Sejak
SD, hampir seluruh guru olahraga yang saya temui adalah guru-guru terbaik yang
telah mengisi kehidupan saya selama bersekolah. Mereka hampir tidak pernah
marah, beberapa di antara mereka pun enak diajak diskusi. Namun tak ada gading
yang tak retak. Berdasarkan pengamatan saya, ada sejumlah dosa yang kerap kali
dilakukan oleh sebagian besar guru olahraga. Nah, apa saja sih dosa para guru
olahraga tersebut?
#1
Bertubuh gemuk
Ilustrasi Guru Olahraga oleh Mice Cartoon |
Dosa
paling mencolok yang dilakukan oleh guru olahraga adalah bertubuh gemuk.
Bukannya body shamming atau fatphobic, tapi kan mereka guru olahraga ya? Masa
bertubuh gemuk sih?
Saya
tahu kok, selain sibuk mengajar mengajar mata pelajaran olahraga, guru olahraga
pun melakukan pekerjaan lain seperti mengurus administrasi sekolah dan mengajar
privat olahraga di luar sekolah untuk menambah penghasilan.
Tapi
hal tersebut gak bisa dijadikan alasan. Mereka tetap menjaga bentuk tubuh
mereka, biar bagaimanapun, peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing
berlari” itu benar adanya. Gimana mau jadi contoh yang baik supaya siswa-siswinya
rajin olahraga kalau mereka sendiri bertubuh gemuk karena jarang olahraga?
Masa
kalah dengan para personal trainer di gym komersial sih? Mereka yang tiap hari
melatih puluhan klien aja bentuk tubuhnya masih ideal karena masih rutin
berolahraga baik sebelum melatih maupun setelah melatih klien-kliennya. Masa
guru olarhaga gak bisa meluangkan waktu untuk olahraga?
#2
Makan makanan junk food
Ilustrasi guru olahraga makan junk food |
Masih
berhubungan dengan poin pertama, dosa kedua yang dilakukan oleh guru olahraga
adalah makan makanan junk food di hadapan siswa-siswinya. Seperti yang kita
tahu, junk food adalah salah satu faktor penyebab seseorang mengalami kegemukan
disamping jarangnya olahraga. Mau tiap hari lari puluhan kilometer pun, kalau
makan makanan junk food tinggi kalori sampai sehari tiga kali ya pasti bakalan
gemuk juga.
Nah,
gimana mau mendidik generasi muda supaya gak makan makanan junk food jika guru
olahraga saja terang-terangan makan makanan junk food di depan siswa-siswinya
ketika jam istirahat tiba? Yang ada murid-muridnya pasti ikut makan makanan
junk food karena guru olahraganya saja makan makanan junk food. Kalaupun gak
bisa dihindari, coba jangan makan makanan junk food di hadapan siswa-siswinya
gitu.
#3
Jarang ngasih contoh gerakan
Ilustrasi guru olahraga yang cuma nyuruh-nyuruh doang |
Dosa
ketiga yang sering dilakukan guru olahraga adalah mereka jarang ngasih contoh
gerakan yang baik dan benar ketika pelajaran olahraga tiba. Misalnya, ketika
siswa-siswi lagi mempraktikkan olahraga bola baset, guru olahraga cuma
teriak-teriak doang ngasih instruksi dari pinggir lapangan alih-alih memberikan
contoh gerakan dalam olahraga basket seperti tata cara dribble bola atau tata
cara lay up. Kan gak semua siswa-siswi ngerti tata cara olahraga basket kayak
gimana?
Hal
ini bakal semakin terlihat ketika praktik olahraga renang tiba. Alih-alih ikut
turun ke masuk ke dalam air, guru olahraga hanya mencontohkan bagaimana cara
melakukan gaya bebas, gaya dada, gaya katak maupun gaya punggung dari atas
darat. Bagi siswa-siswi yang jarang atau bahkan gak pernah berenang sama sekali
seumur hidupnya tentu saja jadi kebingungan.
#4
Remedial berbau gratifikasi
Ilustrasi gratifikasi |
Dari
ratusan siswa-siswi yang diajarin olahraga, pasti ada banyak di antara mereka
yang gak mahir berolahraga sama sekali, termasuk saya sehingga harus melakukan
remedial. Misalnya, saya yang gak lulus dalam pelajaran bola voli karena servis
saya gak sesuai standar, harus melakukan remedial dengan mengulangi tes servis
voli satu minggu setelahnya atau kalau mau gampang, disuruh patungan bersama
siswa-siswi lainnya yang sama-sama remedial buat beli alat olahraga. Tentu saja
nanti dijadikan sebagai inventaris sekolah. Sebagian besar teman-teman saya
memilih opsi kedua karena jauh lebih mudah. Tinggal patungan doang. ~wqwqwqwq
Biasanya,
alat olahraga yang diminta oleh guru olahraga adalah dalam berbentuk bola
sepak, bola basket, bola voli, maupun net badminton. Meskipun nantinya alat
olahraga ini bakal digunakan oleh siswa-siswi lainnya sampai bertahun-tahun ke
depan, tentu saja hal tersebut gak bisa dibenarkan. Kalau bisa gitu, mending
gak usah ikut pelajaran olahraga kan? Mending kasih bola sepak dari awal aja?
~wqwqwq
Saya
gak tahu apa alasan guru olahraga nyuruh siswa-siswi yang remedial untuk
patungan buat beli alat olahraga. Entah karena anggaran Dinas Pendidikan atau
anggaran pihak sekolah untuk peralatan olahraga yang kurang atau gimana, tapi
praktik ini sama sekali tidak bisa dibenarkan karena seolah-olah mengajarkan
siswa-siswi untuk melakukan gratifikasi kecil-kecilian sedari dini.
Nah,
itulah empat dosa yang sering dilakukan oleh guru olahraga selama saya
bersekolah dua belas tahun yang saya harap bisa dihilangkan sedikit demi
sedikit biar generasi muda mendatang bisa lebih berprestasi lagi dalam bidang
olahraga. Minimal kalaupun gak jadi atlet profesional, bisa mempraktikkan gaya
hidup sehat dengan rajin olahraga dan jaga pola makan deh!
Mudah-mudahan
tulisan ini dibaca oleh Menteri
Pemuda dan Olahraga (Menpora) Bapak Zainudin Amali dan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Bapak Nadiem Anwar Makarim.
Saatnya mengucapkan mantera, “Bismillah,
stafsus Menpora atau Mendikbudristek!”
0 Comments