IMDb: 5,6/10 | Rating Saya: 6/10

Rated: R | Genre: Horror, Mystery

Directed by Wes Craven

Written by Ehren Kruger

Based on Characters by Kevin Williamson

Produced by Cathy Konrad, Wes Craven, Marianne Maddalena

Starring David Arquette, Neve Campbell, Courteney Cox Arquette, Patrick Dempsey, Jenny McCarth, Patrick Dempsey, Deon Richmond

Cinematography Peter Deming

Edited by Patrick Lussier

Music by Marco Beltrami

Production companies Konrad Pictures, Craven/Maddalena Films

Distributed by Dimension Films

Release date 3 February 2000 (Westwood), 4 February 2000 (United States)

Running time 117 minutes | Country United States

Language English | Budget $40 million | Box Office $161,8 million

 

Setelah nonton Scream 2 (1997), gak pikir panjang saya langsung menonton sekuelnya. Simak ulasan saya berikut ini.

 

STORYLINE

Scream 3 adalah film keluaran tahun 2000 buatan Amerika Serikat yang berseting tiga tahun setelah kejadian di film keduanya. Masih dengan formula yang sama, film ini lagi-lagi dibuka dengan dua karakter yang dibunuh oleh Ghostface. Hanya saja, di awal film ini, karakter yang dibunuh adalah karakter sampingan bernama Cotton Weary (diperankan Liev Schreiber) dan pacarnya, Christine (diperankan Kelly Rutherford. Connton Weary padahal baru saja meniti karir menjadi seorang selebriti dengan jadi host acara televisi yang terinspirasi dari kisah hidupnya yang terpaksa mendekam di balik jeruji akibat fitnah kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang tidak dilakukannya sama sekali. Kasihan sekali.

Gak banget sungguh rambutnya

Detektif Mark Kincaid (diperankan Patrick Dempsey) yang menyelidiki peristiwa pembunuhan di atas langsung menghubungi Gale Weathers (diperankan Courteney Cox Arquette) untuk membahas pembunuhan tersebut. By the way, rambut Courteney Cox di film ini sungguh gak banget. ~wqwqwqwq

Dewey Riley (diperankan David Arquette) di sini pun bukannya menjalankan tugasnya sebagai seorang polisi, malah jadi penasehat untuk film Stab 3 yang merupakan adaptasi dari buku karya Gale Weathers, yang dibuat dari perjalanan hidupnya menghadapi Ghostface pada dua film sebelumnya.

Sidney kerja jadi mbak-mbak hotline

Lalu kemana Sidney Prescott (diperankan Neve Campbell)? Di film ini, Sidney sudah menjalankan ritual ibadah work from home, jauh sebelum pandemi Covid-19 dengan bekerja sebagai penjawab hotline khusus curhat bagi wanita. Ia melakukan hal tersebut biar gak harus keluar rumah sama sekali soalnya ia masih trauma dengan kejadian yang terjadi pada dua film sebelumnya. Tapi Sidney gak bisa santai berlama-lama, sebab terjadi banyak peristiwa pembunuhan yang polanya sama persis seperti yang terjadi pada dua film sebelumnya. Mau gak mau akhirnya ia turun gunung.

Sayangnya, berbeda dengan dua film sebelumnya, Scream 3 ini jatuhnya maksa banget. Terlalu banyak jokes cringe yang tak perlu, terutama dari tokoh-tokoh baru di film ini selain Selain Dewey, Gale dan Sidney sudah pasti hampir pasti bakal mati dibunuh villainnya.

SPOILER ALERT!

JANGAN LANJUTKAN MEMBACA KALAU BELUM NONTON!

Kali ini, yang jadi villainnya adalah seorang pemuda bernama Roman Bridger (diperankan Scott Foley) yang ternyata merupakan saudara tiri Sidney. Rupanya, ibu kandung mereka, yakni Maureen, telah menjadi aktris horror Hollywood sebelum menikah dengan ayah kandung Sidney. Maureen meninggalkan Sidney untuk diadopsi oleh orang lain karena Roman terlahir dari kasus pemerkosaan sehingga Maureen melakukan hal tersebut. Motif Ghostface di film ini adalah dendam kesumat pada Sidney karena ia lebih disayang oleh Maureen dibandingkan Roman.  

Dewey dan Gale yang so sweet

Ah ya, selain fokus pada dendam pribadi Roman pada Sidney, saya juga jadi ngeship hubungan Gale dan Dewey yang memang so sweet sejak film pertama. Di akhir film ini, secara so sweet Dewey ini melamar Gale! Fun fact, David Arquette dan Courtney Cox Courtney memang beneran pasangan suami istri, lho.


REVIEW

Sama seperti film pertama dan keduanya, film ini bikin saya tegang sama seperti ketika saya menonton seluruh franchise film SAW maupun film horror thriller lainnya seperti The Silence of the Lambs (1991)Se7en (1995), hingga Orphan (2009). Saya berusaha menebak-nebak siapa pelaku dan motifnya.

Hanya saja, dari tiga film Scream yang saya tonton, film ini jelek banget sumpah! Terlalu dipaksakan jalan ceritanya. Formulanya pun repetitif. Akting para aktor dan aktrisnya gak sebagus dua film sebelumnya. Terlalu banyak jokes cringe yang tidak perlu juga. Uyuhan oge saya betah nonton film ini sampai selesai, karena saya berprinsip, “Sejelek apapun filmnya, usahakan tonton sampai selesai karena para sines film yang bikin film ini sudah susah payah membuat film ini meskipn hasilnya dinilai tidak bagus oleh penonton.”