IMDb: 9,2/10 | Rating
Saya: 10/10
Rated: R | Genre: Crime, Drama
Directed by Francis
Ford Coppola
Screenplay by Mario Puzo, Francis Ford Coppola
Based on The Godfather by Mario Puzo
Produced by Albert S. Ruddy
Starring Marlon Brando, Al Pacino, James Caan, Richard
Castellano, Robert Duvall, Sterling Hayden, John Marley, Richard Conte, Diane
Keaton
Cinematography Gordon Willis
Edited by William Reynolds, Peter Zinner
Music by Nino Rota
Production companies Paramount Pictures, Alfran Productions
Distributed by Paramount Pictures
Release date 14 March 1972 (Loew's State Theatre), 24
March 1972 (United States)
Running time 175 minutes | Country United
States
Language English | Budget $6–7.2 million | Box
office $250-291 million
Sepertinya gak akan pernah ada habisnya
kalau ngomongin salah satu film terbaik sepanjang masa yang berjudul The
Godfather. Film ini memang dirilis pada tahun 1972, 20 tahun sebelum saya
lahir, namun magisnya masih terasa sampai sekarang. Nampaknya, sampai beberapa
tahun ke depan, belum akan ada film yang bisa menyamai magisnya film The
Godfather. Dari segi audio visual, jujur saja, film ini audio visualnya tidak
sebagus film-film yang dirilis pada tahun 2023. Namun entah kenapa, film The
Godfather ini punya magisnya tersendiri yang membuatnya tetap nyaman saya
tonton berkali-kali sejak pertama kali menontonnya saat saya masih duduk di
bangku sekolah belasan tahun yang lalu. Simak ulasannya berikut ini.
Simak tulisan saya tentang The
Godfather di Pakbob.ID berikut ini: The
Godfather: Bohemian Rhapsody Di Dunia Film
STORYLINE
The Godfahter adalah film keluaran
tahun 1972 buatan Amerika Serikat yang bercerita tentang keluarga Mafia Italia
bernama Corleone. Kepala keluarga ini bernama Vito Corleone (diperankan Marlon
Brando) yang dikenal sebagai Godfather oleh masyarakat New York City karena
beliau telah menjaga keamanan, ketertiban dan keteraturan masyarakat New York
City selama puluhan tahun. Beliau memiliki banyak koneksi pada politisi, aparat
penegak hukum, para pengusaha, hingga aktor Hollywood sekalipun.
Vito dan anak-anaknya |
Vito Corleone ini punya tiga orang anak
kandung dan satu orang anak angkat. Mereka adalah Sonny Corleone (diperankan James
Caan), Fredo Corleone (diperankan John Cazale), Michael Corleone (diperankan Al
Pacino), Connie Corleone (diperankan Talia Shire) dan Tom Hagen (diperankan Robert
Duvall).
Di film ini, Michael baru saja pulang
dari tugas kenegaraannya sebagai tentara Amerika Serikat pada Perang Dunia II
sambil membawa pacarnya, Kay Adams (diperankan Diane Keaton), jadi kita melihat
Keluarga Corleone dari sudut pandang Kay Adams sebagai orang asing yang baru
pertama kali melihat Keluarga Corleone dari dekat. Terlebih, Kay Adams melihat
Keluarga Corleone pada acara resepsi pernikahan Connie yang digelar di kediaman
Keluarga Corleone.
Meski lagi sibuk menikahkan anaknya,
Vito Corleone gak pernah berhenti bekerja. Ia masih mengurusi bisnisnya dari
ruang kerjanya. Mulai dari permintaan orang yang pingin balas dendam, hingga
permintaan anak baptisnya yang seorang penyanyi papan atas Hollywood bernama
Johnny Fontane diperankan Al Martino) yang minta bantuan ayah baptisnya supaya
ia bisa dapat peran dalam film yang ia idam-idamkan.
Anyway, disini Vito secara tegas
meyakinkan anak baptisnya bahwa ia akan mendapatkan peran tersebut dengan
mengakatan, "I'm gonna make him an offer he can't refuse",
yang sangat populer tersebut dengan menaruh kepala kuda di kasur sutradara yang
menolak permintaan Johnny. Meski perbuatan ini jahat, entah kenapa penonton
seperti malah jadi suka dan respect banget pada Keluarga Corleone!
