruh Kazama untuk seserius itu. Kazama bisa seserius itu karena pengaruh lingkungan terdekatnya. Sebagai anak dari seorang arsitek yang bekerja banting tulang di luar negeri demi keluarganya, Kazama punya privilege buat tahu susahnya cari uang sedari dini. Kalau kerjanya bermalas-malasan kayak Sinchan ia khawatir gak akan sesukses ayahnya. Makanya ia memanfaatkan waktu luang yang ia miliki untuk banyak membaca buku hingga les Bahasa Inggris. Selain itu, lingkungan Jepang yang penuh dengan orang pekerja keras bikin Kazama termotivasi supaya jadi nomor satu.

Toru Kazama yang suka mengkoleksi karakter anime wanita

Meskipun begitu, ada juga sisi gelap dari Kazama yang diceritakan Yoshito Usui dalam karyanya. Di balik sikap serius Kazama, Kazama diam-diam suka mengkoleksi berbagai macam karakter anime wanita, termasuk boneka dan kostumnya yang kerap kali ia kenakan saat seorang diri di kamar.

Kazama juga punya kecenderungan oedipus complex, yakni ketertarikan anak laki-laki baik secara emosional maupun seksual terhadap ibunya secara berlebih, mengingat ayah Kazama yang sibuk bekerja di luar negeri.

Sisi gelap Kazama tersebut bisa saya sebut sebagai fenomena gunung es yang bisa terjadi pada siapa saja, gak terkecuali orang Jepang sekalipun. Makanya gak usah heran industri hiburan Jepang, terutama hiburan dewasanya itu isinya aneh-aneh. Untuk melepas stress. Selain itu, angka bunuh diri di Jepang itu tinggi banget saking beratnya hidup di Jepang yang serba serius.

Makanya, saya menyebut Toru Kazama itu sebagai fenomena gunung es yang bisa terjadi pada siapa saja. Kazama memang sangat pintar dan orangnya serius banget, tapi punya sisi gelapnya tersendiri, sama seperti ratusan juta masyarakat dunia saat ini. Mungkin Yoshito Usui sebagai mangakanya bermaksud memberitahu pembacanya untuk lebih memperhatikan kesehatan mentalnya, jangan serius terus-terusan kayak Kazama.

Dalam cerita Crayon Sinchan aja, Kazama sempat diceritakan beberapa kali jatuh sakit karena kecapekan sekolah dan les terus-terusan. Hobi Kazama mengkoleksi berbagai macam karakter anime wanita pun karena ia butuh pelampiasan karena kerjaannya terus-terusan belajar. Termasuk kecenderungan oedipus complex yang ia miliki karena ayahnya yang sibuk bekerja di luar negeri dan hanya bisa pulang beberapa bulan sekali saja saking seriusnya cari uang tanpa memperhatikan istri dan anaknya.

Hidup memang jangan serius melulu, sesekali kita harus bisa santai dan menikmati hidup seperti Crayon Sinchan. Nyatanya, Sinchan hampir gak pernah stress kan? Beda jauh dengan Kazama yang baru 5 tahun tapi udah stress berat.