IMDb: 7,7/10 | Rating
Saya: 10/10
Rated: R | Genre: Action, Comedy,
Fantasy
Directed by Stephen Chow
Screenplay by Stephen Chow, Huo Xin, Chan Man-keung, Tsang
Kan-cheung
Story by Stephen Chow
Produced by Stephen Chow, Po-Chu Chui, Jeffrey Lau,
James Wang
Starring Stephen Chow, Danny Chan, Yuen Wah, Yuen
Qiu, Eva Huang, Leung Siu-lung
Cinematography Poon Hang-sang
Edited by Angie Lam
Music by Raymond Wong
Production companies Columbia Pictures Film Production Asia,
Star Overseas, Beijing Film Studio, Taihe Film Investment, China Film Group, Huayi
Brothers
Distributed by Huayi Brothers (China), Columbia
TriStar Film Distributors International (International)
Release date 14 September 2004 (TIFF), 23 December
2004 (Hong Kong)
Running time 98 minutes | Country Hongkong,
China
Language Cantonese, Mandarin | Budget $20 million | Box
Office $104,9 million
Siapa yang gak kenal dengan film
legendaris Kungfu Hustle? Di tahun 2000an, film ini sering diputar di televisi
swasta Indonesia pada malam tahun baru. Gak cuma itu, film ini pun banyak
ditonton orang lewat VCD atau DVD yang mereka sewa atau beli sebagai comfort
show untuk melepas penat. Nah, simak ulasan saya berikut ini.
Baca tulisan saya tentang Comfort Show
di Mojok berikut ini: Comfort
Show: Alasan Kita Nontonin Tontonan yang Sama Berulang Kali
STORYLINE
Geng Kapak |
Kungfu Hustle adalah film keluaran
tahun 2004 buatan Hongkong dan China yang disutradarai, diproduseri, bahkan
dibintangi oleh Stephen Chow. Seting film ini ada pada tahun 1940an di
Shanghai, dimana saat itu terdapat sebuah geng bernama Geng Kapak. Geng Kapak
ini bisa dibilang sebagai geng paling ditakuti seantero China saat itu karena
ia sangat sadis dalam menjalankan aksi kejahatannya. Selain itu, Geng Kapak ini
punya banyak bekingan pengusaha, politisi, hingga aparat kepolisian. Geng Kapak
ini adalah versi China dari mafia Italia yang sering kita tonton pada film-film
mafia Italia seperti The Godfather (1972), Goodfellas (1990), hingga Donnie Brasco
(1997).
Sing dan Bone |
Sementara itu, dua orang pemuda bernama
Sing (diperankan Stephen Chow) dan Bone (Tze-Chung Lam), bercita-cita masuk
Geng Kapak. Tapi mereka gak punya koneksi untuk masuk. Lagian, gimana mau masuk
Geng Kapak? Berkelahi aja mereka gak pernah! Mereka cuma pengangguran gak jelas
yang suka pura-pura jadi anggota Geng Kapak biar bisa disegani masyarakat. Sing
juga kepingin jadi anggota Geng Kapak karena ia merasa di dunia nyata penjahat
selalu menang, beda dengan di film-film.
Suatu ketika, Sing dan Bone tidak
sengaja bikin keributan di Gang Babi, sebuah rumah susun kumuh tempat
orang-orang miskin bermukim sehingga Geng Kapak yang asli ngamuk. Gak tahunya,
ada tiga ahli kungfu di rumah susun tersebut. Sebut saja Tailor (diperankan Chiu
Chi-ling), Donut (diperankan Dong Zhihua) dan Coolie (diperankan Xing Yu).
Anyway, Tailor, Donut dan Coolie ini
tidak terlihat sebagai ahli kungfu karena Tailor adalah seorang bapak-bapak
penjahit yang sangat feminim, Donut adalah seorang tukang roti, dan Coolie
adalah seorang kuli angkut.
Akibat keributan yang dibuat oleh
mereka bertiga, pasangan suami istri induk semang mereka, (diperankan Yuen Qiu
dan Yuen Wah) mengusir mereka berdua dari rumah susun tersebut. Ah iya, mereka
ini tipikal induk semang galak tapi siap pasang badan ketika ada masalah di
rumah susun milik mereka. Kocak memang!
Induk Semang yang galak! |
Sama seperti Tailor, Donut dan Coolie, pasangan
suami istri induk semang ini pun ternyata merupakan sepasang suami istri ahli
kungfu. Hanya saja, mereka ini humble banget, tidak pernah pamer bahwa mereka ahli
kungfu kecuali ketika kemampuan kungfu mereka benar-benar diperlukan. Suami
istri induk semang ini sebetulnya sanggup menghancurkan Geng Kapak seorang
diri, tapi mereka memilih jalan perdamaian terutama setelah menyaksikan anak
semata wayang mereka wafat. They’re true martial artist!
