Disclaimer: Tulisan saya ini adalah opini dan pemikiran pribadi saya, tidak mewakili agama, suku, kelompok, maupun institusi tempat saya bekerja atau organisasi di mana saya pernah aktif. Tulisan ini pasti menyinggung banyak orang, jadi kalau kamu gampang tersinggung, lebih baik tidak melanjutkan membaca tulisan ini.

Hari ini saya menonton konten Bocor Alus Tempo tentang Tragedi Pemerkosaan Massal Mei 1998. Beberapa detailnya sangat disturbing untuk dibayangkan. Hanya mendengarkannya saja bikin merinding. Kok bisa ya ada orang sekejam itu? Saya hanya bisa berharap, korban dapat keadilan dan pelaku dapat dihukum seberat-beratnya.

Banyak orang yang menyalahkan pelaku, baik yang terlibat di lapangan atau otak di balik peristiwa tersebut. Banyak orang juga menyalahkan para pemimpin yang denial tentang peristiwa tersebut. Alih-alih menyalahkan sesama manusia, bagi saya, Tuhan juga patut dipersalahkan! Kenapa? Simply, Tuhan kebanakan AFK! (away from keyboard).

Saya jelaskan dulu konteksnya ya. Istilah AFK itu biasa disematkan pada seseorang yang karakternya diam saja saat bermain gim, terutama gim online. Entah orang tersebut ke toilet, makan, atau melakukan kegiatan lain, tapi karakternya standby aja gitu.

Nah, dalam konteks ini, Tuhan pun banyak AFK. Saya sendiri sangat percaya dengan keberadaan Tuhan. Gak mungkin dong dunia dengan segala isinya yang kompleks ini berdiri dengan sendirinya? Ibarat tumpukan barang di gudang bisa berevolusi sedemikian rupa secara mandiri menjadi gerbong kereta api yang panjang?

Namun entah kenapa, Tuhan Yang Maha Kuasa ini banyak diam dalam setiap peristiwa di dunia ini. Gak usah jauh-jauh pada Tragedi Pemerkosaan Massal Mei 1998. Tahun lalu, film Vina: Sebelum 7 Hari" sempat viral, bukan? Film yang diangkat dari kisah nyata ini menceritakan peristwa pembunuhan terhadap Vina dan Eki di Cirebon. Intinya, sebelum dibunuh, Vina sempat diperkosa masal sebelum dibunuh. Benar-benar dibuat menderita.

Tuhan Yang Maha Kuasa kan bisa saja menurunkan petir tepat sebelum Vina diperkosa pada para pelaku? Tapi Tuhan tidak melakukan itu. Ia diam saja alias AFK. Padahal, dalam banyak peristiwa bersejarah dalam beberapa Kitab Suci, terutama Kitab Agama Samawi, banyak peristiwa di mana Tuhan turun tangan secara langsung.

Contohnya, ketika Nabi Musa dikejar Firaun di Laut Merah, Tuhan turun tangan langsung membantu Nabi Musa dengan membuat beliau bisa membelah laut. Contoh lain, ketika Raja Abrahah akan menghancurkan Ka’bah, Tuhan juga turun tangan langsung dengan mengirim burung ababil untuk menghancurkan seluruh pasukan gajah yang dipimpin Raja Abrahah.

Nah, kenapa Tuhan gak turun tangan langsung membantu Vina seperti saat Tuhan turun tangan langsung membantu Musa atau mengirimkan burung ababil saat Ka’bah hendak dihancurkan Raja Abrahah? Kenapa Tuhan gak turun langsung membantu para korban saat Tragedi Pemerkosaan Massal Mei 1998? Kenapa?

Sejak kecil, saya didoktrin kalimat-kalimat seperti “Doa orang dizalimi itu dikabulkan Tuhan”, tapi nyatanya, orang Palestina yang selama lebih dari setengah abad dizalimi Israel tapi doanya gak dikabul-kabul!

Ketika saya mengutarakan hal ini pada teman, keluarga, maupun pemuka agama, jawabannya selalu template seperti “Emang ujiannya gitu”, “God works in mysterious way”, hingga “Tuhan lebih tahu dari kamu” sambil mengutip kutipan ayat Kitab Suci maupun hadits.

Sudah menonton film Blood Diamonds (2006) yang dibintangi Leonardo DiCaprio? Ada kutipan yang bagus dari Laonardo DiCaprio yang berperan sebagai Danny Archer. Ia bilang bahwa Tuhan telah meninggalkan Afrika karena selama berabad-abad, ratusan juta orang menderita akibat keserakahan umat manusia yang tega membunuh sesamanya demi urusan duniawi.

Bahkan, jauh sebelum manusia diciptakan, Malaikat sudah skeptis dengan penciptaan manusia karena Malaikat menduga bahwa manusia akan berbuat kerusakan di muka Bumi. Namun Tuhan dengan yakin berkata, “Gua lebih tahu dari elu” pada para Malaikat sehingga akhirnya Tuhan pun menciptakan manusia.

Nietzsche pernah berkata bahwa “Tuhan sudah mati,” sebuah pernyataan provokatif untuk menggambarkan bahwa di mata manusia modern, Tuhan tampak absen dan tak peduli. Dalam sudut pandangnya, kita hidup di dunia di mana penderitaan harus dihadapi sendirian, dan nilai-nilai harus kita buat sendiri — sebab Tuhan, seperti dalam banyak tragedi, seakan-akan hanya diam.

Saya mengamini pendapat Nietzsche. Kenapa Tuhan pilih kasih? Tuhan turun tangan langsung membantu Nabi Musa. Tuhan pun turun tangan langsung saat Raja Abrahah mau menghancurkan Ka’bah. Kenapa Ia (Tuhan) gak turun tangan saat Vina akan diperkosa atau saat para korban Tragedi Pemerkosaan Massal Mei 1998 akan perkosa? Kenapa Tuhan gak turun tangan menolong warga Palestina dengan mengebom Zionist Israel sebelum bom dijatuhkan pada anak-anak tak berdosa? Kenapa Tuhan gan turun tangan menolong orang Afrika yang kelaparan? Malah dibiarkan mati kelaparan, penyakitan, dan menderita?

Meskipun orang-orang yang saya sebut di atas diyakini masuk Surga dan para pelakunya masuk Neraka, saya tetap tidak bisa menerima logika itu begitu saja.

Para akademisi dan pemuka agama yang saya ajak berdiskusi pun, alih-alih berkata “Saya tak tahu,” justru menghakimi dan menghujat say. Menyuruh saya beristigfar dan kembali ke jalan yang benar karena pemikiran saya dianggap menyimpang dan jauh dari agama maupun norma ketimuran. Mereka meminta saya mendalami Kitab Suci agar kelak menemukan jawabannya.

Tapi hingga kini, saya hanya bisa bertanya dan terus bertanya. Mungkin memang harus langsung bertanya kepada Tuhan, berdialog dengan-Nya, jika diberi kesempatan. Sebab jawaban-jawaban manusia belum cukup memuaskan saya. Dan seperti penggalan lirik Peterpan: “Aku bertanya pada langit tua, langit tak mendengar” seperti mengamini apa yang saya alami.