IMDb: 7,8/10 | Rating
Saya: 9/10
Rated: PG | Genre: Adventure, Family,
Fantasy
Directed by Chris Columbus
Screenplay by Steve Kloves
Based on Harry Potter and the Chamber of
Secrets by J. K. Rowling
Produced by David Heyman
Starring Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Emma
Watson, Kenneth Branagh, John Cleese, Robbie Coltrane, Warwick Davis, Richard
Griffiths, Richard Harris, Jason Isaacs, Alan Rickman, Fiona Shaw, Maggie Smith,
Julie Walters
Cinematography Roger Pratt
Edited by Peter Honess
Music by John Williams
Production companies Warner Bros. Pictures, Heyday Films, 1492
Pictures
Distributed by Warner Bros. Pictures
Release date 3 November 2002 (Odeon Leicester
Square), 15 November 2002 (United Kingdom and United States)
Running time 161 minutes | Country United
Kingdom, United States
Language English | Budget $100 million | Box Office $879,2
billion
Setelah menonton ulang Harry Potter and
the Philosopher's Stone (2001) untuk kesekian kalinya, saya langsung nonton Harry
Potter and the Chamber of Secrets. Bagi saya, Harry Potter and the Chamber of
Secrets jauh lebih magis dibandingkan film pertamanya. Selain karena
storylinenya lebih bagus, saya menyaksikannya secara langsung di bioskop, jadi
lebih memorable untuk saya sehingga jadi comfort show bagi saya. Simak ulasan
saya berikut ini.
Baca tulisan saya tentang Harry Potter
di Mojok berikut ini: Mengenang
Kejayaan Novel Harry Potter di Tengah Rendahnya Minat Baca Indonesia
Baca tulisan saya tentang Comfort Show
di Mojok berikut ini: Comfort
Show: Alasan Kita Nontonin Tontonan yang Sama Berulang Kali
STORYLINE
Harry Potter and the Chamber of Secrets adalah film keluaran tahun 2002 buatan Inggris dan Amerika yang diadaptasi dari buku J. K. Rowling. Sesuai judulnya, Harry Harry Potter and the Chamber of Secrets bercerita tentang seorang penyihir bernama Harry Potter pada tahun keduanya di Sekolah Sihir Hogwarts.
Setelah menghabiskan satu tahun ajaran
di Sekolah Sihir Hogwarts, Harry terpaksa menghabiskan musim panasnya bersama
Keluarga Dursley. Namun, perlakuan Keluarga Dursley pada Harry sedikit lebih
manusiawi dengan memberikan Harry sebuah kamar yang dulunya digunakan oleh Dudley
Dursley (diperankan Harry Melling) untuk menaruh barang-barangnya. Hal ini
terpaksa Vernon (diperankan Richard Griffiths) dan Petunia Dursley (diperankan Fiona
Shaw) karena satu tahun sebelumnya, Rubeus Hagrid (diperankan Robbie Coltrane)
telah menyihir Dudley hingga akhirnya ia memiliki ekor babi di bokongnya
layaknya seekor anak babi betulan. Keluarga Dursley sampai harus ke rumah sakit
untuk melakukan operasi penghilangan ekor babi tersebut. Tentu saja secara
sembunyi-sembunyi dan di filmnya tidak diceritakan sama sekali.
Dobby yang tiba-tiba muncul |
Tiba-tiba saja, muncul peri rumah
bernama Dobby yang memperingatkan Harry untuk tidak kembali ke Sekolah Sihir
Hogwarts karena ada bahaya yang mengancamnya jika ia kembali ke sana. Dobby
sampai harus menyabotase surat-surat yang dikirimkan teman-temannya pada
dirinya dan membuat Harry terlibat masalah sehingga membuat Vernon murka
padanya. Beruntung, pada sebuah malam, Ron Weasley (diperankan Rupert Grint) serta
kakak kembarnya, Fred dan George Weasley (diperankan Oliver Phelps dan James
Phelps) menyelamatkannya dari Privet Drive.
The Burrow |
Mereka langsung membawa Harry ke The
Burrow dan Harry langsung disambut baik oleh seluruh anggota Keluarga Weasley,
mulai dari Molly Weasley (diperankan Julie Walters), Arthur Weasley (diperankan
Mark Williams), Percy Weasley (diperankan Chris Rankin), dan tentu saja, Ginny
Weasley (diperankan Bonnie Wright) yang diam-diam menyukainya. Harry
diperlakukan bagai anak sendiri oleh Molly, mulai dari dijamu makan makanan
enak, hingga selalu dibangga-banggakan. Ya gimana lagi, Harry ini kan anak
paling terkenal di Dunia Sihir.