Tentu, kelanjutan ceritanya pasti sudah
kalian ketahui. Film ini hampir selalu ditayangkan stasiun televisi swasta
Indonesia pada momen pergantian tahun maupun momen hari besar seperti Idul
Fitri, Idul Adha, maupun liburan sekolah.
REVIEW
Saya ingat betul, di tahun 2004, film
ini booming banget! Orang-orang tertarik untuk nonton film ini karena di
zamannya, film ini menampilkan koreografi kungfu yang sangat maju untuk
zamannya. Bahkan hampir 20 tahun setelah perilisan film ini, film ini tak
pernah bosan untuk saya tonton. Film ini sangat sempurna, menampilkan berbagai
unsur sekaligus seperti unsur drama, unsur komedi, unsur science fiction, unsur
cinta, hingga tentu saja, unsur kungfu. Tak banyak film yang bisa seperti itu.
Sing dan Fong |
Kalau menurut saya sendiri, unsur
paling indah dalam film ini tentu saja kisah cinta antara Sing dan seorang
gadis tuna wicara penjual es krim bernama Fong (diperankan Eva Huang). Sewaktu
anak-anak, Fong pernah diselamatkan oleh Sing ketika sekelompok anak nakal
merundungnya karena ia tuna wicara. Kerennya sih, Fong ini masih menyimpan
permen yang berusaha ia berikan pada Sing saat Sing berusaha menyelamatkannya.
Sama seperti Severus Snape yang masih menyimpan rasa cintanya pada Lily Evans.
Sejak pertama kali menontonnya di tahun
2004 hingga tahun 2023, saya menilai bahwa kisah mereka berdua semacam memiliki
kekuatan rahasia yang dapat membuat kita seolah-olah terbang ke dunia lain.
Seolah-olah saya adalah Fong dan Sing, teman sepermainan saat kanak-kanak yang
akhirnya bisa bersatu ketika dewasa menjadi sepasang kekasih. Tak banyak kan
teman sepermainan yang kelak bisa bersatu ketika sudah dewasa?
Stephen Chow pun tidak mengeksploitasi
kisah Sing dan Fong dengan radikal. Di akhir film, Sing dan Fong tidak
digambarkan jadi sepasang kekasih seperti yang saya tuliskan di atas. Mereka
digambarkan berteman selayaknya pertemanan yang dilakukan oleh anak kecil,
yakni pertemanan yang sangat tulus, tidak seperti pertemanan antara dua orang
dewasa yang tentu saja dipengaruhi berbagai faktor seperti kesamaan frekuensi,
kesamaan nasib, bahkan simbiosis mutualisme yang rumit.
Gak banyak juga kan orang yang sanggup
jadi sutradara, produser, sekaligus jadi pemeran utamanya sekaligus seperti Stephen
Chow. Ada sih, tapi gak sesukses Kungfu Hustle tentunya. Kalaupun bisa sukses
sebagai sutradara, produser, sekaligus pemeran utama, biasanya pada film yang
berbeda. Misalnya saat muda sukses jadi pemeran utama, ketika sudah agak tua,
baru sukses jadi sutradara atau produser.
Shanghai tahun 1940an |
Selain itu saya suka unsur klasik film
ini yang menggabungkan unsur modern ala Barat, unsur-unsur China dalam film ini
macam pertokoan China lengkap dengan kanji-kanjinya yang rumit serta
kesenjangan sosial antara rumah susun tersebut dengan kota besar yang
ditampilkan pada film ini. Pada tahun 1940an kan China belum semaju sekarang
dengan segala serba-serbinya. Apalagi, untuk saya yang lahir di tahun 90an yang
sering nonton film-film drama atau kungfu yang berasal entah dari China atau
Hongkong macam film-film Jackie Chan, Andy Lau dan Jet Li, yang menambah kesan
nostalgia seolah-olah saya pernah hidup dan tinggal di daratan China dengan
segala serba-serbinya.
Baca tulisan saya tentang Anemoia di
Mojok berikut ini: Anemoia:
Alasan Kita Merasa Nostalgia saat Bersentuhan dengan Hal-hal Jadul
Bahkan di tahun 2023 pun, saya menilai
belum ada film yang bisa menyamai kesuksesan Kungfu Hustle. OK, untuk unsur
audio visual atua koreografi baku hantam kungfu, jelas ada puluhan film yang
melampauinya. Tapi dari sisi jalan cerita, drama, musik, hingga iconicnya? Saya
pikir belum ada.
Anyway, cantik banget sumpah ini Fong alias Eva Huang di film ini!di tahun 2023 pun, saya menilai belum ada film yang bisa menyamai kesuksesan Kungfu Hustle. OK, untuk unsur audio visual atua koreografi baku hantam kungfu, jelas ada puluhan film yang melampauinya. Tapi dari sisi jalan cerita, drama, musik, hingga iconicnya? Saya pikir belum ada.
0 Comments