Sekitar 25 tahun yang lalu, kedua orang tua saya pernah ngajakin saya makan steak di salah satu restoran terkemuka di Kota Bandung. Orang tua saya pun turut menjelaskan bahwa kita gak bisa sering-sering makan steak karena harga daging itu mahal banget. Mereka pun turut menjelaskan bahwa steak adalah salah satu makanan favorit orang Barat. Saya yang saat itu masih duduk di bangku TK cuma bisa manggut-manggut doang.

Ilustrasi steak yang mahal

Perkataan orang tua saya memang benar-benar terjadi. Hingga SMP, saya jarang banget makan steak di restoran. Saya cuma makan steak di restoran saat ada teman atau sanak saudara yang mentraktir saya saja. Maklum, saya bukan anak Sultan. Harga steak mahal, bosque!

Tapi ada kabar baik bagi saya dan mereka-mereka yang pingin nyobain sensasi makan steak dengan budget minim. Kabar baik tersebut bernama Waroeng Steak & Shake, franchise rumah makan yang menyajikan aneka steak serta hidangan lainnya yang berasal dari Yogyakarta.

Saya pertama kali nyobain makan di Waroeng Steak & Shake saat duduk di bangku SMP, sekitar tahun 2005. Saat itu, saya dan teman-teman SMP saya iseng pingin munggahan sebelum bulan Ramadhan, makanya kita sengaja makan di sana. Waroeng Steak saat itu membuka salah satu gerainya dekat dengan sekolah saya. Sejak itulah, saya mulai sering makan steak di Waroeng Steak atau lebih dikenal dengan sebutan “WS”. “WS” ini harganya terjangkau dan gerainya tersebar di banyak tempat, terutama di kota besar.

Steak dengan tepung di "WS"

Kenapa harga steak di “WS” bisa semurah itu? Tentu karena kandungan dagingnya tidak sebanyak steak premium yang biasa disajikan pada restoran mewah. Di “WS”, dagingnya dibalut dengan balutan tepung tebal, makanya sekali makan steak “WS”, biasanya udah kenyang duluan. Memang, “WS” juga menyediakan daging steak “betulan” tanpa balutan tepung tebal dengan harga yang lebih mahal layaknya steak premium di restoran mewah, tapi karena target pasar “WS” kebanyakan anak sekolah atau mahasiswa, menu tersebut saya lihat tidak begitu laku. Saya saja belum pernah memesan daging steak “betulan” tersebut sama sekali! Hahahaha.

Selain itu, “WS” pun menjadi salah satu kedai makanan yang dipilih banyak orang untuk berbagai acara, seperti munggahan, buka bersama, arisan, hingga acara ulang tahun. Banyak orang dewasa yang sengaja bikin acara makan-makan di “WS” karena harganya yang bersahabat serta rasanya yang enak.

Dari sudut pandang yang lain, saya berani menobatkan “WS” sebagai pahlawan. Kenapa? Tidak semua orang punya privilege untuk bisa nyobain makan steak premium di restoran mewah, bukan? Nah “WS” bisa dibilang memfasilitasi saya dan jutaan orang lainnya yang belum mampu untuk makan steak di restoran mewah dengan menu steak yang dimilikinya. Orang-orang bisa merasakan sensasi makan steak ala orang Barat dengan menggunakan garpu serta pisau dengan harga yang sangat terjangkau. Minimal, kalau suatu saat nanti ada rezeki untuk nyobain steak di restoran mewah, sudah tahu cara makan steak kayak gimana, gak akan malu-maluin banget gitu istilahnya.

Ilustrasi anak makan steak

Saya ngomong gini karena sejak SMP, saya sering melihat ada begitu banyak anak kecil usia sekolah maupun remaja SMP yang baru belajar bagaimana cara pegang garpu dan sendok untuk makan steak. Mereka diajari kedua orang tua mereka atau kakaknya masing-masing tata cara makan steak yang baik dan benar. Kalau harus ngajarin anaknya buat makan steak di restoran mewah kan susah juga ya. Biayanya mahal soalnya.

Fun fact: Gak cuma anak kecil atau remaja sih, ada juga orang dewasa yang baru nyobain steak untuk pertama kalinya di “WS”. ~wqwqwqwq

Dilansir dari Suara.com, Waroeng Steak & Shake telah meraih rekor dari Muri sebagai restoran steak halal dengan cabang terbanyak di Indonesia. Di Bandung sendiri gerai “WS” saya lihat semakin banyak dan hampir selalu penuh pada jam-jam makan siang atau makan malam.

Nah, kalau sudah begini, saatnya mengucapkan mantera, “Bismillah, Komisaris Waroeng Steak & Shake!”