Simak tulisan saya tentang Keluarga
Weasley Mojok berikut ini: Menguak
Alasan Keluarga Weasley Hidup Miskin padahal Berdarah Murni
Film kedua Harry Potter ini tentu saja
mengeksplorasi Dunia Sihir dengan lebih terperinci, yang membuat saya
terkagum-kagum karena apa yang saya baca pada bukunya divisualisasikan dengan
sangat bagus meskipun banyak perubahan radikal pada film ini yang sangat
berbeda jauh dari bukunya.
Sebagai penonton, kita tidak diperkenalkan
pada makhluk sihir seperti peri rumah saja, yang ternyata merupakan semacam
budak di Dunia Sihir yang diperbudak penyihir untuk melakukan aktivitas
bersih-bersih rumah maupun disuruh-suruh untuk kepentingan pemiliknya, termasuk
bunuh diri jika diperlukan. Mereka melakukannya secara sukarela dan merasa
cemas jika tidak diperintah oleh majikannya. Mereka hanya bisa bebas jika
mereka diberikan pakaian oleh majikannya. Tentu, Dobby adalah pengecualian
karena ia berani ‘membangkang’ pada majikannya dengan memndatangi Harry Potter.
Hampir seluruh penyihir yang memiliki
peri rumah di rumahnya adalah penyihir kaya berdarah murni. Apa itu penyihir
berdarah murni? Di film pertama, tidak diceritakan kasta di Dunia Sihir ini
bekerja. Di Dunia Sihir, keluarga penyihir berdarah murni dianggap menempati
kasta pertama dalam kehidupan sehari-hari setelah keluarga penyihir berdarah murni
dan mereka-mereka penyihir yang berasal dari keluarga Muggle macam Hermione
Granger (diperankan Emma Watson). Tentu, kasta tersebut bukanlah aturan
tertulis, namun merupakan stereotype yang berlaku di masyarakat sihir, terutama
oleh mereka-mereka yang berdarah murni. Hal tersebut ditunjukkan secara
gamblang oleh Draco Malfoy (diperankan Tom Felton) dan ayahnya, Lucius Malfoy
diperankan Jason Isaacs) saat Harry dan teman-temannya tak sengaja berpapasan
dengan mereka di Diagon Alley. Lebih lanjut lagi, Draco menyebut Hermione dengan
sebutan ‘Mudblood’ alias darah lumpur karena ia penyihir yang kedua orang
tuanya merupakan Muggle.
Simak tulisan saya tentang Hogwarts di
Mojok berikut ini: Mengenal
Sistem Pendidikan di Sekolah Sihir Hogwarts
Gilderoy Lockhart |
Ah iya, di film kedua ini pun
diperkenalkan guru baru untuk mata pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam
bernama Gilderoy Lockhart (diperankan Kenneth Branagh), semacam selebriti dalam
Dunia Sihir. Ia telah menulis banyak buku tentang petualangannya melawan makhluk-makhluk
jahat dalam Dunia Sihir. Di Dunia Sihir, ia sangat digandrungi, terutama oleh
para wanita. Anggap saja ia semacam Tom Cruise dalam Dunia Sihir karena selain
karena petualangannya, ia juga sangat good looking gitu deh.
Kamar Rahasia yang telah kembali dibuka |
Sesuai judulnya, di tahun keduanya,
Harry harus menghadapi sebuah misteri besar berupa Kamar Rahasia yang telah
dibuka oleh Pewaris Slytherin. Kamar Rahasia alias Chamber of Secrets adalah
sebuah ruangan khusus yang dibuat oleh salah satu pendiri Hogwarts, Salazar Slytherin.
Sebelum meninggalkan Hogwarts akibat berseitegang dengan tiga pendiri Hogwarts
lainnya, Slytherin membuat ruangan rahasia tersebut supaya keturunannya nanti
bisa melanjutkan misinya untuk membasmi para keturunan Muggle yang belajar di
Hogwarts, karena menurut Slytherin, hanya penyihir berdarah murni saja yang
berhak mempelajari sihir. Disinyalir, Kamar Rahasia berisikan monster yang
hanya bisa dikontrol oleh keturunan Slytherin.
Premis cerita di atas tentu saja sangat
menegangkan untuk saya yang membaca dan menonton Harry Potter saat duduk di
bangku sekolah dasar. Misteri tentang Kamar Rahasia ini seperti legenda-legenda
Nusantara macam Sangkuriang atau Ratu Pantai Selatan dalam versi British.
