IMDb: 6,3/10 | Rating
Saya: 7/10
Rated: R | Genre: Horror,
Mystery
Directed by Wes Craven
Written by Kevin Williamson
Produced by Wes Craven, Cathy Konrad, Marianne
Maddalena
Starring David Arquette, Neve Campbell, Courteney
Cox, Sarah Michelle Gellar, Jamie Kennedy, Jerry O'Connell, Jada Pinkett, Liev
Schreiber
Cinematography Peter Deming
Edited by Patrick Lussier
Music by Marco Beltrami
Production companies Konrad Pictures, Craven-Maddalena Films
Distributed by Dimension Films
Release date 10 December 1997 (Hollywood), 12 December
1997 (United States)
Running time 120 minutes | Country United
States
Language English | Budget $24 million | Box Office $172,4
million
Setelah nonton Scream (1996), gak pikir
panjang saya langsung menonton sekuelnya. Simak ulasan saya berikut ini.
STORYLINE
Maureen Evans yang dibunuh Scarface
Scream 2 adalah film keluaran tahun
1997 buatan Amerika Serikat yang berseting dua tahun setelah kejadian di film
pertamanya. Masih sama seperti film pertama, film ini dibuka dengan dua non-karakter
utama dibunuh oleh villain film ini. Mereka berdua adalah Maureen Evans (diperankan
Jada Pinkett) dan Phil Stevens (diperankan Omar Epps). Mereka berdua dibunuh ketika
mereka menonton film berjudul Stab, sebuah film buku Gale Weathers (diperankan Courtney
Cox) yang merupakan kisah Gale dalam film pertamanya. Yang lebih gila, sebagian
besar penonton film Stab semuanya menggunakan topeng yang digunakan oleh villain
di film pertamanya (topeng Scarface) sehingga pembunuhnya susah diidentifikasi.
Fun fact, Jada Pinkett ini istri dari Will Smith. ~wqwqwq
Sementara itu, Sidney Prescott (diperankan
Neve Campbell) yang saat ini berkuliah di Windsor College, didatangi banyak
wartawan yang ingin mewawancarainya terkait tewasnya Maureen Evans dan Phil
Stevens. Sidney juga satu almamater dengan Randy Meeks (diperankan Jamie
Kennedy) yang entah sengaja atau tidak berucap bahwa film yang bagus itu gak
dibikin sekuel sama sekali, kecuali jika dari awal sudah direncanakan jadi
trilogy macam Star Wars Original Trilogy atau The Godfahter. ~wqwqwq
Di sekuelnya, Gale Weather sudah jadi
sosok jurnalis papan atas Amerika Serikat setelah kisah heroiknya dijadikan
buku dan diadaptasi jadi sebuah film. Mungkin seperti Najwa Shihab kalau di
zaman sekarang. Tapi Gale beda dengan Najwa Shihab karena ia termasuk kategori
wartawan bodrex yang sering mewawancara narasumber tanpa izin. Di film ini Gale
nekad mempertemukan Sidney dengan Cotton Weary (diperankan Liev Schreiber), terpidana
pembunuhan ibu kandung Sidney yang sudah dibebaskan dari penjara karena ia
terbukti tidak membunuh Maureen Prescott (diperankan Lynn McRee). Meskipun sudah
tidak berstatus sebagai narapidana, tetap saja kurang etis bagi seorang
wartawan untuk melakukan hal tersebut. Saya yang pernah kuliah jurnalistik tahu
tentang hal tersebut.
Seperti yang sudah bisa diduga, Sidney kembali
menerima telepon dari orang yang tidak dikenal yang mengajaknya main game, sama
seperti pada film pertama. Sepanjang
film ini, saya dibuat bertanya-tanya, “Siapa sih pembunuhnya? Motifnya apa
melanjutkan apa yang Scarface lakukan di film pertama?”
Randy pun seperti biasanya punya
teori-teori khusus terkait siapa villain utama pada film ini karena ia sudah
sering menonton film-film horror thriller sejak lama. Ia berspekulasi bahwa
setiap orang bisa saja jadi tersangka, mulai dari Sidney, Gale, Cotton, Dewey (diperankan
David Arquette), pacar baru Sidney, Derek (diperankan Jerry O'Connell, termasuk
dirinya sendiri. Tapi seperti yang sudah-sudah, Randy malah mati duluan.
SPOILER ALERT!
JANGAN LANJUTKAN MEMBACA KALAU BELUM
NONTON!
Pelaku dari segala kekacauan film ini
adalah Mickey Altieri (diperankan Timothy Olyphant) yang berkelompot dengan
Mrs. Loomis (diperankan Laurie Metcalf) yang menyamar sebagai seorang wartawan
bernama Debbie Salt. Mrs. Loomis ini adalah ibu kandung dari Billy, mantan
pacar Sidney yang merupakan villain pada film peratama. Motif Mrs. Loomis tentu
saja balas dendam atas kematian Billy yang dibunuh oleh Sidney pada film pertama.
Ah iya, di sini Cotton Weary melakukan aksi heroik, lho. Keren! untuk
Billy dan Stu. Mereka sama-sama
berkelompot karena Billy punya dendam setelah ibu kandung Sidney, Maureen
berselingkuh dengan ayah kandung Billy sehingga kedua orang tua Billy bercerai.
Motifnya sesederhana itu ternyata. Ah iya, di sini Gale Wathers alias Monica
Geller, alias Cortney Cox menutup film ini dengan dramatis.
REVIEW
Sama seperti film pertama, film ini
bikin saya tegang sama seperti ketika saya menonton seluruh franchise film SAW
maupun film horror thriller lainnya seperti The Silence of the Lambs (1991), Se7en (1995), hingga Orphan (2009). Saya berusaha menebak-nebak siapa pelaku dan motifnya.
Hanya saja, seperti yang sudah-sudah,
kualitas film yang dipanjang-panjangin mengalami penurunan, terutama pada storylinenya,
seperti yang terjadi pada franchise Final Destination maupun SAW. Di film
kedua, alih-alih belajar dari pengalaman, orang-orangnya malah melakukan
kesalahan yang sama layaknya seekor keledai. Padahal di film ini Sidney sudah dikawal
oleh dua orang detektif polisi, tapi masih kalah oleh villainnya.
Sama seperti Final Destination maupun
SAW, Scream adalah film horror thriller kelas dua karena mereka tidak
menampilkan aktor dan aktris papan atas seperti pada film The Silence of the Lambs (1991) dan Se7en (1995). Tapi hal
tersebut masih saya wajarkan karena memang sedari awal target pasar, budget dan
teknis perfilmannya tidak dimaksudkan sebombamtis kedua film tersebut. Meski
begitu, Final Destination, SAW, dan Scream adalah film yang
masih menarik untuk diikuti karena bikin penasaran.
0 Comments