IMDb: 7,4/10 | Rating Saya: 8/10

Rated: R | Genre: Horror, Mystery

Directed by Wes Craven

Written by Kevin Williamson

Produced by Cathy Konrad, Cary Woods

Starring David Arquette, Neve Campbell, Courteney Cox, Matthew Lillard, Rose McGowan, Skeet Ulrich, Jamie Kennedy, Drew Barrymore

Cinematography Mark Irwin

Edited by Patrick Lussier

Music by Marco Beltrami

Production companies Woods Entertainment

Distributed by Dimension Films

Release date 18 December 1996 (Los Angeles), 20 December 1996 (United States)

Running time 111 minutes | Country United States

Language English | Budget $14-15 million | Box Office $173 million

 

Scream adalah salah satu film horror yang populer banget di tahun 90an, tapi di tahun 90an saya belum punya ketertarikan untuk nonton film ini karena bagi saya film horror, misteri, dan thriller kayak gini gak menarik. Meskipun topeng Scream ini banyak saya temukan digunakan oleh teman-teman saya maupun sanak saudara saya di tahun 90an, saya gak tertarik sama sekali untuk nonton film ini. Saya hanya tahu bahwa topeng Scream ini digunakan oleh seorang psikopat yang kerjanya membunuh orang-orang untuk kesenangan pribadinya saja.

Ketertarikan saya untuk nonton film ini setelah saya melihat Monica Geller (Courtney Cox) pada trailer Scream VI (2023). Saya yang sudah menamatkan sitkom Friends berkali-kali jelas tertarik karena ternyata Courtney Cox main di film ini. Supaya lebih afdol ya saya nonton dari film pertamanya dulu. Simak ulasan saya berikut ini.

Baca tulisan saya tentang Friends di Mojok berikut ini: Sitkom ‘Friends’ Adalah Sitkom Era 90-an Paling Ikonik Sepanjang Masa

 

STORYLINE

Casey Becker

Scream adalah film keluaran tahun 1996 buatan Amerika Serikat. Film ini diawali dengan seorang siswi SMA bernama Casey Becker (diperankan Drew Barrymore) yang diteror oleh orang tak dikenal lewat panggilan telepon. Orang tak dikenal itu mengajaknya main game. Kalau ia gak mau ikut, pacarnya, Steve (diperankan Kevin Patrick Walls) bakalan mati. Sayang, Casey bukan tooh utama dalam film ini sehingga ia dan pacarnya mati begitu saja.

Sidney Prescott

Tokoh utama film ini adalah Sidney Prescott (diperankan Neve Campbell), siswi SMA yang masih trauma setelah setahun sebelumnya, ibu kandungnya, Maureen Prescott (diperankan Lynn McRee) telah diperkosa dan dibunuh oleh Cotton Weary (diperankan Liev Schreiber). Sidney masih belum bisa menerima keadaan tersebut karena ibu kandungnya ia kenal dengan baik dan ia pun masih duduk di bangku SMA sehingga ia belum punya cukup kematangan berpikir untuk bisa berlapang dada.

Gale Weathers

Tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan berita kematian Casey dan Steve yang merupakan teman satu sekolahnya sehingga ia semakin trauma. Seluruh sekolah pun heboh membicarakan tentang kematian Casey dan Steve. Selain tekanan dari sekolah, Casey pun dibuat kesal dengan seorang jurnalis bernama Gale Weathers (diperankan Courtney Cox) yang turut menyebarkan rumor dan konspirasi bahwa Connton Weary bukanlah orang yang bertanggung jawab atas kematian Maureen, ibu kandung Sidney.  

Saya menyangka bahwa Cortney Cox hanya muncul di Scream VI (2023) saja, gak tahunya ia turut muncul dari film pertamanya sehingga saya semakin semangat untuk nonton film ini. Yeah Monica!

