Di
tahun 2025 ini, akhirnya saya selesai menonton seluruh rangkaian episode dari
series The Crown. Series yang menceritakan perjalanan hidup British Royal
Family, utamanya Elizabeth Windsor alias Queen Elizabeth II dari sejak naik
tahta, kehidupan pribadi dan keluarganya, serba-serbi politik dalam dan luar
negeri Inggris, hingga kontroversi Royal Family, tersaji sejak season pertama
hingga season akhir.
Simak
tulisan saya di Mojok: Disney,
Alasan Orang Terobsesi dengan Keluarga Kerajaan Inggris meski Punya Reputasi
Berdarah
Tentu,
ini bukan dokumenter. Ini semacam fiksi, tapi merujuk pada sejarah asli, di mana
peristiwa mainstream seperti naik takhtanya Queen Elizabeth II, lahirnya Prince
Charles, Perdana Menteri Inggris yang silih berganti, pidato resmi kenegaraan,
hingga kostum yang dipakai para tokoh di dalamnya itu gak ngasal, tapi
berdasarkan kisah nyata. Cuma ya dialognya tentu saja hampir seluruhnya fiksi,
meski didasarkan pada riset mendalam juga.
Royal
Family digambarkan sangat kaku, patuh pada tradisi turun temurun yang sudah
berlangsung selama berabad-abad. Monarki berusaha releval di tengah modernisme
di mana banyak negara Eropa bentuknya sudah tidak monarki lagi, namun Inggris sebagai
“pemilik” dan “pemimpin” banyak negara persemakmuran tentu gak mau kehilangan
hal tersebut.
Di series
ini, digambarkan bahwa baik Queen Elizabeth II, Princess Margaret, hingga
Prince Charles tidak selalu bahagia meski hidup bergelimang harta. Elizabeth
kaget ketika mau gak mau harus jadi Ratu Inggris karena pamannya, King Edward
VIII turun takhta sehingga adiknya yang menggantikan dirinya menjadi raja, yang
membuat Elizabeth akan jadi penerus monarki Inggris.
Demikian
juga Princess Margaret. Sebagai “si nomor dua”, ia hidup dalam bayang-bayang
kakaknya. Mirip seperti Neiji Hyuga yang jadi kasta kedua Keluarga Hyuga di
bawah Hitana Hyuga. Mirip seperti Cristiano Ronaldo yang dianggap “si nomor dua”
di bawah Lionel Messi. Hampir mustahil Princess Margaret jadi penerus monarki
Inggris, kecuali Elizabeth meninggal sebelum punya anak, bukan?
Simak
tulisan saya di Mojok: Hanya
Atlet yang Juara yang Abadi dalam Ingatan, Lainnya Hanyalah Pesakitan
Hal
sama juga terjadi pada Prince Charles. Pewaris monarki Inggris ini kehilangan
bimbingan dari kedua orang tuanya karena kedua orang tuanya sibuk menjadi pemimpin
monarki Inggris. Meski berstatus sebagai Pangeran, hidup Charles tidak pernah
mudah karena ia sempat dibully semasa sekolah. Kisah cintanya pun tidak semanis
kelihatannya. Sejak awal, ia sangat mencintai Camilla Parker Bowles. Tapi karena
Camilla bukan keturunan bangsawan, Royal Family menolaknya dan membuat Charles
menikah dengan Diana Spencer.
Kita
sama-sama tahulah gimana kisah pernikahan Charles dan Princess Diana. Sempat
bikin booming dunia karena “Disney banget”, lalu diwarnai isu perselingkuhan
Charles dan Camilla, keretakan hubungan antara Princess Diana dan Royal Family
(terutama dengan Queen Elizabeth II), hingga kematian Princess Diana yang
kontroversi dan punya banyak teori konspirasinya.
Tapi
ya, sesuai judulnya, hampir seluruh series ini mengambil sudut pandang
Elizabeth II. Meski ada juga sudut pandang orang ketiga di mana fokus cerita
menceritakan kehidupan Charles, Diana, maupun orang lain tapi tetap aja
fokusnya pada Elizabeth.
Sayangnya,
season 6, atau season terakhir The Crown ini bagi saya anti klimaks. Beberapa
episode awal memang ramai karena menceritakan kematian Princess Diana dan Dodi
al-Fayed. Tapi endingnya? Asa kurang euy!
Puncak
film ini hanya “selesai” pada pernikahan Charless dan Camilla doang. Pernikahan
Princess William dan Kate Middleton gak diceritakan. Wafatnya Prince Philip
juga gak diceritakan. Demikian juga akhir hidup Queen Elizabeth itu sendiri pun
gak diceritakan. Padahal, tiga peristwa tersebut bisa dikemas dalam satu season
lagi.
Tentu,
ada sejumlah alasan logis kenapa tiga peristiwa tersebut gak dipaksain masuk storyline
seperti rangkaian peristiwanya belum tercatat secara sempurna maupun Queen
Elizabeth II itu sendiri yang wafat pada tahun 2022. Kalau misalnya Queen
Elizabeth II masih hidup saat saya menulis review ini, bisa jadi masih
dilanjutkan.
Anyway,
buat saya The Crown ini sudah cukup bagus sih dari season pertama. Naskahnya
rapi karena setiap akhir episode saya selalu membandingkan dengan peristiwa
nyatanya itu gimana, seperti saat series ini menceritakan bagaimana Inggris
saat dipimpin Winston Churchill dan Margaret Thatcher, pertemuan antara Queen
Elizabeth II dan Jackie Kennedy, hingga lika-liku kehidupan Prince Charles dan
Princess Diana. Kostum, lokasi, hingga pidato yang ada di dalamnya sudah
mendekati akurat meski ditambahi bumbu-bumbu drama.
Terakhir,
buat yang belum tahu, banyak sisi kelam British Royal Family yang pastinya gak
ditampilkan karena ini diambil dari sudut pandang Queen Elizabeth II, yang
padahal beliau itu tangannya banyak berlumur darah.
0 Comments