Seperti yang bisa ditebak, Keluarga
Corleone ini bisnisnya memang kotor, mereka menguasai jalanan hingga politisi
elit Amerika Serikat. Tapi mereka gak pernah menyentuh bisnis narkoba karena
Vito idealis banget. Ia menilai bisnis narkoba akan merusak masa depan bangsa. “Lebih
banyak mudharatnya (bahayanya) dibanding manfaatnya kalau bisnis narkoba”,
kata Vito. Karena idealismenya, Vito Corleone ditembak oleh keluarga mafia lain
yang sebel banget sama Vito yang gak bisa diajak kerjasama.
Vito memang selamat, ia hanya dirawat
di rumah sakit saja. Tapi hal tersebut seolah membangunkan naga yang ada pada
diri Michael. Michael yang semula gak mau terlibat bisnis keluarga sehingga ia
sempat ‘melarikan diri’ dengan ikut berperang pada Perang Dunia II, berniat
membalaskan dendam pada keluarga mafia yang berusaha membunuh ayahnya. Michael
akhirnya membunuh Sollozo dan perwira kepolisian Amerika yang korup, McCluskey
sehingga mau gak mau Michael sampai harus melarikan diri ke Sisilia. Gak
berhenti sampai di situ, Sonny, anak sulung Vito pun akhirnya tewas karena
perang antar keluarga mafia ini.
Di Sisilia, Michael sempat berjumpa
dengan seorang gadis bernama Apollonia (diperankan Simonetta Stefanelli),
menikahinya, namun pernikahan tersebut berakhir tragis karena Apollonia tewas
dibunuh oleh pembunuh bayaran yang disuruh musuh Keluarga Corleone.
Vito yang sudah sembuh pun ngajakin
keluarga mafia lainnya untuk bertemu setelah wafatnya Sonny. Dari pertemuan
tersebut, mereka sepakat untuk berdamai sehingga Michael bisa pulang. Vito
memang bukan mafia kelas jalanan yang kerjanya cuma bisa mukulin orang atau
bunuh orang sembarangan. Ia adalah komunikator yang ulung, bisa kita lihat dari
caranya berbisnis dan speak up pada rapat dengan keluarga mafia lainnya.
Sekembalinya di New York, Michael pun
akhirnya memutuskan untuk meneruskan bisnis keluarga sekaligus membangun rumah
tangga dengan mantan pacarnya, Kay. Michael yang kita kenal sebagai anak baik
sudah bukan anak baik lagi setelah kematian Apollonia. Ia bahkan saya nilai
lebih sadis dan dingin dibandingkan Vito.
REVIEW
The Goffather sudah saya tonton
berkali-kali, namun setiap kali saya tonton, magisnya tetap terasa. Sejak lama,
saya selalu merasa nostalgia setiap kali nonton The Godfather, seolah-olah saya
pernah hidup di New York pada tahun segitu dengan segala serba-serbinya.
Istilah tersebut dinamakan Anemoia.
Simak tulisan saya tentang Aneomia di Mojok
berikut ini: Anemoia:
Alasan Kita Merasa Nostalgia saat Bersentuhan dengan Hal-hal Jadul
Godfather memang bukan film kriminal
yang penuh aksi tembak-tembakan brutal layaknya James Bond atau John Wick.
Kekuatan utama Godfather adalah pada storytelling, percakapan, tragedi, tata
suara, musik, hingga akting para aktor dan aktrisnya. Lima puluh tahun setelah
kemunculan pertamanya pun belum ada film yang sanggup menyaingi magis film ini.
Film yang punya kekuatan audio vosial yang lebih bagus tentu saja banyak, tapi
magisnya tidak semagis The Godfather.
Vito Corleone |
Akting ciamik dari Marlon Brando dan Al
Pacino benar-benar luar biasa. Bagaimana Marlon Brando sanggup mengintidasi lawan
bicaranya tanpa harus teriak-teriak, hingga Al Pacino yang semula anak baik
menjadi baik menjadi kepala keluarga mafia yang dingin dan lebih sadis dari
ayahnya betul-betul harus diacungi jempol. Bahkan tidak hanya karakter utama seperti
Vito dan Michael saja yang background storynya komleks. Karakter sampingan
macam Connie dan Fredo pun punya story yang kompleks.
