Di tahun 90an akhir hingga 2000an, nama Lindsay Lohan hampir dapat dipastikan dikenal oleh Generasi 90an yang suka nontonin film Amerika. Film Lindsay Lohan seperti The Parent Trap (1998) dan Mean Girls (2004) itu iconic banget pada masanya.

Iseng-iseng saya lihat film apa lagi yang dibintangi Lindsay Lohan dan saya nemu film berjudul Freaky Friday (2003). Eh, begitu mulai nonton, saya kaget ternyata ada Jamie Lee Curtis, aktris senior yang sering nongol di film-film 90an seperti My Girl (1991) dan True Lies (1994).

Freaky Friday ini bercerita tentang seorang remaja bernama Anna Coleman (Lindsay Lohan) dan ibunya Tess Coleman (Jamie Lee Curtis) yang punya karakter berbeda. Anna adalah gadis remaja yang masih dalam fase rebel, suka main band, punya nilai jelek dan hal-hal ala remaja lainnya yang sering ditampilkan film Amerika tahun 90an dan 2000an awal. Sedangkan Tess adalah seorang psikiater yang jelas karakternya berbeda dengan Anna. Anna juga sering sekali ribut dengan adiknya yang bernama Harry Coleman (Ryan Malgarini). FYI, selain itu, kehadiran pacar dari Tess, yakni Ryan (Mark Hamon) turut memperkeruh suasana karena Anna belum siap mendapati bahwa ibunya punya pacar, apalagi mereka berencana menikah dalam waktu dekat.

Selain masalah di rumah, Anna juga harus menghadapi resenya sekolah karena gurunya kerap kali menghukumnya. Dia juga harus bagi waktu antara keluarga, nge-band, sekolah, dan cinta remajanya pada seorang remaja bernama Jake (Chad Michael Murray). Pokoknya, template film drama remaja Amerika banget deh.

Tess dan Anna yang tiba-tiba tubuhnya tertukar

Yang bikin menarik film ini adalah, tiba-tiba saja Tess dan Anna tubuhnya tertukar setelah mengkonsumsi fortune cookies dari restoran Mandarin yang mereka kunjungi. Fortune cookies ini sengaja diberikan oleh owner restoran tersebut supaya mereka bisa merasakan apa yang masing-masing mereka rasakan dari sudut pandangnya masing-masing.

Pokoknya segala macam kekocakan benar-benar terjadi karena Anna gak mau terlihat tua, Tess gak mau terlihat tidak rapi, dan mereka merasa asing dengan pertukaran tubuh yang terjadi tersebut. Ini hampir sama seperti film atau anime yang punya premis cerita pertukaran tubuh seperti The Hot Chick (2002), 13 Going on 30 (2004) hingga anime legendaris karya Makoto Shinkai yang berjudul Kimi no Na wa (Your Name) (2016).

Bedanya, ini dikemas dengan genre komedi drama ala Lindsay Lohan yang kental dengan aura 90an dan 2000annya tanpa embel-embel feminisme, agenda LGBT, maupun race swap karena di tahun segitu, gak ada tuh embel-embel kayak gitu.

Tahun 2000an awal pun memang masa-masa kejayaan Disney. Film-film semacam ini jadi semacam comfort show bagi mereka-mereka yang suka nontonin Disney Channel via TV kabel berbayar macam Indovision. Contoh lainnya ya kayak series Hannah Montana yang dibintangi Miley Cyrus hingga film andalan Disney Channel berjudul High School Musical.

Baca tulisan saya di Mojok: Comfort Show: Alasan Kita Nontonin Tontonan yang Sama Berulang Kali

Dari sudut pandang tahun 2024, saat saya sudah berusia lebih dari 30 tahun, film ini masih tetap relevan sebagai hiburan. Padahal, film ini kan film template. Template drama komedi khas Amerika tahun 2000an, dan template tentang pertukaran tubuh antar dua tokoh di dalamnya. Yang bikin saya nyaman dan suka menonton film ini adalah karena penulisan skripnya saya nilai cukup rapi. Seperti bahwa Tess yang punya predikat PhD dalam bidang psikiatri yang kesulitan mengendalikan anaknya atau bahkan perasaannya sendiri, hingga konflik remaja antara Tess dengan guru dan teman-teman di sekolahnya. Tidak heran, film ini mendapatkan penghargaan Saturn Award untuk kategori Best Writing.

Lindsay Lohan dan Jamie Lee Curtis Anna juga performanya saya nilai sangatlah bagus karena mereka mendapat penghargaan Saturn Award untuk kategori Best Performance by a Younger Actor dan Best Actress. Lindsay Lohan juga tampil apik banget di atas panggung dalam film ini sebagai anak band. My teenage me would fall in love with her instantly!

Anyhow, saya pikir ini tahun 2000an adalah puncak performa dari Lindsay Lohan karena hingga saat ini, saya belum melihat lagi Lindsay Lohan muncul di film-film kayak di tahun 2000an awal. Mudah-mudahan nanti bisa Lindsay Lohan bisa comeback lagi untuk menghibur kita semua lewat karya-karyanya. And I really hope Hollywood make this kind of movie for the forsaken of the future children and teenager of the next generation.