“Gokil
banget ini film! Gak nyangka bakal kayak gini. Disturbing, but yet very good!",
kira-kira itulah kalimat yang bisa saya ucapkan untuk film ini.
Rachel Vennya as Sue from The Substance
Pertama
kali saya tahu tentang film berjudul The Substance adalah ketika melihat foto Rachel
Vennya yang berpose layaknya Sue dari film The Substance. Kali kedua adalah
saat film ini dimention Deddy Corbuzier dalam salah satu podcast (lupa
persisnya yang mana), di mana dia bercerita bahwa anaknya, Azka Corbuzier kabur
di tengah-tengah film saking gak nyamannya nonton ini film.
Corbuzier
sempat menceritakan premis intinya, dan langsung membuat saya tertarik karena
premisnya sedikit mirip dengan film thriller macam Midsommar (2019)
maupun franchise Saw yang bukan merupakan film hororr yang memunculkan hantu,
tapi bikin merinding. Belum lagi ditambah Demi Moore yang bermain di film ini.
Anak 90an mana yang gak tahu Demi Moore? Karena ia sering saya lihat dalam film
Ghost (1990) yang populer di tahun 90an.
Fame
isn’t everything, but....
Sebagai
manusia biasa, saya sedikit mengerti keinginan Elisabeth Sparkle (Demi Moore)
dalam film ini. Elisabeth Sparkle di film ini diceritakan sebagai aktris papan
atas Hollywod pemenang Oscar yang sudah “dibuang” industri Hollywood karena
dianggap tua dan usang. Maka, ketika ada kesempatan untuk bisa “kembali muda”,
Elisabeth gak berpikir dua kali untuk menolaknya.
Elisabeth
pun kembali muda, cantik, kencang, dan atletis tanpa keriput. Ia pun langsung
kembali merasakan ketenaran yang pernah ia dapatkan dulu dan merasa sangat
puas. Namun ia juga merasakan kegalauan karena harus bergantian dengan tubuh
tuanya setiap tujuh hari sekali tanpa kecuali. Karena jika tidak, maka bencana
akan terjadi.
Tidak
usah saya bahas bagaimana teknisnya film ini ya, yang pasti sangat menjijikkan
bagi beberapa orang. Namun bagi saya sih fine-fine saja. Bahkan saya
menontonnya sambil makan berat. ~wqwqwq
Oh ya,
kenapa saya bilang saya mengerti dengan apa yang dirasakan Elisabeth Sparkle?
Karena ya saya yang bukan siapa-siapa saja selalu senang ketika mendapat banyak
likes dan komentar di laman media sosial saya. Saya juga senang ketika mendapat
banyak pujian baik di media sosial maupun dunia nyata. Sejak kecil juga tentu
punya impian liar untuk bisa terkenal seperti Freddie Mercury, Kurt Cobain,
Bradd Pitt, Cristiano Ronaldo,Ir. Sukarno, John F. Kennedy, Albert Einstein dan
tokoh tersohor lainnya
Film
ini pun mengkritik standar kecantikan maupun ketampanan yang tidak masuk akal,
yang tidak bisa diraih rakyat jelata. Standar kecantikan yang selama lebih dari
lima dekade ditampilkan Hollywood di mana baik pria maupun wanita harus punya
kulit wajah mulus tanpa jerawat, harus punya tubuh atletis yang tak harus
sampai seperti Mr. Olympia, tapi minimal tanpa lemak berlebih di bagian perut, berpenampilan
modis serta wangi.
Standar
kecantikan tersebut saya nilai tidak realistis karena sulit bagi rakyat jelata
punya standar kecantikan seperti para pesohor Hollywood. Skincare mereka jelas
mahal. Perawatan kecantikan gigi yang dilakukan pun jelas tidak murah. Tubuh
atletis pesohor Hollywood, meski tidak seatletis Mr. Olympia pun sulit diraih
rakyat jelata karena makanan bergizi mereka sangatlah mahal, dan tentu saja,
penggunaan steroid atau PEDS pun tidaklah murah. Belum lagi ditambah ragam
operasi plastik yang mereka lakukan. Bahkan kalau kamu suka baca teori
konspirasi Hollywood, banyak di antara mereka melakukan perbuatan tercela
seperti memakan darah bayi atau hal-hal tercela lainnya supaya terus tampil
awet muda.
Film
ini seperti mengingatkan bahwa ketenaran bukan segalanya karena biar
bagaimanapun, kita akan mati suatu saat nanti, yang tidak akan menunggu saat
sudah tua maupun muda. Dalam artian, ketampanan maupun kecantikan seseorang
tidak akan pernah benar-benar abadi, mau lo gym tiap hari, skincare mahal
setiap hari, makan-makanan sehat setiap hari, hingga operasi plastik di dokter
spesialis bedah plastik terbaik di dunia sekalipun. Meski begitu, efek
penuaannya masih bisa diminimalisir dengan melakukan hal di atas, tenang saja.
Selain itu, yang paling utama, ketenaran bukanlah segalanya, bahkan untuk
standar Hollywood. Sebagus apapun aktingmu dalam satu film, akan ada yang menggantikanmu
suatu saat nanti. Sebagus apapun lagu yang kamu buat, akan ada yang menggantikanmu
suatu saat nanti.
0 Comments