IMDb: 8/10 | Rating Saya: 8/10

Rated: PG-13 | Genre: Action, Adventure, Fantasy

Directed by Andy Muschietti

Screenplay by Christina Hodson

Story by John Francis Daley, Jonathan Goldstein, Joby Harold

Based on Characters by DC

Produced by Barbara Muschietti, Michael Disco         

Starring Ezra Miller, Sasha Calle, Michael Shannon, Ron Livingston, Maribel VerdĂș, Kiersey Clemons, Antje Traue, Michael Keaton

Cinematography Henry Braham

Edited by Jason Ballantine, Paul Machliss       

Music by Benjamin Wallfisch

Production companies Warner Bros. Pictures, DC Studios, Double Dream, The Disco Factory  

Distributed by Warner Bros. Pictures

Release date 12 June 2023 (Grauman's Chinese Theatre), 16 June 2023 (United States)

Running time 144 minutes | Country United States

Language English | Budget $200-220 million

 

Setelah penantian sekian lama, akhirnya saya bisa nonton The Flash (2023) secara langsung di bioskop. Saya sengaja bela-belain nonton The Flash di hari kedua penayangannya supaya gak kena spoiler. Meski adaptasi film-film DC tidak sebagus film-film Marvel, saya tetap setia dengan DC. Simak ulasan saya berikut ini.

 

STORYLINE

The Flash adalah film keluaran tahun 2023 buatan Amerika Serikat. The Flash berseting setelah Zack Snyder’s Justice League (2021). Film ini diawali dengan Batman/Bruce Wayne (Ben Affleck) yang minta bantuan Barry Allen/The Flash (Ezra Miller) lewat perantara Alfred Pennyworth (Jeremy Irons) untuk nolongin dirinya yang lagi sibuk ngejar anak buah Falcone di Gotham City. Singkat cerita, Flash sukses bantuin Batman, dan sempat muncul juga Diana Prince/Wonderwoman (Gal Gadot) di akhir misi tersebut.

Di film ini, Barry masih punya luka masa lalu karena ia menyaksikan Nora Allen (Maribel VerdĂș) tewas saat ia masih kanak-kanak dan ayahnya, Henry Allen (Ron Livingston) mendekam di balik jeruji besi karena ia dituduh sebagai pelaku pembunuhan istrinya karena gak ada bukti dan saksi mata yang bisa membuat Henry bisa mengelak.

Barry yang sadar bahwa dengan speed force miliknya ia bisa kembali ke masa lalu, bertekad mengubah takdirnya supaya ibunya tetap hidup dan ayahnya tidak dipenjara. Sama seperti storyline film animasi The Flashpoint Paradox (2013). Barry pun kembali ke masa lalu dan berhasil mengubah realita. Ibunya tetap hidup dan ayahnya tak berakhir di balik jeruji besi.

Tapi Barry telah mengubah realita yang ada karena di realita yang baru, Wonderwoman, Cyborg, Aquaman dan Superman tak pernah/belum lahir. Barry juga harus menjelaskan segala sesuatunya tentang dirinya dan kekuatannya kepada Barry di realita yang baru. Repot banget pokoknya!

Supergirl dan Flash

Gak berhenti sampai di situ, Barry mendapati bahwa General Zod (Michael Shannon) baru saja mendarat di Bumi dan menginginkan Kryptonian lainnya yang ada di Bumi untuk diserahkan padanya. Kryptonian tersebut bukanlah Kal-El, tapi sepupunya, Kara-El/Supergirl (Sasha Calle). Batman pun turut membantu dua Barry Allen dalam membebaskan Kara-El yang ditahan pemerintah Soviet. Batman juga membantu Flash dan Supergirl dalam membasmi General Zod.

Baiklah, untuk storyline cukup sampai disitu saja ya! Kalian tonton sendiri!

 

REVIEW

Kesan pertama saya, premis ceritanya kayak Flashpoint Paradox (2013) dengan sedikit modifikasi. Konsep multiverse DC agak beda dengan Marvel, udah cukup dijelasin Bruce Wayne (Michael Keaton) di tengah-tengah cerita. Adegan pembukanya lumayanlah, nyebut-nyebut Falcone, menampilkan Batman, Alfred dan Wonderwoman. Meski ya Wonderwoman gak muncul juga gak jadi soal bagi saya.

Sasha Calle sebagai Supergirl

Akting Sasha Calle sebagai Supergirl/Kara-El juga bagus! Sejak awal, banyak yang ragu dengan sosok Sasha Calle ketika ia diumumkan akan berperan sebagai Supergirl/Kara-El. Tapi ia membuktikan bahwa ia memang pantas atas peran tersebut. Adegan baku hantamnya melawan General Zod cukup bagus. Emosinya saat tahu bahwa Kal-El dibunuh General Zod pun pecah banget! Persis seperti Superman (Henry Cavill) yang teriak histeris saat ia berhasil membunuh General Zod di film Man of Steel (2013).

Nostalgia Michael Keaton juga udah cukup bagus. Michael Keaton membuktikan bahwa ia masih pantas berperan sebagai Batman/Superman di usianya yang tidak muda lagi. Musik tema Batman 90an pun ditampilkan di sini, lengkap dengan Batmobile dan Batplane versi 90an tapi dengan grafis kontemporer yang lebih canggih dibandingkan tahun 90an dulu.

Baca tulisan saya di Mojok berikut ini: 3 Alasan Kita Suka Film Superhero meski Ceritanya Gitu-gitu Aja

Dibandingkan Doctor Strange in Multiverse of Madness (2022), konsep multiverse DC ini lebih mudah dicerna oleh saya sebagai penggemar DC karena konsep time travel The Flash sudah umum digunakan dalam film-film animasi DC jauh sebelum lahirnya Marvel Cinematic Universe. Seperti dalam series Smallville maupun series The Flash.

Hanya saja, film The Flash ini punya banyak kekurangan, terutama di endingnya. Se perti yang kita tahu, tata kelola film superhero DC tidak serapi tata kelola film superhero Marvel. Padahal, Warner Bros. punya semua lisensi superhero dan segala tetek bengeknya.

Ada terlalu banyak Batman, Superman, dan Flash dalam 40 tahun terakhir ini. Batman sendiri ada versi Michael Keaton, Val Kilmer, George Clooney, Christian Bale, Ben Affleck, hingga Robert Pattinson. Superman sendiri ada versi Christopher Reeves, Tom Welling, Brandon Routh, Henry Cavill, hingga Tyler Hoechlin. Sedangkan untuk Flash, ada versi Grant Gustin dan Ezra Miller.

Baca tulisan saya di Mojok berikut ini: Superhero Fatigue: Ketika Film Superhero Mulai Bikin Enek

Ada banyak tangan dalam pembuatan superhero DC sehingga DC jauh tertinggal dibandingkan Marvel. Proyek film DC yang dimulai dari film Man of Steel (2013) tidak sesuai harapan karena banyak intervensi dari para petinggi Warner Bros. Puncaknya ya film Justice League (2017) terpaksa diganti dengan versi terbaru, yakni Zack Snyder’s Justice League (2021) karena Zack Synder “ditendang” di tengah-tengah proyek setelah putrinya wafat. Hal ini berujung pada mundurnya Henry Cavill dan Ben Affleck yang bikin DC repot sendiri. Kemunculan The Rock alias Dwayne Johnson di film Black Adam (2022) pun gagal, padahal kemunculan The Rock diharapkan bisa memperbaiki semesta DC yang hancur.