Terlebih, diceritakan juga bahwa selama berabad-abad, guru-guru Hogwarts belum
ada yang bisa menemukan Kamar Rahasia tersebut karena memang hanya keturunan
Slytherin saja yang bisa membukanya.
Simak tulisan saya tentang Hogwarts di
Mojok berikut ini: 5 Tempat
di Sekolah Sihir Hogwarts yang Sebaiknya Tidak Dikunjungi
Satu persatu korban keganasan pewaris
Slytherin berjatuhan di Hogwarts, mulai dari Mrs. Norris, kucing kesayangan Argus
Filch (diperankan David Bradley), anak Grffindor bernama Colin Creevey (diperankan
Hugh Mitchell), anak Hufflepuff bernama Justin Finch-Fletchley (diperankan Edward
Randell), anak Ravenclaw bernama Penelope Clearwater (tidak disebutkan di
filmnya), hingga Hermione Granger. Semuanya merupakan penyihir kelahiran
Muggle.
Tapi ya, namanya juga cerita untuk
anak-anak, Harry Potter pada akhirnya berhasil menguak siapa yang membuka Kamar
Rahasia tersebut dan menyelamatkan Hogwarts dari penutupannya secara permanen. Endingnya
sudah bisa ditebak banget ya kan?
REVIEW
Saya ingat betul, di tahun 2002, Harry
Potter and the Chamber of Secrets ini booming banget di Indonesia, melanjutkan
buku dan film pertamanya. Semua anak SD di sekolah saya berlomba-lomba untuk
mengkoleksi merchandise Harry Potter mulai dari tas sekolah, alat tulis, buku
tulis hingga jam tangan. Mereka-mereka yang terkenal jarang baca buku saat SD
pun langsung rajn baca buku Harry Potter saking magisnya buku karya J. K.
Rowling ini.
Saya pun gak ketinggalan. Selain
mengkoleksi berbagai merchandise Harry Potter, membaca bukunya, menonton
filmnya, saya pun memainkan game Harry Potter pada console PlayStation dan PC.
Di tahun 2002, sekali lagi Harry Potter
benar-benar menyihir jutaan anak di seluruh dunia karena vibes Harry Potter
yang family-friendly banget. Premis ceritanya saja sederhana, tentang seorang
anak sepuluh tahun yang akhirnya tahu bahwa dirinya adalah seorang penyihir.
Pastinya kisah tersebut relate untuk anak-anak di seluruh dunia bukan?
J. K. Rowling benar-benar hebat dalam
membuat semesta gabungan antara dunia modern dengan dunia sihir. Sepintas, saya
menyangka setting Harry Potter berada di Inggris pada Abad Pertengahan karena
banyak cerita penyihir atau kesatria yang berseting pada Abad Pertengahan macam
King Arthur dan sejenisnya. Namun J. K. Rowling membangun semesta di mana
penyihir hidup berdampingan dengan Muggle (orang yang tak bisa melakukan sihir)
dan hidup secara sembunyi-sembunyi.
Sama seperti film pertamanya, Chris
Columbus yang telah sukses menjadi sutradara film legedaris anak-anak tahun
90an, Home Alone (1990) dan Home Alone 2: Lost in New York (1992), hingga film
kualitas Oscar macam Mrs. Doubtfire (1993) dan Stepmom
(1998) sekali lagi membuat sekuel apik dari buku
anak-anak paling legendaris sepanjang masa karya J. K. Rowling.
Hal ini pun didukung dengan kualitas
audio visual yang sangat bagus. Penggambaran misteriusnya Kamar Rahasia di Hogwarts
serta berbagai sihir di dalam film ini sudah memenuhi ekspektasi saya dan
jutaan anak-anak di seluruh dunia yang telah membaca bukunya terlebih dahulu.
Kamar Rahasia yang serba ular |
Basilisk |
Penggambaran Kamar Rahasia pun
sangatlah epik. Sebuah ruangan megah di bawah tanah Hogwarts dengan berbagai patung
ular dan wajah Salazar Slytherin raksasa lengkap dengan Basilisk, ular raksasa
peliharaan Slytherin yang sanggup hidup berabad-abad itu keren banget. Basilisk
yang mampu membunuh siapapun yang melihat mata kuningnya secara instan, bisa
dari taringnya yang sanggup membunuh siapapun dalam hitungan menit, belum lagi
ukurannya yang jauh lebih besar dibandingkan phyton maupun anaconda.
Sebelum jauh-jauh ke Kamar Rahasia juga, keren juga sih bagaimana Harry akhirnya sadar bahwa dirinya Parseltongue, yakni bisa bahasa ular sebagaimana Salazar Slytherin yang bisa bahasa ular, makanya lambang Slytherin itu ular. Misteri yang sangat unik layaknya film-film Mendiang Suzzana yang sering saya tonton di tahun 90an yang gak jauh dari hal-hal yang berbau ular.