Atas aktingnya tersebut, Best Actor in
a Leading Role dianugerahkan pada Marlon Brando. The Godfather pun mendapatkan
Oscar untuk kategori Best Picture, sedangkan 9 nominasi Oscar lainnya untuk
film ini, termasuk nominasi Best Actor in a Supporting Role untuk Al Pacino,
Michael Caan, dan Robert Duvall sayangnya tidak dimenangkan oleh mereka.
Godfather pun memperlihatkan bagaimana tata
cara dan budaya orang Italia ketika makan, berakaian, hingga hidup pada orang
luar Italia. Bagaimana orang asli Italia yang bermukim di Sisilia hidup, hingga
bagaimana keturunan Italia – Amerika hidup dan berkembang di Amerika Serikat di
awal abad ke-20 benar-benar dirangkum secara sempurna ada film ini.
Godfather bisa dibilang merupakan salah
satu film yang membuat kita bersimpati pada keluarga mafia alih-alih sebal
padanya. Kita benar-benar menginginkan Keluarga Corleone menang pada film ini
melawan keluarga mafia lainnya, sesuatu yang mungkin sangat asing pada tahun
70an karena sejak ribuan tahun lalu, orang baik itu selalu memang. Tokoh utama
dalam film itu hampir selalu orang baik. Tapi di Godfather, tokoh utamanya
jelas-jelas adalah seorang penjahat, tapi kita menginginkan penjahat tersebut
menang. Sesuatu yang gak biasa.
Benar-benar sesuatu yang nggak biasa.
Biar bagaimanapun, The Godfather ini ditulis sebelum era internet seperti saat
ini. Saya gak bisa membayangkan darimana penulis The Godftaher, Mario Puzo bisa
dapat inspirasi sebagus ini. Saya juga gak bisa membayangkan bagaimana Marlon
Brando, Al Pacino, dan para aktor serta aktris dalam film ini bisa dapat
referensi untuk akting seciamik itu karena referensi untuk karakter yang mereka
mainkan di tahun 70an kan masih sedikit, tidak sebanyak di tahun 2023.
SEANDAINYA APOLLONIA TAK MENINGGAL
Dibandingkan dengan Kay, kisah cinta
Michael dan Apollonia menurut saya jauh lebih romantis. Bagaimana Michael yang
langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Apollonia sehingga ia berani
mendatangi rumah keluarganya untuk langsung menikahinya benar-benar menunjukkan
bahwa Michael bukanlah pria brengsek seperti kebanyakan anggota mafia yang kita
kenal, yang sering main perempuan. Michael benar-benar tulus dan sangat soan ketika
memperlakukan wanita, beda jauh dengan anggota mafia Italia lainnya kan?
Sesuatu yang sangat langka bahkan pada awal abad ke-20 sekalipun.
Seandainya Apollonia tidak meninggal
dunia, mungkin Michael akan hidup tenang dengan tidak ikut campur dalam bisnis
Keluarga Corleone. Mungkin Fredo yang akan meneruskan bisnis Keluarga Corleone
meskiun Fredo bukanlah orang yang berkompeten untuk hal tersebut sehingga
bisnis Keluarga Corleone mungkin akan bangkrut. Tapi, Michael akan hidup
bahagia dengan Apollonia yang barangkali akan rajin berkumpul bareng dengan Keluarga
Corleone. Biar bagaimanapun, Apollonia ini gadis desa asal Sisilia, bukanlah
gadis Amerika macam Kay yang punya perbedaan background begitu jauh.
Kematian Apollonia adalah faktor utama
yang menyebabkan Michael jadi kepala Keluarga Corleone yang jauh lebih dingin
dan sadis dibandingkan Vito. Seandainya Apollonia ini tidak meninggal dunia,
saya jamin Michael gak akan berubah jadi orang yang dingin dan sadis seperti
ini. Kita betul-betul membutuhkan universe lain dalam film The Godfather yang
menceritakan cerita dimana Apollonia tidak tewas, saya jamin ceritanya akan
jauh berbeda. Kematian Apollonia adalah kematian paling menyakitkan dalam
Trilogy The Godfather. Bahkan sebagai penonton pun sakit hatinya benar-benar
terasa. Bikin nyesek.
0 Comments