Lagi-lagi penyesalan datang pada diri saya. Kali ini penyesalan datang karena lagi-lagi, tidak menonton film karya Christopher Nolan secara langsung di bioskop. Banyak film Nolan yang saya lewatkan begitu saja dengan tidak menontonnya di bioskop seperti The Dark Knight Trilogy, The Prestige (2006), Inception (2010), Interstellar (2014), Dunkirk (2017), sampai Tenet (2020). Semua film tersebut hanya saya tonton di rumah saja. Tapi ya lebih baik nonton daripada gak nonton sama sekali, bukan? Saya sendiri tidak menonton Oppenhimer secara langsung di bioskop karena keterbatasan budget, as always.

Sesuai judulnya, film ini menceritakan tentang seseorang bernama Julius Robert Oppenheimer (Cillian Murphy), seorang ilmuwan fisika yang dijuluki “Bapak Bom Atom” atas keterlibatannya dalam Manhattan Project yang membuat Amerika Serikat memenangkan Perang Dunia II. Tak usah ragukan kualitas akting Cillian Murphy, coba saja tonton aksinya sebagai Dr. Crane alias The Scarecrow dalam The Dark Knight Triology Nolan, sebagai Robert Fischer dalam film Inception (2010), hingga aksinya dalam serial Peaky Blinders. Semuanya benar-benar menakjubkan!

Berbeda dari film berlatar belakang Perang Dunia II lainnya macam Saving Private Ryan (1998) Pearl Harbor (2001), maupun Dunkirk (2017), film ini gak ada adegan tembak-tembakannya sama sekali. Meskipun begitu, kita sebagai penonton, atau setidaknya saya, dibuat merinding dengan adegan-adegan yang ada di dalam film ini.

Fokus utama film ini adalah kegalauan Oppenheimer dalam upayanya membuat senjata pemusnah masal dan konflik pribadi Oppenheimer yang terlibat cinta segitiga dengan dua wanita, yakni Jean Tatlock (Florence Pugh) dan Kitty Oppenheimer (Emily Blunt). 

Film ini juga menceritakan konflik antara Oppenheimer dan Lewis Strauss (Robert Downey Jr.), politisi Amerika Serikat yang mengatur kebijakan nuklir pasca Perang Dunia II. Ah ya, meski akting Robert Downey Jr. di sini sangat luar biasa, imagenya sebagai Ironman dalam Marvel Cinematic Universe susah untuk saya abaikan begitu saja.

Jangan lupakan juga kehadiran Albert Einstein (Tom Conti) dan keterlibatan Oppenheimer dengan sejumlah ilmuwan macam Niels Bohr, Enrico Fermi, dan Hans Bethe. Selain tokoh tersebut, ada juga sih salah satu tokoh sejarah terkenal yang terlibat dalam film ini, namun kalau kamu penasaran, coba saja tonton filmnya sampai selesai.

Pokoknya, saya benar-benar dibikin merinding ketika menonton film ini. Di satu sisi, saya kagum dengan kejeniusan Oppenheimer dan Einstein, namun saya juga mengagumi sisi moralitas mereka berdua yang semacam menyesal karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikan Manhattan Project. Dalam film ini semacam disebutkan, “Daripada Nazi yang berhasil duluan membuat bom atom, lebih baik Amerika!

Ah ya, jangan lupa juga quotes terkenal Oppenheimer dan penyesalannya dengan berkata, “Now I am become Death, the destroyer of worlds”, mengutip Bhagavad Gita, teks suci Hindu yang punya influence bagi Oppenheimer.

Bukan tanpa alasan Oppenheimer menekankan hal tersebut. Karena setelah turunnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dunia benar-benar berubah. Amerika Serikat otomatis jadi negara adidaya dan adikuasa menggantikan peran Inggris yang selama berabad-abad jadi polisi dunia. Ia pun khawatir bahwa di masa depan, peperangan antar Amerika dan Soviet (sekarang Rusia) maupun negara lain bukan lagi tembak-tembakan dengan menggunakan senjata api, melainkan dengan perang nuklir.

Pasalnya, daya destruktif nuklir sangatlah besar. Korban pengeboman Hiroshima dan Nagasaki saja mencapai puluhan ribu. Belum dihitung kecacatan tubuh maupun mental dari orang-orang yang berhasil selamat maupun radiasi yang tersisa.

Sebagai tambahan, saya juga merinding karena dalam salah satu tafsiran Agama Samawi, disebutkan bahwa nanti terdapat angin Yaman yang akan menghancurkan dunia. Angin Yaman yang dimaksud ini sering ditafsirkan sebagai perang nuklir, yang entah siapa nanti yang akan meluncurkannya pertama kali. Semuanya seperti penyesalan Oppenheimer yang telah menjadi Destroyer of the World itu sendiri.

Ah ya, terakhir, jika ingin melihat bagaimana kondisi Bumi dan umat manusia pasca perang nuklir itu seperti apa, cobalah untuk bermain gim Fallout 3 atau Fallout: New Vegas. Dalam dua gim tersebut, diceritakan beberapa abad setelah perang nuklir terjadi, dan dunia benar-benar hancur dan tak layak huni. Banyak mutasi gen terjadi pada manusia, hewan dan tumbuhan, serta manusia benar-benar melakukan segalanya hanya untuk bertahan hidup.