Beberapa minggu ini saya marathon salah satu series Netflix yang berjudul Stranger Things. Di tulisan ini, saya tak akan membahas storylinenya. Namun, saya ingin membahas salah satu aspek yang ada dalam series ini, yakni segala serba-serbi tentang tahun 80an di mana tahun 80an adalah seting waktu yang terjadi dalam series ini.

Pada main Dungeons & Dragons

Season Pertama Stranger Things terjadi pada tahun 1983. Para tokoh di dalamnya sibuk bermain Dungeons & Dragons seperti yang kerap kali dilakukan para anak laki-laki di Amerika pada tahun 80an. Para tokoh di dalamnya pun menyukai berbagai film fiksi ilmiah macam Star Wars, seperti yang dilakukan banyak orang di seluruh dunia pada tahun 80an. Strangers Things pun banyak memasukkan unsur-unsur pop culture lainnya seperti Ghost Buster, The Karate Kid, Rambo hingga Back to the Future, dan memasukkan musik-musik tahun 80an seperti Ozzy Osbourne, Iron Maiden, hingga Metallica.

Kehidupan di tahun 80an pun digambarkan analog banget. Mereka masih menggunakan telepon rumah atau telepon umum di pinggir jalan untuk berkomunikasi, mereka masih menggunakan VHS untuk menonton film, hingga mereka masih menggunakan sepeda untuk sekadar bermain ke rumah teman, hingga ke sekolah dan mall. Mobil-mobil tahun 80an pun tentu saja ditunjukkan juga dalam film ini.

Main Arcade di tahun 80an

Mereka juga memainkan console Atari atau bermain gim di mesin Arcade, menggunakan kemeja flanel, jaket jins atau fashion tahun 80an lainnya yang menurut saya sangat keren. Segala macam informasi masih bersumber pada surat kabar, tabloid maupun majalah karena internet belum secanggih sekarang.

Jangan lupa juga tahun 80an adalah puncak-puncaknya Cold War antara Amerika Serikat dan Uni Soviet di mana Amerika lagi gencar-gencarnya melakukan propaganda yang menunjukkan bahwa Uni Soviet dan kroninya adalah orang jahat, sedangkan Amerika dan sekutunya adalah orang baik. Hal itu sangat kental ditunjukkan dalam Stranger Things.

Di tahun 90an, saya menyaksikan banyak film Amerika dari tahun 80an yang kira-kira punya premis sama dengan Stranger Things di mana Amerika dan Uni Soviet bersaing dalam bidang sains dan teknologi. Di mana, orang Amerika digambarkan sebagai heroes, sedangkan orang Uni Soviet sebagai villain. Padahal keduanya itu sama-sama villain juga.

Baca tulisan saya di Mojok: Anemoia: Alasan Kita Merasa Nostalgia saat Bersentuhan dengan Hal-hal Jadul

Saya betul-betul merasakan Anemoia ketika menonton Stranger Things seolah-olah saya pernah hidup di Amerika pada tahun 80an dengan segala serba-serbinya sebagaimana yang ditunjukkan dalam series tersebut. Padahal saya sendiri lahir dan tumbuh di tahun 90an, bukan tahun 80an.

Rasa-rasanya, “Somehow the 80's seems much more fun than 2024 meskipun di tahun 80an gak ada internet sama sekali dan saya ingin hidup di tahun 80an seperti Mike Wheeler dan teman-temannya.”

Musik, film, series, teknologi, hingga kehidupan masyarakat Amerika tahun 80an nampak jauh lebih menarik dibandingkan musik, film, series, teknologi dan kehidupan masyarakat Amerika tahun 2024. Serius. When America were great. Not a dead society like nowadays.

Seharusnya, Stranger Things banyak digemari karena unsur nostalgianya. Terutama oleh Generasi Baby Boomers dan Gen X yang lahir dan tumbuh di tahun 80an, bukan? Namun, justru yang nostalgia ketika nonton Stranger Things itu malah anak muda Generasi Mileneal dan Gen Z yang lahir dan tumbuh setelah tahun 80an. Tricia Aurand pun menyebut, "Anak muda disebut punya kecenderungan rindu pada era yang tak pernah dialaminya."

Sebagai orang yang lahir dan tumbuh di tahun 90an, saya merasa, sensasi teknologi analog itu jauh lebih berkesan dibandingkan teknologi digital. Sensasi menonton film lewat Laserdisc saya jamin jauh lebih berkesan dibandingkan nonton film via Netflix.  Setiap mau nonton film, saya harus repot memasukkan piringan Laserdisc besar ke player Laserdisc. Tidak seperti sekarang yang tinggal ‘Netflix and chill’ begitu saja. Kurang berkesan. Zaman analog atau bahkan nonton film dan mendengarkan musik lewat media analog di zaman sekarang pasti langsung masuk core memory dibandingkan versi digitalnya.

Demikian juga sensasi mendengarkan musik. Di tahun 80an dan 90an, untuk mendengarkan musik, harus memasukkan kaset ke dalam pesawat radio. Tidak seperti sekarang yang tinggal setel musik lewat Spotify atau YouTube Music yang gak ada seninya. Yang gak berkesan sama sekali. Makanya sekarang banyak Mileneal dan Gen Z yang mengoleksi pita kaset maupun piringan hitam karena ada seninya dibandingkan Spotify atau YouTube Music.

Orang-orang pun nampak jauh lebih damai dalam bermasyarakat dibandingkan tahun 2024. Di tahun 2024, banyak orang tersinggung atas hal-hal sepele. Lihat saja keributan di media sosial, biasanya hanya karena masalah sepele. Tentu, yang tersinggung di tahun 80an akan hal sepele itu banyak, namun karena belum ada media sosial seperti sekarang, jadinya terkesan sunyi dan damai.

Di luar storylinenya yang menarik, saya rasa itulah faktor yang membuat banyak orang, yang bahkan tidak lahir dan tumbuh pada tahun 80an di Amerika Serikat series ini, termasuk saya, sebagaimana banyak Mileneal dan Gen Z lainnya di seluruh dunia, yang dapat dibuktikan dengan jumlah penonton series ini yang bisa kalian lihat sendiri berapa banyak angkanya. Ah the, 80’s, it’s like the summer we never had!