IMDb: 6,3/10 | Rating
Saya: 7/10
Rated: R | Genre: Comedy, Drama
Directed by Toshio Lee
Written by K. Kajunsky, Ichida, Fumi Tsubota
Produced by Jeremy Dawson, Ari Handel, Darren
Aronofsky
Starring Brendan Fraser, Sadie Sink, Hong Chau, Ty
Simpkins, Samantha Morton
Cinematography Yoshiyuki Matsumoto, Hideki Shima
Edited by Yûichi Iwakiri
Music by Ren Adachi
Distributed by Kadokawa Pictures
Release date 8 June 2018 (Japan)
Running time 115 minutes | Country Japan
Language Japanese
Wanita tersebut adalah Chie Kagami (Nana
Eikura), istri kedua dari Jun Kagami (Ken Yasuda) yang telah bercerai sebelum
bertemu Chie. Setiap hari, Chie cosplay jadi mayat yang berbeda-beda ketika
suaminya pulang. Pokoknya lucu banget deh! Chie juga gak ngasih tahu alasan
kenapa ia melakukan itu pada suaminya hingga suaminya pun sudah tahu bahwa
istrinya cuma pura-pura mati dan geleng-geleng kepala karena setiap hari, Chie
jadi mayat yang berbeda.
Sebagai seorang salaryman Jepang, Jun
curhat ke rekan kerjanya yang bernama Sano (Ryôhei Ohtani) karena meski Sano
lebih muda beberapa tahun, ia sudah menikah dengan istrinya, Yumiko (Sumika
Nono) selama lima tahun. Jadi pengalaman Sano lebih banyak dari Jun karena Jun
baru menikah dengan Chie selama tiga tahun. Dari pernikahan sebelumnya pun Jun
baru menikah selama tiga tahun.
Seperti film Jepang pada umumnya, film
ini alurnya sangat lambat. Berbeda dengan film Hollywood yang biasanya alurnya
jauh lebih cepat. Film ini pun masih sama seperti dengan film Jepang lainnya,
minim suara BGM atau OST. Bagi yang belum terbiasa nonton film Jepang, pasti
akan merasa bosan. Film Jepang ya, bukan anime!
Meski alurnya lambat serta minim BGM
dan OST, bukan berarti film ini tidak menarik. Sebab, selain dibikin
geleng-geleng kepala dengan kelakuan Chie yang childish tapi kocak, film ini menunjukkan
sejumlah sudut perkotaan Jepang yang bikin saya kepingin tinggal di sana. Ah,
if only.
Jangan harap prank-pranknya bakal “seberutal”
film Amerika macam American Pie atau film Korea kayak Sex is Zero ya! Karena
film Jepang karakternya tidak seperti itu.
Film ini pun menunjukkan sisi family
man Jepang yang berbeda banget dengan fakta di lapangan yang sering saya baca
di media online bahwa orang suami Jepang itu kaku banget dan selalu serius, di
sini Jun dan Chie tergolong sangat baik sekali hubungannya. Tak ada pertengkaran
bentak-bentakan sama sekali. Demikian juga Sano dan Yumiko. Pertengkarannya pun
gak ada bentak-bentakan teriak satu sama lain sama sekali.
Jun dan Sano pun bukanlah tipe salaryman
Jepang yang kerap kali main perempuan seperti yang biasa ditemui di Jepang.
Paling banter mereka cuma makan di restoran sepulang kerja sambil sedikit
mabuk-mabukan. Meski mabuk-mabukan, Jun malah minta dijemput istrinya pakai
mobil. Untung Chie adalah tipikal istri yang baik hati, sama seperti Jun.
Chie dan Jun
Anyhow, saya cukup puas menonton film
ini karena selain bisa melihat serba-serbi prank yang dilakukan Chie pada Jun, mata
saya dibuat puas dengan pemandangan kota di Jepang yang sangat bersih, astri,
dan indah. Film ini pun memperlihatkan betapa sopannya masyarakat Jepang satu
sama lain. Mulai dari anak muda ke orang yang lebih tua, hingga orang tua pada
orang yang lebih muda. Jadi pingin bikin saya ingin ke Jepang, setidaknya
sekali seumur hidup.
Baca tulisan saya yang lain: 4
Hal yang Menginspirasi Saya Belajar Karate
Terakhir, film ini pun memperkenalkan
saya untuk mengenal sosok sastrawan Jepang legendaris bernama Natsume Sōseki
yang pertama kali namanya saya dengar dalam manga Detektif Conan Volume 19.
Kutipan dari Natsume Sōseki ini sangatlah indah dan menjadi latar belakang
kenapa Chie melakukan prank pada Jun.
0 Comments