Saya
yakin, sebagian besar Generasi Mileneals yang lahir dan tumbuh pada tahun 90an
mengenal one minor hit berjudul “MMMBop” karya grup band bernama Hanson.
Hanson sendiri terdiri dari tiga kakak beradik yang terdiri dari Isaac Hanson,
Taylor Hanson dan Zac Hanson.
Lagu
karya Hanson begitu populer pada masanya, seolah merepresentasikan Amerika pada
tahun 90an ini dengan pop culturenya seperti kemeja flanel, celana jins, sepatu
roda, hingga skateboard. Pastinya, ini relate banget dirasakan Generasi
Mileneals yang hidup pada masa itu.
Saat
pertama kali mengudara, lagu “Mmmbop” ini vibesnya kayak lagu penyemangat buat
berkegiatan sehari-hari. Vibesnya kayak iklan soft drink yang seger banget
diminum saat cuaca lagi terik-teriknya. Lagunya enak buat nyanyi-nyanyi,
apalagi jika didengarkan di dalam mobil. Saat itu, semua orang cuma hafal “Mmmbop,
ba duba dop, ba du bop”, meski gak hafal apalagi mengerti sisa lirik
lainnya sama sekali. ~wqwqwq
Mendengarkan
“Mmbop” di tahun 2025
Time
flies so fast. Dari anak 90an yang dengerin “Mmmbop” via
radio dan televisi, saat ini saya mendengarkan “Mmbop” via YouTube dan Spotify.
Selain beda media, ada satu lagi perbedaan besar yang saya rasakan. Yakni di
tahun 2025, lirik “Mmmbop” ini punya makna yang sangat dalam tentang kehidupan.
Sini saya jabarkan satu persatu.
“Mmmbop”
bukanlah lagu happy meskipun sewaktu kecil saya mengira lagu ini adalah lagu
happy. Lagu ini bercerita tentang kefanaan manusia, kehilangan, dan betapa
pentingnya untuk menghargai setiap momen dalam hidup kita sebelum semuanya
lenyap begitu saja. Mendengarkannya di tahun 2025 bukanlah sekadar nostalgia,
tapi juga refleksi.
"You
have so many relationships in this life. Only one or two will last"
Kalimat
di atas adalah tamparan dari tiga kakak beradik gondrong berumur belasan tahun
yang entah gimana ceritanya, paham bahwa dalam setiap kehidupan manusia,
benar-benar gak ada yang abadi. Pada akhirnya, hanya ada satu atau dua orang
yang benar-benar peduli pada diri kita, terutama saat kita berada pada titik
terendah hidup kita. Orang tersebut bisa jadi keluarga sedarah, pasangan hidup,
atau teman/sahabat setia.
"In
the end they'll be the only ones there. And when you get old and start losing
your hair. Can you tell me who will still care?"
Memasuki
usia kepala tiga, saya semakin paham dengan penggalan lirik di atas.
Teman-teman sekolah maupun teman-teman kuliah kita yang dulu nongkrong hampir
setiap hari, satu persatu menghilang. Bukan karena sudah gak mau berteman lagi,
namun tanggung jawab dan prioritasnya sudah berbeda. Ada yang sudah bekerja,
ada yang sudah punya pasangan hidup, ada yang sudah punya keturunan, dan ada
juga yang sudah berada di Alam Kubur.
Parahnya
penggalan lirik di atas semacam disambung dengan kalimat “In an mmmbop
they're gone”.
Saya
sendiri bukanlah ahli semiotika, hanya mempelarinya selewat saja sewaktu
kuliah. Tapi bisa jadi, “Mmmbop” di sini adalah metafora dari waktu itu
sendiri. Waktu terus berputar, tak bisa dilawan, dan berlalu dengan sangat
cepat. Hari ini kita dekat sama seseorang, besok, bisa jadi kayka orang asing.
Orang yang dulu kita anggap bakal stay selamanya, bisa hilang begitu saja.
“Gilanya,
kenapa dulu gak sadar ini ya?”, pikir saya dalam hati. Saya
menganggap “Mmmbop” ini sebagai perkataan random aja biar lagunya enak
didengar. Gak tahunya, ini semacam mantra atau kiasan yang menunjukkan kefanaan
manusia akan waktu.
Di
tahun 90an, saya cuma bisa nyanyi-nyanyi sambil joget ketika lagu ini muncul di
radio dan televisi. Saat ini, saya hanya bisa menunduk, merenung, dan menelan
ludah saat lagu ini sengaja saya putar via YouTube dan Spotify.
Hanson
Brothers: Beyond Their Time
Saya
pun benar-benar kagum dengan ketiga kakak beradik Hanson. Alih-alih membuat
lagu ceria yang iconic, ternyata tiga remaja berambut gondrong membuat lagu
filosofis yang universal dan tak akan lekang oleh waktu. Gilanya lagi,mereka
membuat lagu ini ketika berusia remaja! Saat usia remaja, mereka sudah mampu
membuat lirik yang dalam tentang arti kehidupan. Benar-benar gila, di saat saya
masih main tazos, mereka udah nulis lagu yang dalam akan makna hidup dan
kehidupan.
Dulu
saya cuma bisa nyanyi sambil joket ketika dengerin “Mmmbop”. Sekarang hanya
bisa nostalgia sambil merenung tentang waktu dan siapa-siapa saja yang sudah
pergi maupun masih tetap hadir dalam hidup saya. Kehidupan yang fana ini memang
bisa benarbenar berubah dalam satu “Mmmbop”.
0 Comments