Dahulu,
saya tak pernah menganggap serius koleksi seseorang. Orang yang gemar mengoleksi mainan, boneka,
mobil-mobilan, action figure, atau sejenisnya saya anggap sebagai angin lalu. Bahkan
untuk koleksi-koleksi yang harganya fantastis, seperti action figure superhero
Marvel/DC, maupun robot Gundam, saya menganggapnya sebagai sebuah kemubaziran
karena saya masih dalam kategori “kaum mendang-mending”, sampai suatu ketika,
saya menjadi salah satu di antara orang yang gemar mengkoleksi aneka mainan,
boneka, mobil-mobilan, action figure maupun sejenisnya.
It
began about 25 years ago
Saya
cukup beruntung terlahir sebagai kelas menengah Indonesia, sehingga, sejak kanak-kanak,
saya tidak asing dengan sejumlah mainan seperti mainan Power Rangers, superhero
Marvel/DC, maupun Tamiya. Dahulu, saya hanya memainkannya sebagai bentuk
aktivitas anak-anak pada umumnya. Ketika dewasa, semua hal itu berubah 180
derajat.
Ketika
beres-beres rumah, saya menemukan salah satu mug Mighty Morphin Power Rangers
berwarna merah. Mug tersebut saya dapatkan sebagai salah satu merchandise dari
Texas Chicken, salah satu waralaba fast food Indonesia yang populer di tahun
90an. Dari situ, saya langsung ngubek-ngubek lantai dua rumah saya, dan saya
menemukan sejumlah mainan-mainan ini.
Baca
tulisan saya: Jason
David Frank, My Childhood Hero
Dua
set Tamiya, Magnum Saber dan Sonic Saber yang saya beli pada awal tahun 2000an
di Vega Ranggamalela Bandung, beberapa bagian Megazord pada Mighty Morphin
Power Rangers The Movie yang saya beli tahun 2000an awal di salah satu pusat
perbelanjaan Kota Bandung, action figure original Star Wars, Darth Vader, yang
sudah berada di rumah saya pada akhir tahun 90an, hingga sejumlah mainan yang
saya beli bersamaan dengan paket-paket mainan dari McDonald’s di tahun 90an
maupun tahun 2000an.
Memasuki
usia kepala tiga, saya jadi sadar betapa pentingnya mainan tersebut. Bukan saja
krena mainan tersebut telah mengisi masa kanak-kanak saya, namun saya merasa,
saya merasa sangat rileks hanya dengan melihatnya saja. Saya juga melihat, ada
banyak orang dewasa yang jauh lebih tua dari saya, memajang berbagai
pernak-pernik superhero Marvel/DC, Star Wars, maupun anime di ruang kerjanya agar
dapat nyaman berada di ruang kerja. Termasuk Gundam yang ada di kantor tempat
saya bekerja. Ada rasa puas di dalam hati ketika kita memiliki barang-barang
tersebut.
Apalagi,
ketika dewasa kita punya lebih banyak kesempatan untuk mengeloksi hal-hal
tersebut karena banyak dari kita sudah memiliki penghasilan sendiri, bukan?
Berbeda ketika kita masih kanak-kanak di mana, tidak semua orang tua mampu
untuk membelikan mainan-mainan tersebut pada anak-anaknya.
Mengoleksi
Perintilan Power Rangers
Demikian
juga saya. Saya ngubek-ngubek berbagai e-commerce Tokopedia dan akhirnya saya
berhasil mengkoleksi seluruh mug Mighty Morphin Power Rangers tahun 90an dari
Texas Chicken dengan harga yang variatif mulai dari 45.000an, hingga 200.000an saja.
Semuanya rela saya gelontorkan untuk melengkapi koleksi saya tersebut.
Saya
pun berselancar di internet, dan menemukan banyak orang di seluruh penjuru
dunia yang mengkoleksi berbagai perintilan Power Rangers. Saya pun
menyimpulkan, mengkoleksi berbagai perintilan Power Rangers ini gampang, asal
ada uangnya, karena ada banyak seller di Tokopedia maupun e-commerce lain yang
menjual perintilan tersebut. Mulai dari perintilan secondhand hingga perintilan
baru keluaran dari Bandai.
Coba
lihat contoh foto yang saya ambil dari internet di atas. Seperti itulah
kira-kira impian saya, memiliki berbagai perintilan Power Rangers seperti itu
untuk dipajang di rumah agar sel-sel di dalam tubuh saya ini merasa puas dan
bahagia. Selain perintilan Power Rangers, saya juga ingin mengkoleksi banyak
hal juga sih, mulai dari Gundam, Tamiya, action figure superhero Marvel/DC,
action figure tokoh anime/manga, maupun produk pop culture lainnya.
Tak
mau bernasib seperti mainan-mainan Andy
Saya
tahu, di dunia nyata, mainan itu tidaklah hidup seperti yang digambarkan dalam
franchise Toy Story. Tapi, saya tak mau mainan yang saya miliki bernasib
seperti mainan-mainan Andy. Tersimpan begitu saja di dalam gudang dan terlupakan.
Saya ingin mainan-mainan saya masih tertata rapi meski saat ini saya tidak
memainkannya seperti saat saya berusia lima tahun.
Baca
tulisan saya: Betapa
Beratnya Menonton Toy Story Ketika Berusia 30 Tahun
Saya
tahu, di dunia yang serba tak pasti, cepat atau lambat mainan tersebut bisa
saja tersingkir, seperti tidak sengaja hilang ketika saya pindah rumah, dicuri
orang, maupun jatuh. Namun tetap saja, saya akan berusaha menjaga mereka mulai
sekarang supaya mereka tidak bernasib seperti mainan-mainan Andy.
0 Comments