BEDA DENGAN BUKUNYA
Bagi mereka-mereka yang membaca bukunya terlebih dahulu tentu ada rasa kecewa dengan film ini. Apalagi untuk mereka yang menonton filmnya untuk kesekian belas kalinya di usia 30an. Durasi film ini saya pikir terlalu singkat karena banyak adegan yang tidak ditampilkan dalam filmnya. Sejak kecil saya selalu protes, “Kenapa gak dibikin tiga jam sekalian macam Lord of the Rings? Saya rela kok nahan pipis untuk nontonin filmnya!”
Lucius dan Arthur yang harusnya baku hantam |
Untuk yang gak baca bukunya mungkin tak
akan tahu bahwa Lucius Malfoy dan Arthur Weasley sempat berkelahi di Diagon
Alley karena Lucius berani mengejek kemiskinan Keluarga Weasley. Di filmnya,
mereka hanya sekadar adu mulut, itu juga terlalu menye-menye. Kalau mereka
digambarkan berkelahi ya pasti film ini bakalan lebih rame dong? Iya gak?
Di filmnya, Legenda Kamar Rahasia diceritakan
oleh Profesor McGonagall (diperankan Maggie Smith) dalam pelajaran
Transfigurasi yang diampunya, padahal dalam bukunya, misteri Kamar Rahasia
diungkap oleh Profesor Binn, satu-satunya profesor hantu di Hogwarts. Sepanjang
delapan film Harry Potter, keberadaan Profesor Binn memang gak pernah
dimunculkan sama sekali.
Di bukunya, Harry Potter, Ron Weasley, dan Hermione Granger bisa meracik Polyjuice Potion setelah mendapat izin untuk meminjam buku di Area Terlarang Perpustakaan Hogwarts. Mereka bisa dapat izin setelah merayu Profesor Lockhart. Di filmnya mereka bisa dapat bukunya begitu saja. ~wqwqwq
Di filmnya, Tom Marvollo Riddle hanya
muncul ketika Harry memungut buku hariannya saja. Padahal di bukunya, nama Tom
Marvollo Riddle disebut oleh Ron Weasley saat ia menjalani detensi dengan
mengelap piala atas nama Tom Marvollo Riddle. Ron sebel banget waktu mengelap
piala atas nama Tom soalnya ia iri dengan prestasi siswa Hogwarts yang ia gak
kenal sama sekali. ~wqwqwq
Sampai saat ini, saya masih berharap
Warner Bros. bisa merilis ulang Harry Potter supaya durasinya bisa lebih lama
sekalian, seperti Zack Snyder’s Justice League yang memakan waktu sampai empat
jam karena banyak deleted scene Harry Potter yang dengan mudahnya bisa kita
tonton di YouTube dan gak tidak dimasukkan pada filmnya. Atau lebih radikal
lagi, dibuat ulang dalam bentuk series macam Game of Thrones sekalian. Nantinya
satu season akan merangkum satu tahun ajaran di Hogwarts.
Meskipun begitu, Harry Potter bisa saya
katakan sebagai adaptasi film dari buku paling sukses setelah Trilogy Lord of
the Rings karena selain dua judul tersebut, adaptasi film dari buku maupun
komik gak ada yang memenuhi ekspektasi sama sekali karena mengadaptasi cerita
buku maupun komik itu tidak semudah kelihatannya.
Dan menurut saya, dari delapan film Harry
Potter yang sudah saya saksikan, Harry Potter and the Chamber of Secrets adalah
film terbaik Harry Potter karena ia berhasil mengvisualisasikan Kamar Rahasia
dengan sangat sempurna pada zamannya. Kemisteriusan Slytherin dan segala serba-serbinya
keren banget divisualisasikan oleh Chris Columbus. Pasalnya, gak gampang lho
mengadaptasi buku legendaris macam Harry Potter ke layar lebar.
Apalagi saat itu, di tahun 2002,
internet belum semasif sekarang sehingga misteri Kamar Rahasia itu keren banget
ketika trailer Harry Potter and the Chamber of Secrets banyak ditayangkan di
televisi, ketika poster-poster Harry Potter and the Chamber of Secrets banyak
dipajang di bioskop, mall, dan toko buku yang saya kunjungi. Kalau sekarang,
lihat poster dan trailer film tuh ya kayak yang biasa aja, gak istimewa kayak
dua puluh tahun yang lalu saking banyaknya film sejenis yang diproduksi oleh
industri film dunia.
0 Comments