Karena
efisiensi budget (baca:bokek), saya baru menonton Deadpool & Wolverine
(2024) di tahun 2025. Saya gak sempat menontonnya di bioskop. Bahkan, udah
lebih dari satu tahun saya gak pernah menginjakkan kaki saya di bioskop. Film
Marvel Cinematic Universe yang terakhir saya saksikan langsung di bioskop
mungkin Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022)? Saya sendiri lupa.
Baca
tulisan saya di Mojok: 3
Alasan Kita Suka Film Superhero meski Ceritanya Gitu-gitu Aja
Baca
tulisan saya di Mojok: Superhero
Fatigue: Ketika Film Superhero Mulai Bikin Enek
Sebagai
orang yang sudah ngikutin Marvel lebih dari 20 tahun yang lalu, tentu saja saya
exited nonton film ini. Film ini tidak hanya menampilkan Ryan Reynolds sebagai
Wade Wilson (Deadpool) saja, tapi juga menampilkan Hugh Jackman sebagai Logan
(Wolverine).
Seperti
dua film pendahulunya, Deadpool yang bisa menembus dinding dimensi keempat ini
nyindir-nyindir Marvel Studios, Fox, dan Disney perkara lisensi yang bikin
mereka gak bisa bersatu sedari awal. Memang benar sih, di komiknya, mereka
semuakan ada dalam satu universe. Deadpool juga nyindir-nyindir soal terbatasnya
budget. Jadi ya harusnya Captain America: Civil War (2016) itu bukan sekadar 5
vs 5 seperti orang main futsal, tapi ya 20 vs 20. Benar-benar banyakan, bukan
dikitan!
Film
ini bikin saya bingung, karena setelah Avengers: Endgame (2019), film Marvel
yang saya tonton langsung di bioskop itu hanya Spider-Man: No Way Home (2021)
dan Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022).
Saya
juga gak ngikutin series Marvel Cinematic Universe seperti Wandavision dan
Loki, jadi saya sama sekali gak tahu TVA itu apa yang ada di film ini. Tapi ya
pada intinya, universe Deadpool ini akan dihapus kalau Deadpool gak ngikutin
apa mau TVA, makanya dia berusaha nyari Logan (Wolverine untuk menjalin kerjasama).
Saya
juga belum nonton Logan (2017) karena saat itu saya berpikir “Ngapain nonton
universe Marvel versi Fox seperti X-Men, Deadpool dan Fantastic Four? Kan gak
nyambung dengan Marvel Cinematic Universe karena perkara lisensi?”
Overall,
saya menganggap film ini masih worth it to watch. Worth it to watch, tapi
kualitas Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022), tapi masih di bawah Spider-Man:
No Way Home (2021) karena pada intinya, film ini cuma jualan Hugh Jackman
doang.
Memang,
di komiknya tuh Deadpool jarang standalone. Ia pasti muncul barengan dengan karakter
Marvel lainnya. Konsep Deadpool pun memang parodi dan menonjolkan jokes-jokes
dark, rasis dan komentar-komentar satire. Tapi ya harusnya gak gini juga. Ini
murni jualan Hugh Jackman. Murni mengeruk uang fans Marvel yang pingin lihat
aksi Hugh Jackman doang.
The
Void ini mirip seperti Phantom Zone, tempat di mana General Zod dan Superman
dipenjara dalam semesta DC. Tapi eksekusi The Void ini sama sekali gak jelas.
TVA pun sama sekali gak jelas perannya. Bahkan, peran Johnny Storm (Chris
Evans) di sini sama sekali gak jelas. Durasinya pendek banget! Entah emang
karena biar hemat budget? Atau gimana? Saya sama sekali gak ngerti.
Karakter
lain seperti Blade (Wesley Snipes), Elektra (Jennifer Garner), Gambit (Channing
Tatum), Laura (Dafne Keen), hingga Cassandra Nova (Emma Corrin) benar-benar
jadi pajangan!
Anyway,
waktu lihat Cassandra Nova di sini saya mikir, “Kayak pernah lihat? Lalu pas
lihat logat Britishnya, saya sadar bahwa ini tuh Emma Corrin yang juga berperan
sebagai Princess Diana di series The Crown!”
Intinya
sih film ini cuma jualan nostalgia buat fans lama Marvel, yang udah nonton
Marvel jauh dari sebelum munculnya Marvel Cinematic Universe tahun 2008 lewat
Ironman (2008. Yan gudah nonton dari film X-Men (2000). Kalau ngarep bakal ada
plot twist mah ya salah. Ini murni fans service buat hiburan doang. Dan ya
motivasi buat ke gym karena Hugh Jackman umur 56 tahun gini bisa bentuk badan
kayak gitu! Kesampingkan dulu penggunaan steroid dan asupan makanan super bergizi
yang ia miliki.
0 Comments