IMDb: 7,9/10 | Rating
Saya: 7/10
Rated: R | Genre: Action,
Adventure, Comedy
Directed by Daniel Kwan, Daniel Scheinert
Written by Daniel Kwan, Daniel Scheinert
Produced by Anthony Russo, Joe Russo, Mike Larocca,
Daniel Kwan, Daniel Scheinert, Jonathan Wang, Peter Tam Lee
Starring Michelle Yeoh, Stephanie Hsu, Ke Huy
Quan, Jenny Slate, Harry Shum Jr., James Hong, Jamie Lee Curtis
Cinematography Larkin Seiple
Edited by Paul Rogers
Music by Son Lux
Production companies IAC Films, Gozie AGBO, Year of the Rat,
Ley Line Entertainment
Distributed by A24
Release date 11 March 11 (SXSW), 25 March 25 (United
States)
Running time 139 minutes | Country United
States
Language English, Mandarin, Cantonese | Budget $14,3-25 million
| Box Office $132,2 million
Michelle Yeoh adalah salah satu aktris
Asia yang saya kagumi. Film-filmnya seperti Tomorrow Never Dies (1997), Memoirs of
a Geisha (2005), hingga Crazy Rich Asian (2017) sudah saya tonton.
Baca tulisan saya di Pakbob.id: DERETAN
FILM MICHELLE YEOH SELAIN EVERYTHING EVERYWHERE ALL AT ONCE YANG HARUS KAMU
TONTON
Sedari awal, saya tahu kok tentang keberadaan
film ini. Apalagi film ini rilisnya gak jaduh dari perilisan film Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022) yang konsepnya serupa, yakni
tentang multiverse. Nah, begitu saya dengar bahwa Michelle Yeoh dan film ini
memborong 7 Oscar, gak pakai lama saya langsung memutuskan untuk nonton film
ini karena penasaran. Simak ulasannya berikut ini.
STORYLINE
Keluarga Asia di Amerika yang lagi kesulitan
Everything Everywhere All at Once
adalah film keluaran tahun 2022 buatan Amerika Serikat yang bercerita tentang
empat anggota keluarga asal Asia yang buka usaha laundry di Amerika. Mereka
adalah Evelyn Wang (diperankan Michelle Yeoh), suaminya, Waymond Wang
(diperankan Ke Huy Quan), putri Evelyn dan Waymond, Joy Wang (diperankan Stephanie
Hsu), serta ayah Evelyn, Gong Gong (diperankan James Hong).
Singkat cerita, dua puluh tahun lalu Evelyn
dan Waymond ini kawin lari ke Amerika karena Gong Gong tidak merestui hubungan
mereka. Saat ini, mereka hidup bersama menjalankan bisnis laundry yang hampir
bangkrut. Sudah bangkrut, hubungan empat anggota keluarga tersebut tidak
harmonis karena Gong Gong dan Evelyn masih menyimpan dendam masa lalu, Evelyn
yang sebal dengan suaminya yang dianggap terlalu baik, hingga Evelyn yang
pusing karena putri semata wayangnya, selalu ribut dengannya karena perbedaan
generasi dan karena ia pacaran sesama jenis dengan gadis bernama Becky
(diperankan Tallie Medel). Hal ini diperparah dengan Internal Revenue Service (IRS),
semacam badan pajak yang sedang mengadit bisnis mereka.
Saat disidang oleh pegawai IRS bernama Deirdre
Beaubeirdre (diperankan Jamie Lee Curtis), Evelyn kedatangan tamu dari universe
lain, yakni Waymond. Tentu dalam varian yang berbeda. Ia berusaha mengingatkan Evelyn
untuk waspada dan berusaha menjelaskan Evelyn tentang keberadaan multiverse seperti
yang sering kita lihat pada film-film superhero Marvel. Setiap apapun yang kita
lakukan di semesta ini, akan bercabang di semesta lainnya. Pokoknya pusing deh!
Adegan pindah-pindah universe seperti
yang kita lihat pada film Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022) ada di film ini. Ada Evelyn
yang jago kungfu, ada Evelyn yang sukses jadi aktris, ada Evelyn yang sukses
jadi penyanyi, bahkan ada juga versi Evelyn yang jadi pasangan lesbian bersama
Dirdre. Betul-betul multiverse of madness! Yang jadi villain di film ini adalah
Jobu Tupaki, yakni varian dari Joy yang kepingin balas dendam pada Evelyn
dengan membunuh Evelyn di setiap semesta yang ada.