Secara kebetulan, ayah Sidney, Neil Prescott (diperankan David Booth) ke luar kota untuk urusan bisnis sehingga Sidney sendirian di rumahnya. Anyway, dari kasus Casey, entah kenapa film-film horror/thriller Amerika tahun 90an selalu bersetting di rumah yang cukup besar tapi sepi. Saya jadi iri karena saya gak tinggal di rumah besar seperti mereka. ~wqwqwqwq

Seperti yang sudah bisa diduga, Sidney menerima telepon dari orang yang tidak dikenal yang mengajaknya main game, sama seperti Casey di awal film. Sidney langsung terlibat kejar-kejaran dengan sosok misterius tersebut dan akhirnya sosok misterius tersebut tiba-tiba hilang. Tak lama, Billy, pacar Sidney (diperankan Skeet Ulrich) muncul dan Sidney langsung curiga karena sebuah handphone terjatuh dari sakunya.

Sidney dan Billy

Meskipun akhirnya ditangkap polisi, Billy akhirnya dibebaskan karena saat Billy ditahan polisi, sosok misterius tersebut kembali menelepon Sidney. Satu persatu orang di dalam film ini pun dibunuh sosok misterius tersebut, termasuk Kepala Sekolah tempat Sidney dan teman-temannya bersekolah, Arthur Himbry (diperankan Henry Winkler).

Sepanjang film ini, saya dibuat bertanya-tanya, “Siapa sih pembunuhnya? Motifnya apa?

Alasannya tentu saja karena saya penasaran. Setiap orang yang ada pada film ini punya motifnya masing-masing. Billy, pacar Sidney punya motif karena Sidney selalu menolak ajakan Billy untuk berhubungan seks. Neil, ayah Billy pun bisa saja punya dendam pada istrinya dan ingin membunuh anak kandungnya supaya bisa menghilangkan jejaknya. Gale, jurnalis yang selalu menjual berita-berita kontroversi pun bisa menginginkan Pulitzer sehingga ia merekayasa pembunuhan tersebut supaya karirnya bisa semakin melejit. Sahabat Sidney, Tatum Riley (diperankan Rose McGowan) bisa saja punya motif seperti Sidney yang pernah tidak sengaja menyakitinya. Ada juga Randy Meeks (diperankan Jamie Kennedy), maniak film horor yang senang dengan keadaan yang menimpa Sidney karena ia bisa menerka-nerka motif dan siapa pelaku teror tersebut. Demikian juga Dewey Riley (diperankan David Arquette), kakak kandung Tatum yang saat ini jadi polisi bisa saja punya motif, seperti punya dendam pada Sidney misalnya.

SPOILER ALERT!

JANGAN LANJUTKAN MEMBACA KALAU BELUM NONTON!

Pelaku dari segala kekacauan film ini adalah Billy dan Stu. Mereka sama-sama berkelompot karena Billy punya dendam setelah ibu kandung Sidney, Maureen berselingkuh dengan ayah kandung Billy sehingga kedua orang tua Billy bercerai. Motifnya sesederhana itu ternyata. Ah iya, di sini Gale Wathers alias Monica Geller, alias Cortney Cox menutup film ini dengan dramatis.

 

REVIEW

Bisa saya katakan, film ini bikin saya tegang sama seperti ketika saya menonton seluruh franchise film SAW maupun film horror thriller lainnya seperti The Silence of the Lambs (1991), Se7en (1995), hingga Orphan (2009). Saya berusaha menebak-nebak siapa pelaku dan motifnya. Terlebih, film ini berseting di tahun 90an dimana saat itu teknologi komunikasi belum secanggih saat ini yang menambah ketegangan cerita.

Hanya saja, dari kedalaman motif pelakunya, film ini tidak sedalam The Silence of the Lambs (1991) dan Se7en (1995). Kedua pelaku utama di film ini malah mengakui perbuatannya begitu saja di akhir film. Tapi ya memang segmentasi film ini adalah remaja SMA atau anak kuliahan tahun 90an karena tokoh utamanya masih duduk di bangku SMA, berbeda dengan The Silence of the Lambs (1991) dan Se7en (1995) yang sasarannya untuk orang dewasa yang lebih memiliki pemikiran yang jauh lebih matang.