Sejak
kecil, saya memiliki banyak perbedaan pendapat dengan kedua orang tua saya. Hal
tersebut nampaknya lumrah terjadi dimana-mana, termasuk pada golongan anak
paling alim sekalipun. Saya bahkan sempat berpikiran, “Kayaknya kalau saya
terlahir yatim piatu, kayaknya bakalan lebih sukses deh?” saking capeknya
ribut terus dengan kedua orang tua saya.
Saya
berpikiran begitu karena sejumlah tokoh fiksi seperti Naruto, Harry Potter,
hingga Peter Parker semuanya gak punya orang tua. Makanya mereka bisa tumbuh
jadi kuat dan akhirnya berhasil jadi pahlawan yang menyelamatkan dunia. Bahkan,
junjungan kita semua, Nabi Muhammad saja ditinggal wafat orang tuanya saat
masih anak-anak, makanya beliau tumbuh menjadi manusia paling sempurna di dunia
ini.
Tapi
itu pikiran saya dua puluh tahun yang lalu. Ketika Ayah saya wafat hampir tiga
tahun yang lalu, saya akhirnya sadar, gak punya orang tua itu gak enak sama
sekali. Merasakan yang namanya gak punya orang tua itu gak seindah ketika kita
menonton Naruto, Harry Potter dan juga Spider-Man. Ada 4 hal yang saya rasakan
ketika ditinggal meninggal orang tua. Inilah 4 hal tersebut.
#1
Cari uang itu susah!
Sontak,
hal pertama yang saya rasakan saat Ayah saya wafat adalah, cari uang itu susah!
Pasalnya, satu detik setelah Ayah saya menghembuskan nafas terakhirnya di dunia
ini, saya harus membayar sejumlah tagihan yang sebelumnya tak pernah saya bayar
menggunakan uang saya sendiri seperti tagihan listrik, tagihan PDAM, tagihan
BPJS, pajak kendaraan bermotor, hingga Pajak Bumi dan Bangunan. Saat Ayah saya
masih hidup, semua tagihan tersebut dibayarkan oleh Ayah saya sebagai kepala
keluarga.
Memang,
saat Ayah saya wafat, saya sudah lulus kuliah dan bekerja di salah satu rumah
sakit swasta di Kota Bandung. Sebagai anak tunggal, saya juga beruntung tidak
memiliki tanggungan seperti teman-teman saya yang lain seperti adik-adik yang
masih bersekolah. Saya juga tidak diharuskan membayar hutang milik Almarhum
Ayah saya karena ia tidak memiliki hutang apapun yang harus dibayarkan. Namun
tetap saja, saya mengalami semacam ‘culture shock’ karena nominal gaji saya
yang tidak seberapa itu harus membayarkan seluruh tagihan di atas dengan
nominal yang tidak sedikit.
Sebulan
setelah ayah saya wafat, tiba-tiba pandemi Covid-19 menyerang dunia. Saya pun
termasuk ke dalam salah satu dari jutaan orang yang kehilangan pekerjaan akibat
pandemi tersebut. Hingga tulisan ini saya tulis, saya masih belum memiliki
pekerjaan tetap sama sekali dan saya masih kerja serabutan hanya untuk bertahan
hidup.
Saya
akhirnya paham bagaimana susahnya cari uang ketika Ayah saya sudah wafat karena
sewaktu ia masih hidup, ia gak pernah menceritakan bagaimana susahnya cari uang
pada saya.
Baca
tulisan saya yang lain: Karangan
Bunga Saat Meninggal: Simbol Status Sosial Seseorang
#2 Tahu
siapa teman sejatimu
Ali
bin Abu Thalib pernah berkata, “Jumlah teman yang kamu miliki banyak ketika
kamu menghitungnya, akan tetapi itu akan menjadi sedikit ketika kamu sedang
dalam masa sulit”
Kutipan
dari Ali bin Abu Thalib tersebut benar-benar relate dengan apa yang saya
rasakan ketika Ayah saya meninggal dunia. Pasalnya, ketika masih sekolah atau
kuliah, saya punya lusinan teman yang bisa saya ajak untuk sekadar nongkrong
hingga liburan ke luar kota. Tapi ketika Ayah saya meninggal dunia, hanya
sedikit sekali teman saya yang menolong saya. Banyak diantara mereka yang
bahkan hanya mengucapkan ucapan turut berduka cita secara copy paste di
WhatsApp saya.
Baca tulisan saya di Mojok: Apa
Susahnya Beri Ucapan Duka Cita Tanpa Copy Paste Ucapan Orang Lain?
Akhirnya
saya sadar, siapa teman sejati saya. Mereka-mereka yang mengulurkan tangannya
ketika saya sedang kesusahan adalah teman-teman sejati saya. Kepada mereka
semua, saya hanya bisa mengucapkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Mudah-mudahan suatu saat saya bisa membalas kebaikan mereka semua dengan
pantas.
Saya
pun tidak menyalahkan mereka yang tidak mengulurkan bantuannya pada saya ketika
saya susah karena manusia tidak mungkin bisa berteman dengan banyak orang dalam
satu waktu. Saya pun pastinya pernah melakukan hal yang sama karena setiap
orang punya prioritasnya masing-masing, dan setiap orang punya pilihan ingin
berteman dengan siapapun yang ia kehendaki.
#3 Terjadi
perubahan besar pada hidupmu
Hal
terakhir yang dirasakan oleh orang yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya
adalah terjadinya perubahan besar pada hidupmu. Perubahan seperti apa? Setiap
orang tentunya punya reaksi yang berbeda-beda ketika ditinggal meninggal orang
tua. Ada yang terus-terusan menangis terutama pada awal-awal ditinggal orang
tua, ada yang mengurung diri di dalam kamar, hingga ada yang tidak fokus
bekerja saat berada di kantor.
Kalau
saya gimana? Setibanya di rumah setelah pemakaman Ayah saya, saya pergi latihan
ke gym karena saya merasa gabut. Sepulangnya di rumah, gak ada yang sadar saya
pergi selama dua jam ke gym saking banyaknya orang yang bertakziah ke rumah. Bgst!
~wqwqwqwq
Banyak
orang yang bilang bahwa saya bukanlah anak yang berbakti pada orang tua karena
alih-alih menangis atau diam di rumah sepulang dari pemakaman, saya malah pergi
latihan ke gym. Ya emangnya mau gimana lagi? Apa yang mau disedihi? Lagian
semasa hidupnya juga saya gak dekat-dekat amat dengan Ayah saya sendiri.
Hahahaha!
Hingga
tahun ketiga Ayah saya meninggal dunia, saya merasa hidup saya benar-benar
berubah 180 derajat dibandingkan ketika Ayah saya masih hidup. Mulai dari
menyalahkan Ayah saya yang semasa hidupnya gak punya tingkat literasi keuangan
yang mumpuni sehingga bikin susah istri dan anaknya, hingga sifat tempramental
saya yang sering meledak-ledak seiring berjalannya waktu sampai saya yang sadar
diri dengan mencari pertolongan dari profesional di bidangnya seperti psikolog.
Pokoknya, setelah ditinggal meninggal orang tua, pasti terjadi perubahan besar
pada hidup seseorang yang berbeda-beda pada setiap individu.
Itulah tiga hal yang saya rasakan ketika ditinggal meninggal orang tua yang mungkin juga dirasakan oleh seluruh orang yang pernah merasakan apa yang saya rasakan ketika ditinggal meninggal orang tua. Nah, kalau kamu (yang pernah ditinggal meninggal orang tua), apa sih yang kamu rasakan? Coba ceritakan di bawah.
0 Comments