Gak cuma menampilkan adegan
lompat-lompat universe seperti film Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022), film ini juga menampilkan
berbagai adegan satire yang isinya menyindir stereotype keluarga Asia di
Amerika yang kaku, hingga jokes-jokes aneh yang tidak bisa dimengerti oleh
semua orang. Selain itu, pace film ini cepat banget, penonton gak dikasih nafas
soalnya adegan Evelyn pindah universe terjadi setiap hitungan setiap beberapa detik
saja.
Bagaimana film ini berakhir? Silakan
tonton sendiri saja ya!
REVIEW
Untuk koreografi fightingnya mengingatkan saya akan film-film martial arts Asia masa keemasam Jackie Chan, Stephen Chow maupun Andy Lau yang merajai televisi Indonesia di tahun 80-90an karena banyak adegan baku hantam ala Asia di film ini. Tapi sesungguhnya, adegan baku hantam dan CGI dalam film ini hanyalah kulitnya saja, inti dari film ini hanyalah masalah keluarga dari keluarga Asia yang sulit beradaptasi di Amerika Serikat yang persaingannya edan-edanan.
Kualitas akting Michelle Yeoh, Ke Huy
Quan dan Jamie Lee Curtis gak usah diragukan lagi. Mereka sudah sering main di
film Hollywood sejak lama, jauh sebelum saya lahir. Di film ini, mereka
menunjukkan kemampuan luar biasa aktingnya dengan memerankan berbagai peran
yang berbeda dari varian mereka masing-masing di universe yang berbeda. Bisa
memerankan peran yang berbeda pada satu film yang sama itu susah banget, lho! Anyway,
Jamie Lee Curtis sudah terlihat banyak berubah sejak pertama kali saya tonton
dalam film True
Lies (1994)!
Saking hebatnya akting mereka, Michelle
Yeoh memenangkan Oscar untuk kategori Best Performance by an Actress in a
Leading Role, Ke Huy Quan untuk kategori Best Performance by an Actor in a
Supporting Role dan Jamie Lee Curtis memenangkan Oscar untuk kategori Best
Performance by an Actress in a Supporting Role. Diborong habis! Selain itu,
film ini juga memenangkan Oscar untuk kategori Best Achievement in Film Editing,
Best Achievement in Directing, Best Motion Picture of the Year, dan Best
Original Screenplay.
Meskipun film ini berhasil memborong
Oscar, entah kenapa saya tak bisa terlalu menikmati film ini karena terdapat
banyak agenda woke culture di film ini. Mulai dari pemaksaan adegan gadis
remaja yang pacaran sesama jenis antara Joy dan Becky, varian Evelyn yang
pacaran dengan Dirdre di universe lain, hingga adegan tersirat akan pria
penyuka sesama jenis di film ini lewat adegan bokong yang ditusuk-tusuk
sangatlah mengganggu.
Bukan berarti saya anti LGBTQ. Sebagai
orang straight, saya gak peduli jika ada orang LGBTQ. I respect their choice
and their privacy. Namun saat ini terlalu banyak film hingga kartun
Hollywood yang dimasuki oleh agenda woke culture seperti ini, yang sangat
ditunjukkan alih-alih jalan cerita filmnya seperti film-film maupun series
puluhan tahun yang lalu.
Kalau mau objektif, storyline film ini menurut saya biasa saja, tidak ada yang spesial sama sekali. Kalah dengan film-film Asia buatan Stephen Chow yang menurut saya jauh lebih spesial. Namun untuk kualitas akting dari Michelle Yeoh, Ke Huy Quan dan Jamie Lee Curtis, gak bisa digarukan lagi. Saya bahkan bangga (meskipun gak kenal sama sekali) dengan Michelle Yeoh, karena ia wanita pertama Asia yang bisa meraih Oscar. Saya juga bangga dengan Ke Huy Quan, orangnya humble banget!
SPOILER ALERT!
JANGAN LANJUTKAN MEMBACA KALAU BELUM
NONTON!
Di awal film, saya menyangka fokus film
ini adalah tentang multiversenya seperti film Doctor
Strange in the Multiverse of Madness (2022). Tapi ternyata saya salah
karena multiverse dalam film ini seolah-olah tidak ada. Hal tersebut seperti
yang terjadi pada film-film macam Fight Club (1999), A Beautiful Mind (2001)
atau Shutter Island (2010), dimana, yah, hanya terjadi di kepala Evelyn saja?
Jadi multiverse yang dialami Evelyn hanyalah metafora dari isi kepala Evelyn
yang pusing dengan masa lalu keluarga dari keluarga Asia yang lagi pusing
terkait masalah ekonomi di Amerika saja.
0 Comments